• Bertengkar

2.2K 263 44
                                    

Kedua netra indah milik Arsy perlahan mulai terbuka. Ia mengerjap beberapa kali menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya ruangan, tangan yang terbalut dengan infus terangkat untuk menyentuh kepalanya kala rasa pening menghampiri saat kedua matanya sudah terbuka dengan sempurna. Lalu tak lama dari itu datanglah seseorang yang mengenakan jas putih menghampiri Arsy. Sebentar, apa ini di rumah sakit? Pikirnya saat ia mengedarkan pandangannya menatap sekeliling yang terlihat hampir mirip seperti ruang rawat di rumah sakit.

"Hey, sudah bangun? Kamu ada di ruang kesehatan kampus," ujar seseorang berjas putih itu.

"Eh?" dengan perlahan Arsy merubah posisi tidurnya menjadi duduk.

"Bukan rumah sakit ya? Eung, dokter..?" Arsy tak melanjutkan ucapannya menunggu penjelasan seseorang itu.

"Saya Arjuna, dokter yang jaga di kampus ini. Kamu boleh panggil saya dokter Juna," ucap seseorang itu yang ternyata bernama Arjuna, ia adalah dokter yang ditugaskan untuk berjaga di unit kesehatan kampus.

Arsy pun mengangguk paham.

"Kamu punya asma ya?" tanya sang dokter yang diangguki oleh Arsy sebagai jawabannya.

"Kalau punya penyakit asma, kenapa maksain lari hm?" lanjut sang dokter lagi, nada bicaranya terdengar sangat lembut membuat Arsy nyaman.

"Ya gimana ya dok itu udah jadi tanggung jawab saya sih, saya kan telat terus di hukum deh sama kakak senior, kalau saya ga ngelaksanain hukumannya nanti yang ada itu kakak-kakak senior malah ngamuk," jelas Arsy tak lupa ia menunjukan senyum lebarnya pada sang dokter.

"Lain kali tidak boleh seperti itu lagi ya, bahaya Arsy, asma kamu sepertinya sudah kronis. Kalau kamu maksain ya gini akhirnya kamu collapse. Untung saya masih berjaga disini dan belum pergi ke rumah sakit, coba kalau saya sudah pergi? Mungkin kamu sudah berada di UGD sekarang, atau kemungkinan buruknya kamu.." dokter Juna tak melanjutkan lagi ucapannya namun Arsy paham apa yang kemungkinan akan di ucapkan oleh dokter Juna.

"Iya lain kali ga akan makasain lagi dok. Ohiya, sepupu-sepupu saya kemana?" tanya Arsy saat ia baru tersadar tak melihat presensi Kala maupun Byan di ruangan ini.

"Oh sepupu kamu yang dua itu ya? Mereka lagi keluar sebentar, katanya–"

"Arsy!"

Ucapan dokter Juna harus terhenti oleh pekikan keras dari Kala yang baru saja memasuki ruang kesehatan bersama dengan Byan yang mengekor di belakangnya.

"Nah karena sudah ada sepupu kamu, saya permisi ya. Ohiya setelah cairan infus nya habis, kamu boleh pulang, nanti akan ada assitant pribadi saya yang gantiin saya disini. Eh tapi kalau boleh menyarankan, kayanya kamu perlu ke rumah sakit aja takutnya ada apa-apa karena saat saya periksa ada sesuatu yang ganjal tapi tidak bisa saya pastikan, kamu harus check ke rumah sakit, selain itu jangan lupa nanti pake nebulizer ya. Aduh maaf ya kalau saya nyerocos terus, kalau begitu saya permisi dulu ya," ucap dokter Juna.

"Iya dokter siap, makasih ya dok," sahut Arsy dengan senyum manisnya.

"Terimaksih ya dok," timpal Kala.

Dokter Juna mengangguk seraya menunjukan senyumnya.

"Sekali lagi hatur tengkyu ya dok," ujar Byan.

Dokter Juna kembali mengangguk, lalu menepuk pundak Kala dan Byan bergantian dengan pelan.

"Saya pamit ya, jaga sepupu kalian dengan baik."

"Siap dok!"

Dokter Juna pun berjalan menuju meja kerjanya untuk mengambil tas, setelah itu ia pun berlalu dari ruang kesehatan meninggalkan Arsy, Kala dan Byan.

Papa Sam & Mataharinya [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang