1. Doctor...

5.1K 402 5
                                    

Pagu yg cerah
Pukul 08:20
_________

Hari ini adalah hari yg cukup sibuk di rumah sakit.

Natan sedang melakukan oprasi pengangkatan tumor otak.
Tentu oprasi ini sangat berbahaya dan memakan waktu yg lama, namun untung nya ada Faramis dan beberapa suster yg membantu nya selama oprasi berlangsung.

Meski usia Natan terbilang masih muda untuk mengoprasi, namun ia sudah sangat berpengalaman.
Malahan, Ini adalah ke 5 kalinya ia mengoprasi orang yg mengalami tumor.

Oprasi memakan waktu hingga 10 jam lamanya, dan tentu, oprasi berhasil dilakukan dengan baik.
Semua orang bernafas lega, termasuk Natan. Jujur saja, meski ini bukan pertama kalinya ia mengoprasi orang yg tumor otak, ia tetap merasa gugup.

Setelah menyelesaikan oprasi yg sangat panjang itu, Natan segera berganti pakaian, ia mengenakan kembali jubah dokter nya,dan kemudian kembali keruangan pribadi nya dengan rasa lelah dan pegal yg menghapiri tubuhnya.

Natan duduk dikursi nya, sembari memijat pelipis nya.
Tubuh nya terasa sangat lelah dan panas, kepala nya sakit sekali seakan ingin pecah.
Natan menyadari bahwa Rut nya akan segera tiba, ia mengambil beberapa pill obat, lalu meneguknya.

Untung lah Rut nya tidak tiba saat ia sedang melakukan oprasi.

Natan kembali menyenderkan tubuhnya kekursi, ia melihat ke arah tumpukan dokumen yg belum ia baca, ia kembali memijat pelipis nya, pikiran nya sangat kacau hari itu.

tok tok tok

Suara ketukan pintu berhasil membuyarkan pikiran Natan, ia langsung kembali ke posisi duduk, dan merapikan sedikit meja nya.
"Masuklah" ucap nya kearah orang dibalik pintu itu.

Pintu terbuka pelan, terlihat dua orang yg tidak asing bagi Natan.

"Maaf mengganggu waktu istirahat mu, Dokter Natan" suara lembut dari seorang wanita dengan pakaian suster nya.

"Tak apa, ada perihal apa kalian mendatangi ku?" Tanya Natan dengan senyum ramah nya.

"Kami hanya ingin memberikan dokumen hasil oprasi tadi" ucap pria disamping wanita itu yg tidak lain adalah Faramis.

"Ohh dokumen, tapi, aku yakin bukan hanya ini, jika tidak, 'Rafaela' tak perlu repot-repot ikut kesini kan" jawab Natan.

Wanita dengan surai pirang panjang, dengan suara lembut itu bernama Rafaela.

"Anda bisa menebak nya ya" jawab Rafaela, ia memberikan sebuah berkas yg berisi beberapa dokumen dan sepucuk surat.

Natan menerima berkas itu, Rafaela meminta Natan untuk langsung membaca surat yg ada didalam nya, Natan membuka surat itu, dan saat membaca keseluruhan surat, jantung nya seakan berhenti sesaat.

"A-apa ini benar?" Tanya Natan dengan gagap.
Rafaela hanya mengangguk, yg berarti iya.

Isi dari surat itu, adalah permintaan tolong untuk mengobati seseorang.
Tapi bukan orang biasa... dia adalah, Aamon paxley.
Natan mencoba memastikan surat itu, dengan membuka sebuah dokumen yg ada didalam berkas yg bertuliskan Paxley.

Dan dapat dipastikan, ini bukan lelucon atau prank dari orang iseng.

Tertera disana bahwa, Aamon paxley, mengidam suatu penyakit langkah yg disebut felixtress.
Penyakit ini, adalah hasil dari mana yg tercampur dengan darah, membuat para pengidam felixtress, akan kehilangan darah mereka setiap kali mereka menggunakan mana.

Penyakit ini adalah penyakit langkah yg sulit disembuhkan, perlu perawatan rutin dan intes untuk menyembuhkan penyakit ini.

Natan terdiam sejenak, ia langsung mengerti apa maksud dari surat itu.
Ia menatap ke arah Rafaela yg masih setia menunggu jawaban Natan, wajah Rafaela terlihat gugup dan gelisah.

Sampai akhirnya, Natan membuka suara diantara keheningan itu.

"Kosongkan jadwal ku besok, aku akan mengurus hal ini" ucap nya dengan nada serius.

"Baik, akan saya lakukan" Rafaela segera pergi meninggalkan ruangan itu, meninggalkan Faramis.

"Anda yakin akan melakukan nya? Anda tau kan, Aamon paxley itu-" ucapan Faramis terhenti saat ia melihat wajah Natan.

"Maaf, lupa kan saja"

Natan menghela nafas nya kasar, ia baru saja menyelesaikan oprasi seorang pasien, dan besok ia harus berurusan dengan orang terpenting di Moniyan Empire.
Sungguh, dunia tak memberinya waktu untuk istirahat.

"Faramis, tolong selesaikan pekerjaan ku besok, aku akan menyelesaikan ini" ucap Natan.

Faramis hanya mengangguk, ia kemudian pergi meninggalan Natan sendiri diruangan nya.
Natan meletakan berkas dan surat itu dimeja, ia kemudian melihat kearah penghargaan dokter yg ia terima, serta foto-foto saat ia masih menjadi dokter di eruditio.

Natan kembali menghela nafas, entah apa yg menyelimuti hati nya, namun, ia merasa...Deja vu?

_To Be Countinued_

My Mate | MLBB | Aamon Natan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang