My Mate | MLBB | Aamon Natan [END]

3. Felixtress on Enigma? ...

Suara decakan tidak suka terdengar dari sang surai silver.

Ia menatap tajam mata Natan dan berkata "You know I don't need this right?, saya membawa anda kesini karna saya meminta anda untuk mengobati saya, bukan memberitahu sesuatu yg sudah saya ketahui."

Natan yg ditatap tajam oleh Aamon tentu merasa takut, apalagi ia sering mendengar bahwa tuan paxley satu ini sangat kejam. Ia mencoba tenang, menarik nafas nya pelan dan bicara.
"I know, Mr Paxley. But, you should also know that cases of this kind of disease are very rare, dan ini juga pertama kali bagi saya mendapati penyakit ini ditubuh Enigma"

Aamon memutar matanya malas, ia sangat tidak puas dengan jawaban Natan, apalagi Natan bilang ini pertama kali nya Natan menemui penyakit ini ditubuh Enigma.
"So, what's your solution? ,bukankah anda adalah dokter terhebat dinegri ini, jika anda tidak bisa melakukan nya, gelar mu sebagai dokter terhebat perlu dipertanyakan."

Aamon mengatakan hal itu dengan menekan kata 'terhebat',dan tanpa sadar, ia mengeluarkan feromonnya, Natan sebagai seorang Alpha, tentu merasakan feromon milik Aamon.

Lehernya terasa seperti dicekik.
Untuk sesaat, Natan pikir ia akan kehabisan nafas.

Sebelum akhirnya Aamon sadar, ia segera menetralkan feromon nya.
Natan tercekat sebentar, sebelum akhirnya ia sedikit batuk dan kembali bicara. Mencoba untuk tidak menganggap kejadian barusan.

"Saya tidak tau apakah ini akan berhasil, tapi, jika anda ingin, anda bisa melakukan perawatan rutin, setiap hari saya akan menyempatkan waktu saya untuk melakukan pengobatan pada anda"

Aamon terdiam sebentar, ia melirik kearah Natan, tangan nya dilipat didada, dan berbicara.
"Lalu, apa jaminan anda untuk proses mengobatan ini? anda sendiri yg bilang bahwa ini adalah pertama kalinya anda menangani kasus felixstress ditubuh Enigma"

"Apa yg membuat anda merasa terjamin? Lagi pula, saya sudah bilang bahwa ini tidak bisa dipastikan 100% berhasil"

Jawab Natan dengan nada tenang meski sebenarnya kaki nya dibawah sudah gemetaran hebat.

Aamon yg merasa kagum dengan jawaban Natan yg dirasa sangat berani,tersenyum miring.
"Nyawa mu".

Natan tentu sangat kaget mendengar jawaban itu, tentu, dia mengerti apa maksud dari Aamon.

Aamon kembali bicara sembari memberikan senyuman menyeramkan nya.
"Jika anda gagal mengobati saya, maka anda berhak mati ditangan saya"

Natan benar-benar terpojok disini, ia sudah tak bisa menarik kata-kata nya lagi, satu-satunya pilihan hanyalah menuruti keinginan orang didepannya ini.

Aamon yg melihat Natan terdiam,tau bahwa saat ini Natan sudah tak bisa lari lagi, sekarang pilihan Natan adalah mati sekarang atau nanti.

"S-saya menerimanya" jawab Natan meski suara nya sedikit bergetar dan gagap.

Aamon merasa puas dengan jawaban Natan, namun tentu, belum sampai disitu ia menyiksa batin Natan-
"Dan satu lagi, tinggal lah dimanssion ini"

Natan tercekat, tunggu, apa dia bilang tadi? TINGGAL DIMANSSION INI!?

Natan tentu langsung menolak nya dan memberikan berbagai alasan agar ia tidak perlu tinggal disini.
"M-maaf tuan, tapi saya tidak bisa, saya harus bekerja dirumah sakit, saya juga lebih suka tinggal dirumah saya sendiri"

Lagi pula,siapa juga yg ingin tinggal seatap dengan seseorang yg kejam macam Aamon?apalgu, adik bungsu Aamon juga tinggal dimanssion itu.

"Saya perlu memastikan bahwa anda tidak kabur dari perjanjian ini, dan juga,bukan kah akan lebih mudah untuk mengobati saya jika anda tinggal disini? Anda tidak perlu pergi jauh-jauh" jawab Aamon sembari menyeruput segelas teh.

"Tetap saja tuan, jarak tempat ini ke rumah sakit tempat saya bekerja itu cukup jauh" jawab Natan.

"Hmm begitu ya" Aamon meletakan cangkir teh nya dimeja, ia mendekati Natan dan mencengkram bahu Natan cukup keras.

"Apa anda berubah pikiran soal perjanjian itu?"

Tanya Aamon dengan nada dingin dan tatapan mata yg tajam.

"Oh sh*t"...

.
.
.

Pada akhirnya Natan tak bisa menolak lagi, satu kata untuk nya.
Pasrah.

_To be countinued_