Natan sedang duduk dibalkon, ia melamun sembari menatap langit oranye disore itu.
Suara langkah kaki terdengar, suara itu berhenti tepat dibelakang Natan.
Natan menoleh kebelakang, dan terlihat pria bersurai biru yg sedang membawa dua gelas berisi teh hangat, siapa lagi kalau bukan Xavier, "Ambil" ucap Xavier.
Natan mengambil salah satu gelas dan mengucapkan terimakasih.
Natan kembali memandangi langit yg semula berwarna oranye, kini sudah berganti menjadi hitam kebiruan.Xavier berdiri disamping Natan, sembari menyeruput teh nya, ia memperhatikan Natan yg sedari tadi menatap langit dengan tatapan kosong.
Natan sudah memutus kontrak nya dengan Aamon.
Meski awalnya ada sedikit perdebatan dari kedua belah pihak, namun sesuai perjanjian, Natan hanya berada disana untuk mengobati Aamon, dan jika pengobatan rutin sudah tidak diperlukan lagi, maka Natan memiliki hak untuk keluar dari manssion Aamon.Namun entah perasaan apa yg dirasakan oleh Natan saat keluar dari manssion itu...was-was?...takut? Perasaan yg sulit untuk dijelaskan.
Pada akhirnya Xavier mengajak Natan untuk menginap diapartement nya untuk semalam, sembari mereka menyewa cleaning service untuk membersihkan rumah Natan yg sudah lama tidak ia tinggali itu.
Xavier meletakan gelas nya dimeja yg ada dibalkon, ia mendekati Natan yg masih memandangi langit dengan tatapan kosong.
Greb
Ia merangkul Natan dengan hangat, yg dirangkul tentu terkejut, namun bukan nya melepaskan rangkulan itu, Natan malah merasa nyaman...ini lah yg ia butuhkan saat ini, orang yg akan selalu berada disisi nya...aman...dan nyaman...itu yg dirasakan oleh Natan saat ini.
.
.
.Masa kandungan Natan sudah memasuki 6 bulan.
Sebenarnya agak beresiko jika Natan tetap memaksakan diri untuk bekerja saat ini, bukan hanya karna perutnya yg mulai terlihat membesar, namun kesehatan nya yg sering naik turun, ia bisa mengalami mual dan pusing kapan saja, ia juga tak bisa meminta bantuan dari Xavier karna Xavier juga punya kesibukan sendiri.
Untuk menutupi kehamilan nya,ia bahkan membeli sebuah jubah dokter yg ukuran nya lebih besar dari pada tubuh nya.
Dan syukurlah, tidak ada yg merasa aneh dengan gelagat Natan, meski terkadang Natan sering mengalami mual dirumah sakit, Natan selalu beralasan bahwa ia hanya kelelahan atau sakit biasa.
Pukul 16:30
Natan baru saja pulang dari rumah sakit.Sesampainya dirumah ia melepas jubah dokter nya dan memasukan nya kedalam mesin cuci.
Ia melihat kearah perut nya yg sudah mulai berbentuk, senyum terukir diwajah nya, ia tidak sabar menyambut kedatangan keluarga baru dalam hidup nya.Meski awalnya rasa cemas dan takut menyelimuti nya, namun sekarang ia dapat meyakinkan dirinya sendiri, bahwa anak yg ada dalam kandungan nya saat ini, adalah anugrah yg diberikan pada nya.
Pukul 16:50
Natan baru saja menyelesaikan mandi nya, ia berencana ingin memesan makanan untuk dirinya sendiri.
Kring
Baru saja memegang handphone nya, ia mendengar suara bell pintu, ia segera membuka pintu dan melihat seorang kurir makanan.
"Atas nama, tuan Zandrind?" Tanya sang kurir.
"Iya kenapa?" Tanya Natan dengan sopan, untung lah ia mengenakan hoodie kebesaran saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mate | MLBB | Aamon Natan [END]
FanfictionNatan, siapa yg tidak kenal dengan Natan? Seorang Dokter yg sangat dihormati oleh semua orang. Karir nya didunia kesehatan sudah tidak perlu diragukan lagi. Natan adalah orang yg pesimis,berfikir logis,dan memiliki sikap yg mudah akrab dengan siapa...