Aku kembali ke kelas menjelang hampir pukul dua. Aku tidak sadar, aku menghabiskan waktu satu jam lebih di UKS. Waktu aku masuk kelas, tidak lama kemudian, bel pulang berkumandang.Kedatanganku di sambut Sonya dengan marah-marah, dan aku harus memutar otak untuk membuat alasan yang masuk akal.
"Lo darimana aja sih?! Katanya ke kamar mandi tapi satu setengah jam sendiri! Tega ya lo ninggalin gue di kelas sendiri. Udah gue berasa zonk banget ngerjain B.Indo tapi Bu Endang ternyata nggak ngajar babi!"
Aku meringis. "Maaf. Habis tau kalo jamkos gue langsung mutusin buat ke perpus."
"Tuh tuh!" Sonya memekik lagi. "Lo juga baca chat gue tapi dibales aja enggak!"
"Lupa..." aku menggaruk ujung hidung. "Nya, maaf banget—"
"Lagian kan bisa ke perpus ngajak gue? Kenapa hobi banget kemana-mana sendiri sih?!"
"Nggak kepikiran juga, maaf—"
"Maaf maaf aja terooosss! Ini bukan lagi lebaran!"
"Ya—gue bingung—duh, gimana ya—"
"Sebagai permintaan maaf, pulang sekolah lo harus nemenin gue ke mall. Gue mau nonton sama belanja!"
Aku melongo. "Hari ini banget?"
"Kenapa? Nggak mau? Niat minta maaf nggak?!"
Ampun.
"Oke oke. Nanti pulang sekolah. Janji."
"Nah, gitu dong." Mood Sonya langsung berubah dari yang tadinya marah-marah jadi berseri penuh senyum. Sonya mendekat, kedua tangannya naik untuk merangkum pipiku hanya untuk di putar-putar. "Sayang banget deh sama Nami. Muah!"
Aku bergidik ngeri.
***
Sonya gila.
Aku menarik satu kesimpulan waktu sadar bahwa keputusan Sonya untuk mengajakku berangkat ke Aeon detik itu juga kala kaki kita keluar gerbang—yang jaraknya dari Tanuradja bahkan hampir satu jam sendiri—menggeretku berkeliling dari satu toko baju ke toko baju lain, make up dari tester gratis di Sephora tanpa membeli satupun produk di sana—adalah karena cewek itu cuma ingin mengerjaiku saja.
Aku yakin kesimpulanku 99% akurat dilihat dari antusias dan senyum jahilnya ketika melihat wajah lelahku setelah berkeliling hampir 2 jam lamanya tanpa jeda.
Makadari itu kala kita mendudukkan diri di salah satu restoran Jepang favorit Sonya, aku jadi yang pertama menghembuskan napas lega.
"Capek, bu?"
Aku melayangkan tatapan peringatan pada Sonya yang tertawa puas. "Menurut lo aja deh."
Sonya menyusul duduk di depanku. Senyum jahil setia terpatri di wajahnya.
Aku menghela napas berat seraya menyandarkan badanku ke belakang. Kalau tidak karena rasa bersalah, dan Sonya yang bersikeras memaksaku ikut menemaninya, niscaya aku tidak akan merelakan waktu yang seharusnya bisa aku habiskan untuk goleran di rumah.
Sonya lanjut cengengesan sendiri. Dan aku tidak lagi peduli. Kami lanjut memesan, menunggu makanan kami datang, lalu makan dengan tenang.
Itu semua berlangsung lancar sebelum Sonya melontarkan pertanyaan mengejutkan yang membuatku spontan tersedak.
"Na, lo tadi beneran cuma ke perpus doang?"
Aku tidak bisa berhenti batuk-batuk setidaknya sampai satu menit berikutnya. Sonya ikut kaget tapi dicampuri mengomel juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
the star, falling.
RomanceIni semua bermula dari kedatangan murid baru di kelasku. ©drelouvre 2023