***
Ini hari Senin tapi sosok anak kecil masih tertidur lelap di kasur mungilnya. Padahal anak itu sebentar lagi akan sekolah. Memasuki dunia baru diusianya empat tahun. Bayangkan, anak itu akan menghadapi kerasnya dunia sekolah sebentar lagi..
Mengenaskan.
Suara dengkurannya terdengar, anak itu tidur meringkuk sambil memeluk boneka Sinchan yang celananya sudah melorot entah kemana hingga membuat "belalai" boneka itu terpampang dengan jelas.
Tidak lama kemudian, seseorang membuka pintu kamar anak itu, setiap kali pria itu masuk ke kamar anak kecil ini, matanya akan terpejam sejenak akibat warna kamar yang membuat matanya sakit. Bagaimana tidak, lihat saja sekarang warna kamarnya yang orange dipadukan dengan hijau muda dan beberapa aksen merah yang memenuhi kamarnya.
Dimas, paman dari anak kecil yang masih terlelap itu.
Jika mengingat tentang warna kamar anak itu, kebetulan dia tahu kalau waktu itu orang tua si kecil sempat bertengkar tentang memilih warna kamar yang cocok untuk anaknya ini. Ketika Papinya memilih orange, namun Maminya memilih berwarna hijau. Perdebatan diantara keduanya cukup sengit karena tidak ada yang mau mengalah. Tendangan maut hampir terjadi, bahkan sengatan-sengatan listrik dari raket nyamuk hampir saja mengenai Papi si kecil. Hingga pada akhirnya, Dimas memutuskan mengambil jalan tengahnya, setengah berwarna hijau dan setengahnya lagi berwarna orange.
Lantas kedua suami istri itu sepakat dengan keputusan Dimas. Jika mengingat hal itu, Dimas hanya bisa geleng-geleng kepala. Pria mendekat pada kasur mungil milik anak kecil itu, dia menggoyangkan badan mungil itu pelan.
"Yazan, bangun. Kamu harus sekolah sekarang."
Anak itu tidak bergeming, membuat Dimas hanya mendengus saja. Pasalnya pria itu juga bangun kesiangan, padahal dirinya sudah di wanti-wanti ibu dari anak itu untuk jangan bangun kesiangan, karena ini hari pertama Yazan sekolah.
"Yazaaaan~"
Dimas menyenandungkan nama anak itu, membuat si kecil meringsek dari tidurnya, dia bergerak kecil, menggeliat, merentangkan tangannya hingga membuat boneka Sinchan tanpa celana itu terjatuh kelantai dari pelukannya.
Anak itu bergumam, lalu mengucek matanya pelan. "Bericit, Om." Suaranya parau, lalu dia kembali terlelap.
Dimas yang melihatnya berdecak, kemudian ia membangunkan anak itu lagi. "Ayo bangun, kamu sekolah, ini sudah siang, Yazan."
"Cebentar, lima menit lagi." Kemudian anak itu kembali tertidur setelah bersuara dengan samar.
Dimas kembali mendengus. "Oke, lima menit." Pria itu meletakkan sebotol air untuk Yazan minum di nakas samping tempat tidur anak itu. "Air minum om taruh disini, harus diminum."
Pria itu berjalan menjauh dari kasur Yazan, namun segera berbalik badan menghadap anak itu lagi yang masih meringkuk, mengumpulkan nyawanya.
"Lima menit kamu nggak bangun dan minuman kamu nggak gerak, Om lapor Mami."