***
Assalamualaikum wr. wb.
Pertama-tama, Saya selaku Mamanya Haechan memohon ampun dan meminta maaf yang sebesar-besarnya dikarenakan nggak update selama sebulan lebih 😭😭😭😭😭😭🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻Udah lah nggak mau beralasan apapun lagi karena ini memang pure kesalahan saya karena nggak update-update. Walaupun, sebenarnya saya nggak tau ada yang baca atau udah pada kabur semua... 😭😭😭
Hampura pisan guys, ampun...
😭😭😭😭🤏🏻****
****
Suasana rumah terasa sunyi dan sepi... itu yang Abang rasakan semenjak Yazan sakit dua hari ini. Bahkan Yazan pun izin tidak bersekolah. Anak itu terus-menerus di kamar, terkadang mami yang menemani, atau Om Dimas. Sedangkan Zayan, dia hanya berjalan kesana kemari tanpa tahu tujuannya.
Seperti saat ini, terkadang Abang duduk di ayunan halaman belakang rumah, nanti masuk lagi duduk di ruang tengah sambil menonton dengan beberapa kudapan ditangannya. Merasa bosan dia matikan acara televisi tersebut, lalu menuju balkon rumahnya untuk duduk sendirian di sana. Hanya berselang beberapa menit Abang kembali lagi ke ruang tengah. Begitu seterusnya...
Lalu tidak lama kemudian semenjak Zayan duduk di ruang tengah, Mami keluar dengan menggendong Yazan, anak itu sudah bangun ternyata. Zayan memperhatikan mami yang perlahan menuruni anak tangga sambil memegang trailing tangga supaya tidak terjatuh dan tangan satunya memegang pantat Yazan yang masih berada di gendongannya agar tidak melorot.
Ternyata Mami se-multitasking itu. Zayan tidak bisa membayangkan jika misalnya si tuyul itu sakit disaat mami bekerja. Mungkin dia akan menggundulkan kepalanya karena sibuk mengurus Yazan yang rewel. Dia tidak sehebat Mami. Dia masih perlu banyak belajar menjadi Abang yang baik... Atau bahkan menjadi ayah yang baik?
"Abang.. sambut adeknya." Pinta mami
Pria itu bergegas berdiri, mengambil alih Yazan untuk menggendongnya seperti posisi anak monyet yang bergantung ditubuh induknya. Anak itu masih terasa hangat namun tidak separah sebelumnya.
"Cilot enat Abang." Anak itu berbicara dengan nada yang berbisik.
"Lu masih sakit malah mikirin cilok. Ntar mami dengar habis kita berdua."
Kemudian keduanya berdiam lagi. Zayan memilih duduk di sofa sambil bersandar. Dia membiarkan adiknya itu masih bersandar di dadanya sambil dipangku.
Sesekali tangan Zayan menepuk pantat anak itu dengan irama dan jarak waktu yang sama. Tidak cepat dan juga tidak lambat. Terlihat anak itu nyaman sekali dipangkuan abangnya itu.