LUPA MAU KASIH TAU...
Yazan punya kamus loh bagi kalian yang nggak paham bahasanya 😂***
***
Dimas turun lebih awal. Seperti biasa dia harus menyiapkan sarapan untuk bocah kematian itu. Walaupun hari ini hari Minggu, tapi tetap saja rutinitas tidak berubah. Mami pernah bilang, jangan biasakan Yazan untuk bangun kesiangan lalu rutinitas pun menjadi terlambat. Dia nanti akan menjadi anak pemalas kalau dibiasakan begitu.
Tapi masalahnya adalah kenapa harus Dimas yang mengerjakan itu semua? Kenapa bukan orang tua Yazan saja? Mumpung dua manusia itu sedang libur. Dan juga, ini Maminya malah hilang pagi-pagi sama Papi. Dimas tidak habis pikir dengan kedua orang tua itu yang sebenarnya sudah kolot tapi masih jadi sok gaul.
Pagi-pagi sekali Dimas sudah berkutat di dapur, memasak nasi dan lauk pauk. Mami selalu bilang, Yazan harus mendapatkan asupan empat sehat lima sempurna biar pintar. Masalahnya kalau anak itu pintar, yang kewalahan nanti Dimas dan guru-guru yang mengajar anak itu. Sedangkan Mami dan Papinya hanya bisa menyuruh Dimas untuk merawat anak kecil itu. Dengan mereka berdua sibuk terbang dan jarang pulang.
Selang beberapa waktu, Yazan turun dari lantai dua, karena kamarnya berada disana. Anak itu datang dengan wajah mengantuknya tapi sambil memegang tangan Sinchan yang saat ini sudah kehilangan celananya.
"Om macat apa?" Suara parau anak itu membuat Dimas menoleh sejenak.
"Masak sosis Kenzler kesukaan Njan sama sayur."
Dimas selalu memasak makanan yang selalu di banggakan Ale itu dan sudah jadi makanan sehari-hari Yazan. Tapi entah kenapa Ale selalu menganggapnya miskin. Mungkin karena Yazan selalu membawa bekal sederhana.
"Tan Njan nda cuha cayur om."
"Tetap di makan kalau gk mau Mami ngamuk."
Yazan merengut, pundaknya merosot kebawah. Melawan Dimas sama saja seperti melawan Mami. Mami itu seperti singa jika marah.