20 - the truth.

2.5K 201 8
                                        

HAPPY READING!!!


***

"Jadi pacar gue, Shel." Pintanya dengan tulus. Ia tak peduli jika gadis di hadapannya itu akan membencinya, yang jelas ia sudah tak sanggup lagi menahan perasaannya terlalu lama lagi.

.

Seketika gadis itu membuka matanya, memastikan telinganya tidak salah dengar. Ia menatap mata Chika yang menatapnya sendu, tatapan itu tersirat kekhawatiran di dalam mata itu.

"Kak, lo-"

"Gue cinta sama lo, Shel. Udah lama." Chika memotong lebih dulu ucapan gadis itu. "Maaf karena gue udah lancang cinta sama lo. Gue udah ga sanggup memendam perasaan ini Shel. Gue udah ga bisa ngejauhin lo lagi buat hapus perasaan gue ke lo. Semakin gue ngejauh semakin gue ngerasa cinta gue ke lo semakin besar. Maafin gue Shel." Chika menunduk dalam wajahnya, tak berani menatap gadis dihadapannya, perasaannya bercampur aduk.

"Jadi selama ini lo ngejauhin gue? Kenapa kak?"

"Dua kali gue liat lo jalan sama Aldo. Gue pikir lo sama Aldo balikan, dan ga ada harapan buat gue sama lo bersama, jadi gue milih untuk ngejauh."

Ashel menangkup kedua pipi Chika dan membawa gadis itu untuk menatap matanya. Ashel menatap dalam manik coklat kelam yang basah itu, lalu tersenyum lembut.

"Pertama, gue ga balikan sama Aldo. Kedua, gue udah ga ada perasaan apa-apa lagi ke dia. Ketiga..."

Cup

Ashel mengecup kilat bibir Chika, membuat gadis itu terkesiap.

"Makasih ya kak," Ashel tersenyum. "Makasih udah jujur sama gue. Lo ga perlu minta maaf, karena ini bukan salah lo. Kita ga pernah tau kapan dan kepada siapa perasaan cinta itu tumbuh dan berlabuh, begitu juga perasaan gue ke lo. Gue aja ga pernah nyangka hati gue memilih lo, tapi gue ga nyesel, malah gue anggep ini sebagai anugrah."

Chika mengerjap, masih mencerna kalimat Ashel. "Shel, maksud lo, lo-"

Ashel mengangguk, "Iya kak, gue juga cinta sama lo."

Seketika itu juga Chika memeluk Ashel erat, menyalurkan rasa bahagianya yang memuncak.

"Jadi sekarang lo pacar gue kan, Shel?" Tanya Chika memastikan, membuat Ashel tersenyum gemas dengan pertanyaan kakak kelasnya ini.

"Lo maunya gimana kak?"

Chika melepas pelukannya dengan kening yang berkerut, "Lo nanya gue Shel? Ya pasti jawaban gue, lo harus jadi pacar gue. titik. Dilarang nolak!"

Ashel terkekeh, "Dih gitu, curang."

"Biarin, emang lo gamau jadi pacar gue?"

Ashel mencubit kedua pipi Chika gemas, "Ya kali gue nolak, kapan lagi lo punya cewek cantik kayak gue." Sombongnya.

"Iya deh si paling cantik." Chika tersenyum.

Tidak ada lagi kata yang bisa mendeskripsikan perasaan kedua insan yang sedang dimabuk cinta ini selain bahagia. Segala penantian dan usaha Chika selama ini berbuah manis, sangat manis malah.

"Oh iya, btw lo ga sekolah? Ini udah jam setengah 7 loh." Chika menatap gadis yang sudah resmi menjadi kekasihnya itu.

Plak

Ashel menepuk bibir Chika, "Aw, kok bibir gue digeplak sih Shel?"

"Masih mau pake lo-gue?" Ketus Ashel.

"Hah? Maksudnya?" Chika menautkan alisnya tajam dengan wajah bodoh.

"Bodo amat!" Ashel mengerucutkan bibirnya.

Chika terkekeh gemas melihat kelakuan lucu kekasihnya. "Iya iya aku bercanda, sayangku." Chika bergantian mencubit gemas pipi Ashel. Lalu melepasnya.

"Udah ih keselnya, nanti cantiknya ilang." Goda Chika membuat pipi Ashel bersemu. "Oke mulai sekarang kita manggilnya ayang beb." Gurau Chika.

Ashel seketika melebarkan matanya dan memukul pelan pundak Chika. "Apaan sih, norak banget tau ga!"

"Hahaha, aku bercanda Ashel. Serius banget deh."

Ashel tidak habis pikir dengan kakak kelasnya itu. Padahal dulu Chika tidak pernah ngeselin seperti sekarang, tapi kenapa kadar kejahilan Chika meningkat pesat?

Ingat. Hanya kepada Ashel dan orang terdekat yang membuat Chika bisa menjadi sangat jahil dan ngeselin.

Membahas tentang sekolah. Ashel sudah menghubungi sahabat dan izin ke Maminya semalam untuk menjaga Chika di rumah sakit, dengan alasan tidak ada yang menjaga kakak kelasnya itu. Dan Anin mengizinkan anak gadisnya itu untuk menjaga Chika, mengingat Chika selalu menjaga Ashel.

"Kak, tapi aku takut hubungan kita ga direstui sama Mami." Gumam Ashel dengan wajah murung. Ternyata gadis itu masih menyimpan kecemasan terkait hubungan mereka.

Chika mengangkat dagu Ashel agar menatapnya, "Kamu jangan khawatir ya, Mami kamu pasti setuju kok sama hubungan kita." Ujar Chika yakin.

"Kok bisa?"

"Ada dua alasan."

Ashel semakin penasaran, sebenarnya apa yang ingin Chika katakan? Mengapa kekasihnya itu begitu yakin jika Maminya akan merestui hubungannya dengan Chika?

"Apa?"

"Pertama, Mami kamu itu sahabat dekat Mama aku semasa kuliah dulu. Kedua, aku sempat minta izin sama Mami kamu untuk ngejagain kamu seumur hidup." Ucap Chika tenang.

Ashel sedikit terkejut, "Kapan? Kok aku gatau?"

"Udah lama. Sebelum aku tampil di NMA. Aku minta izin sama Mami kamu dan dia ga marah dan ga keberatan sama sekali. Malah dia seneng, kalo yang jagain kamu itu aku."

Ashel berkaca-kaca, ia lega jika Maminya benar-benar akan merestui hubungannya dengan Chika. Ashel pun memeluk erat tubuh kekasihnya, orang yang sudah berhasil menyembuhkan luka di hatinya, yang selalu menjaga dan ada untuknya, yang selalu membuatnya bahagia. Ia sangat beruntung memiliki sosok Chika, sosok yang tak pernah ia duga akan menjadi kekasihnya.

***
THE END



080623





makasih ya semua yang udah baca dan nunggu kelanjutan cerita ini! maaf bgt kalo 2 part terakhir agak sedikit maksa, karena i have no idea to continue this story anymore, jadi gue coba selesaikan dengan alur yang sekiranya gak terlalu cringe haha. sorry kalo endingnya ga memuaskan atau terkesan aneh, big thanks sekali lagi!🙏

Infinite LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang