Pernikahan Arin digelar secara sederhana, sesuai dengan kepribadian putri pertama papa Tatang yang kalem, hanya teman dekat dan keluarga saja yang menjadi tamu undangan untuk menjadi saksi hari bahagianya.
Bunda Siska terharu dengan proses ijab qabul yang diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Quran dari kedua mempelai.
"MasyaAllah.... Barakallah... Arin dan suaminya sangat serasi..." bisik bunda disisi Reny.
"Albirru namanya bun..."
"MasyaAllah mas Albirru bagus banget namanya..."
"Bunda pingin cepet-cepet liat kamu sama Regi dipelaminan.."
Reny langsung tersenyum canggung "Hehe.., iya bun.. Sabar ya bun..."
"Iya... Bunda sabar kok.."
Reny menghela nafasnya, ucapan bunda dan gestur tubuh dengan bahasanya tidak sejalan, bunda terlihat sekali memaksa secara halus.
.........
"Selamat ya Arin dan nak Albirru... Semoga menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmatullahi..."
"Iya bunda terimakasih... Atas doa restunya..."
Albirru yang bingung pun diberitahu oleh Arin "Bunda ini calon mertuanya Reny..."
"Oh... Iya ya... Nuhun bunda sudah datang di hari bahagia kami..." kata Albirru
"Iya sama-sama..."
"Kak.... Ayo nyicip makanannya.." ajak Reny yang meninggalkan bunda bersama mamanya.
"Yuk.... Mau apa..,"
"Itu es teler... Seger..."
"Perasaan kebersamaan kita sebatas makan dan jajan ya..." kata Regi
"Hahhaa... Iya sih... Tapi kalo kebersamaan nggak pake jajan ya laper dong..."
"Iya bener juga sih..."
"Kak... Bunda ngomong lagi pingin cepet-cepet kita nikah.." Reny memang tipikal orang yang tidak bisa menyimpan rahasia dan juga ekspresif.
"Hmm... Kamu nggak nyaman ya... Mungkin bunda sayang banget sama kamu sampe pingin kamu tinggal bareng kami..."
"Iya tapi sesuai kesepakatan kita diawal... Kamu sabar kan nunggu aku lulus kuliah?"
Regi tersenyum "Iya... InsyaAllah.... Kakak sabar menunggu sekuntum bunga ini sampai merekah...." ujar Regi mengusap kepala Reny.
Reny tersenyum lebar mendengarnya, ingin rasanya ia memeluk Regi tapi ia ingat itu tidak bisa beralasan khilaf karena sudah berulang kali ia lakukan.
---- 💜 ----
Minggu berikutnya Regi diminta papa Tatang untuk ikut ke Bandung dalam acara ngunduh mantu dikeluarga Albirru.
"Cape kak..."
"Nggak kok... Jakarta Bandung doang......"
"Jiiah... Iyadeh yang tetep terjaga staminanya... Untung juga punya calon suami seorang guru olahraga.."
"Maksudnya nggak usah ngajak supir lagi...?" Regi melebarkan kedua matanya, namun hanya sekedar marah bohongan.
"Hehe.. Iya dong...."