"Jen, Jen, liat ada gedung lagi tuh. Gilaa besar banget, yakkk." Di sinilah kedua barudak yang sempat terpisah di sesi kedua.
Jeno datang lebih dulu dengan gelar resminya sebagai trainee yang kelang setengah jam setelahnya disusul oleh Haechan. Mereka terbangun di kamar yang bersebelahan. Jadilah mereka registrasi bareng dan selalu lengket kemana-mana. Seperti sekarang, mereka sudah berada di bawah salah satu pohon besar yang ada di teman samping danau.
Sampai saat ini, mereka belum mengenal penduduk yang lain. Ya, paling gak sekadar sapa antar trainee dan mengatakan mereka adalah penduduk baru.
Sekarang, pandangan mereka berada pada satu titik fokus yang sama. Gedung lainnya yang tak kalah besar dengan gedung tempat mereka terbangun tadi.
"Oi!" Haechan dan Jeno nyusruk ke depan karena kaget.
Mereka menoleh, menampilkan seorang pria yang beraura gimana gitu.
"Anjir lo, ngaget-ngagetin aja. Kenapa?" Tanya Haechan sembari mengusap dahinya karena terkena tanah. Belum lagi ditimpah Jeno.
"Ngapain lo pada ngintip-ngintip, ntar bintitan," ujar orang tersebut.
"Kita cuma mau liat itu gedung apa? Kok keren?" Haechan kembali bertanya.
"Ohh anak baru ya?"
"Hooh," jawab Haechan dan Jeno secara bersamaan.
"Mati karena apa?"
"Gue dibunuh," jawab Jeno apa adanya.
"Gue difitnah gara-gara dia," ucap Haechan dengan tangan yang menunjuk Jeno. Jeno yang tak terima dirinya dijadikan bahan hoax mendorong Haechan, sehingga pria asal Bandung itu kembali terjatuh untuk kedua kalinya.
"Buat hoax lo, lo kali yang fitnah."
"Lo udah mati ya, jadi diem aja. Gue emang difitnah gara-gara sembunyi sama lo. Padahal lo malah misahin diri, mati duluan kan lo." Haechan menjelaskan keadaan yang masih sangat jelas diingatannya.
Ngomong-ngomong, Haechan kangen kamar ratu Kunti.
"Gue gak misahin diri ya, lo noh kemana, jadinya gue asal masuk ruangan. Untung lo mati juga, jadi ada temen gue." Haechan mendelik. Jeno tuh salah satu anggota yang jarang ngomong. Tapi sekali ngomong kadang gak mikir perasaan lagi.
"Nama lo siapa?" Orang asing yang sedari tadi hanya berdiri dengan menatap Haechan dan Jeno bertengkar mencoba untuk membuka perbincangan.
"Gue Haechan, kalo dia Jeno," ujar Haechan tanpa mengetahui bahwa Jeno sedang berusaha menahan amarah sekuat mungkin. Maksudnya, Jeno bisa kenalin diri dia sendiri, guys.
"Ohh, gue Yangyang. Salam kenal," balas Yangyang dengan sodoran tangan yang dibalas oleh kedua orang yang berada di depannya sekarang.
"Salam kenal, lo anak lama ya?" Tanya Haechan dengan sikap sksd nya.
"Iya, semenjak 3 tahun lalu," balas Yangyang yang kemudian ikut lesehan di bawah pohon dengan Haechan dan Jeno.
"Buset, sesepuh."
"Gak sesepuh itu, bro. Masih ada yang lebih sesepuh. Noh bang Hanbin, udah 7 tahun mengabdi," balas Yangyang yang tak terima dirinya dibilang sesepuh.
"Buset, lama bener. Kredit motor dah lunas tuh." -Haechan.
"Lama-lama gitu ngapain aja? Gak mau debut gitu?" Yangyang beralih menatap Jeno. Dalam benaknya sedikit senang karena ada orang yang masih agak warasan. Soalnya dia barusan melarikan diri dari Hendery dan berniat refreshing, hingga akhirnya bertemu dengan dua curut ini. Tapi salah satunya malah satu templet sama Hendery.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impostor - NCT DREAM X TREASURE [Completed]
Teen Fiction"Nih, ada agensi open audisi nih!" Mimpi yang seharusnya dapat mereka capai dalam beberapa langkah lagi menjadi sirna begitu saja. Agensi itu bukan agensi biasa, masuk ke dalamnya ternyata bukan merealisasikan cita, namun justru merenggut nyawa. 17...