III

60 10 6
                                    

Perjalanan mencari tempat persembunyian berjalan lancar saja sampai sebuah teriakan yang amat keras terdengar di telinga mereka bertiga. Secara spontan Asahi menarik Jisung memasukki ruang sembarangan yang berada di dekat mereka. Pandangan pertama yang Asahi temui yaitu lemari besar yang berada berseberangan dari pintu masuk.

Jisung dengan pasrah mengikuti langkah Asahi menuju lemari gaban itu. Untungnya, lemarinya tidak terkunci. Dengan sigap pria berdarah Jepang itu membuka lemari dan kembali menutupnya setelah memastikan keduanya sudah berada dalam lemari dengan aman.

Tapi, Asahi justru lupa menutup pintunya.

Suara teriakan marah itu semakin terdengar dari tempat persembunyian Asahi dan Jisung. Tanpa sadar, genggaman tangan Jisung mengerat. Mereka yakin itu pasti suara dari impostornya.

Tak hanya suara teriakan melainkan suara langkah kaki benar-benar terdengar mendekat. Asahi lantas menepuk dahinya dan mengeram kecil. Bisa-bisanya dia lupa menutup pintu ruangan. Sekalipun mereka berada di dalam lemari, tapi tempat persembunyian ini terlalu mencolok dan mengundang kecurigaan jika pintu terbuka.

Di samping Asahi, Jisung mati-matian menahan desakan tangis. Matanya sudah kembali basah begitu pun dengan hidungnya. Degup jantungnya berdetak kencang. Dia berdoa agar Asahi bukan target dari para impostor.

"HAHAHAHA!" Suara tawa menggelegar keras memenuhi pendengaran kedua pria yang sekarang sudah saling peluk. Perasaan Asahi mengatakan bahwa impostor tersebut sudah masuk ke dalam ruangan yang sama dengan mereka. Tinggal menunggu waktu saja.

Semoga saja bukan Jisung, batin Asahi.

Derap langkah kaki kian menjadi dan mendekati mereka. Namun, Jisung dan Asahi akhirnya memanjatkan segala puji syukur ketika mendengar suara bell berbunyi.

Tidak langsung keluar, mereka masih mempertahankan posisi mereka sampai mereka merasa aman dan memastikan bahwa impostor tersebut sudah pergi.

Setelah lima menit, akhirnya Asahi memberanikan diri untuk membuka pintu lemari. Sudah sepi. Selanjutnya, pria dengan visual yang memukau itu memanggil Jisung untuk ikut keluar dan kembali berkumpul di lobby istana.

"Ayo Jisung, nanti kita dicurigai karna dateng telat," ajak Asahi yang diangguki oleh Jisung. Pemuda bongsor itu mengikuti langkah Asahi yang sudah berjalan di depannya. Dia merasa badannya masih sangat lemah sekarang. Apakah game ini tidak ada sesi tidur. Mentalnya benar-benar sedang breakdown.

Lobby sudah dipenuhi oleh peserta game kali ini. Beberapa bahkan sudah mulai berdiskusi, karena memang waktu diskusi tidak lama.

Pandangan tertuju ke arah Asahi dan Jisung berada. Sepertinya feeling Asahi memang benar. Mereka berkemungkinan akan dicurigai.

"Dari mana, bro?" Tanya Jeno

"Sembunyilah," jawab Asahi dengan santai.

"Kok lama?" Tanya Jeno lagi.

"Jauh tempatnya." Dalam diam Jisung berdecak kagum pada jawaban yang keluar dari Asahi. Semuanya masuk akal dan tidak terlihat raut cemas di wajahnya. Tapi alasan lain yang membuat Jisung kagum juga adalah grup dari Asahi sendiri. Ya, seperti oke-oke saja. Atau mungkin mereka adalah orang-orang yang waras? Soalnya kalau Jisung yang jawab begitu, tetap saja akan dicurigai. Seketika terlintas rasa ingin pindah grup di pikiran Jisung.

Wahh, sesi satu selesai juga akhirnya ya. Gimana perasaannya? Suka gak?

Semua diam tak ada yang berniat untuk menjawab.

Ihh jahat gak ada yang respon :(

Semuanya masih sama. Tak ada yang membalas.

Ck! Satu korban untuk sesi ini. Silakan diskusi!

Tak lama dari hilangnya suara dari moderator, sebuah cahaya muncul tidak jauh dari tempat mereka berkumpul. Perlahan, cahaya itu membentuk wajah korban yang tengah tersenyum seakan mengisyaratkan bahwa dia akan baik-baik saja.

Saat itu pula para anggota dari grup bernama Treasure itu dirundung kesedihan. Momen banjir air mata terjadi seketika. Renjun, Jisung, dan Jeno yang melihat hal itu pun ikut menangis sedih karena terbawa perasaan.

"Kak Doyoung..." Lirihan dari Junghwan membuat beberapa anggota dari grup musiknya mendekat dan memeluk anggota termuda itu.

Kim Do Young telah dinyatakan sebagai korban sesi pertama dari game.

Kim Do Young menyatakan bahwa tidak ada yang dibakar hari ini. Kim Do Young dinyatakan sebagai Pacifist. Sesi diskusi akan berakhir dalam 5 menit lagi tanpa adanya hukuman.

Mendengar pengumuman itu, para peserta game lantas saling toleh satu sama lain.

"Doyoung hidup lagi?" Tanya pria bernama Junkyu.

"Gak kayanya."

"Terus tadi?"

"Mungkin sebelum jadi korban, dia sempet mencet tombol reveal," jawab Jaehyuk lagi.

"Kok lu tau? Tombol reveal tuh apa?" Tanya Jihoon dengan ekspresi yang sudah bida dibayangkan.

"Pernah main sih di tele. Reveal tuh tombol buat ngungkapin kalo lo gamau ada yang dibunuh malem itu. Tapi kalo gue biasanya dipake buat ngeyakinin kalo gue bukan werewolfnya. Cuma biasanya besoknya malah dimakan werewolf," jelas Jaehyuk panjang lebar. Seketika dia merasa sedih mengingat dia selalu saja mati setiap main WW, baik waktu dapet role baik atau pun jahat.

"Loh, ini kita main game werewolf?" Si bungsu yang sudah sedikit baikan ikut bertanya.

"Kayanya, tapi kita gak dijelasin juga tadi."

Waktu diskusi habis. Sesi kedua dimulai. Bagi pemain baik silakan cari tempat bersembunyi seaman-amannya. Untuk pemain jahat, silakan menjalankan misi.

Semua berpencar. Sesi ini mereka masih belum saling tuduh. Tapi tidak tau untuk sesi-sesi seterusnya.

Para anggota sudah mengambil posisi masing-masing. Asahi kembali menarik Jisung. Namun, kali ini dia juga mengajak Jeongwoo turut serta untuk bersembunyi bersama.

"Parah lo bang, main tinggal aja," ujar Jeongwoo sembari memasang wajah cemberut.

Asahi menoleh yang diikuti juga oleh Jisung, "Sorry, tadi gue panik, jadi asal tarik aja."

"Tapi btw, lu tadi sembunyi di mana?" Tanya Asahi dengan rasa penasarannya. Soalnya ketika dia menarik Jisung, Asahi merasa bahwa Jeongwoo tidak ada disekitar mereka.

"Ada deh," jawab Jeongwoo dengan memasang senyum lebar. Terlihat aneh di mata Asahi. Tapi, pria Jepang itu tidak terlalu mengambil pusing hal itu.

Kini mereka bertiga berjalan menyusuri lorong yang beda dari tempat mereka bersembunyi di sesi sebelumnya. Tidak ada lagi yang membuka suara, masing-masing hanya diam dengan pikiran masing-masing. Kesempatan yang pas bagi Jeongwoo untuk melakukan misinya.

Anggota yang sempat dikenalkan sebagai salah satu vokalis grup itu sedang bersiap-siap mengambil kesempatan yang pas. Dia harus menang di game ini. Harus!

Impostor - NCT DREAM X TREASURE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang