Jihoon berlari kencang tanpa arah. Sesekali dia menoleh ke belakang, mencari keberadaan teman baru yang satu frekuensi dengannya. Jauh di dalam lubuk hatinya, laki-laki itu mencemooh rekan sembunyinya itu dan benar-benar kecewa jika ternyata Renjun dinyatakan sebagai bagian dari sirkel impostor.
Baru beberapa menit yang lalu, dia masih berdebat dengan Renjun, dan sekarang dia sedang menimang-nimang apakah ini akhir ceritanya. Entah bagaimana impostor tahu keberadaan mereka, padahal saat itu keduanya hanya rebut kecil yang Jihoon sendiri yakin kalau suara mereka tidak sebesar biasanya.
Tepat setelah terdengar jejak langkah kaki, Jihoon dan Renjun sontak berlari kencang. Namun, tak sampai berapa menit, Jihoon kehilangan jejak Renjun dan seakan temannya utu menghilang begitu saja tanpa kode-kode manja.
"Wuanjir, kejer Renjun sana!" Kesal Jihoon ketika langkah kaki keramat itu kembali terdengar di inderanya dan kian mendekat.
Pria yang dikenal sebagai salah satu anggota terkuat di grupnya itu berlari kesetanan tanpa memperdulikan hal-hal lain. Yang menjadi fokusnya saat ini hanyalah dirinya dan nyawanya. Bahkan uangnya yang belum dikembalikan oleh Haruto hilang begitu saja dari ingatannya. Padahal kemarin-kemarin, tiap menit, Jihoon selalu menanyakan uang lima ratus miliknya yang tak kunjung dikembalikan Haruto.
Semakin cepat Jihoon berlari, dia merasa bahwa kakinya semakin lemah.
BUG!!
Jihoon meleyot.
Alias jatuh.
Tangan berotot itu menepuk-nepuk kedua kakinya agar dapat digerakkan kembali. Namun, hasilnya tetap sia. Dia sudah pasrah dengan keadaan. Rasa menyerahnya bertambah kala matanya menangkap sosok yang sangat-sangat dihindarinya berjalan mendekat.
Jihoon menatap sayu dan tak lama menutup kedua matanya.
"Maaf semuanya, gue udah gak mampu lagi."
***
"JIHOON! WOI BABI BANGUNN!"
"WOI JIHOON! BANGUN GAK LO?! GUE PERCAYA NIH KALO LO KETUA OSIS. TAPI BANGUN DULU!!!" Semenjak lima menit yang lalu, Renjun mengguncangkan dan meneriaki nama Jihoon. Tapi pemuda itu masih tak kunjung bangun.
Mata Renjun memanas. Ini kali pertama dia mendapati temannya menjadi korban secara langsung. Dadanya sesak. Semakin sesak ketika bunyi bell penanda sesi kali ini selesai terdengar.
Tangan kanannya mengusap wajahnya, dia siap berdiri dan bertekad untuk berlagak menjadi detektif setelah ini.
Tak jauh dari tempatnya, seseorang menempatkan fokusnya kepada Renjun. Kepalanya tergeleng tak percaya.
***
"Renjun pelakunya," ujar seseorang yang baru saja sampai di tempat diskusi.
"Hah?" Tentu saja pemilik nama tak terima dituduh begitu saja.
"Lo yang bunuh Jihoon kan? Ngaku aja lah," tuduh Haruto lagi dengan menatap tajam Renjun.
"Maksud lo?"
"Ya lo pembunuhnya njing."
"Gak usah asal tuduh ya lo! Mulut lo lemes banget dari sesi-sesi sebelumnya, sumpah! Lo sadar gak sih kalo lo salah satu penyumbang banyak korban gak bersalah!" Balas Renjun dengan volume suara tak kalah besar dari suara Haruto. Maklum saja, dia vokalis di grupnya dan teriak sudah jadi makanan sehari-harinya.
"Udah, To, lo tenang dulu. Terus jelasin kenapa lo bisa nuduh Bang Renjun?" Ucap Asahi yang berhasil memenangkan suasana. Sementara di lain sisi, seseorang tengah menatap Asahi sembari berdecak kagum. Jika saja sedang tidak dalam keadaan yang mencekam, dia akan bertepuk tangan dengan sangat keras atas kebijakan yang dilakukan oleh pria bernama lengkap Hamada Asahi tersebut.
"Dia tadi nangis-nangis nyebut nama Jihoon gitu, Bang."
"Lah terus? Salah?"
"TAPI LO TUH KAYAK LAGI MENYESALI SESUATU GITU, SEAKAN-AKAN JIHOON ADA DI DEPAN LO," Balas Haruto lagi dengan nada ngegasnya yang membuat sisa orang di sana menutup telinga mereka.
"Emang ada Jihoonnya!" Renjun juga membalas dengan wajah emosi yang sangat tertera di wajahnya.
"Mana ada gitu bjir, orang udah jadi korban impostor mah langsung hilang. Lo gak usah ngelak."
"Lah ngapain gue ngelak. Emang gue liat Jihoon rebahan dengan bajunya yang udah darahan," balas Renjun lagi. Tentu saja karena dia tidaj merasa berbohong dan telah mengatakan yang sebenarnya, tapi bocah grup tetangga itu malah menuduhnya sembarangan.
"Bohong dia tuh, Bang, bohong. Mana ada gitu."
"Emang lo pernah liat, To?" Setelah ruangan hanya dipenuhi dengan suara Renjun dan Haruto, kini Jaehyuk ikut angkat suara.
"Maksudnya?" Tanya Haruto dengan nada sewot.
"Lo bilang kalo udah mokad oleh impostor terus korbannya langsung hilang. Emang lo pernah liat? Atau lo pernah ngalamin."
"Enggaklah!" Jawab Haruto.
"Lah terus? Informasi itu lo dapet darimana, njir?"
"Feeling."
"Haruto?" Pemilik nama menoleh. Yang memanggilnya Asahi. Biasanya kalau bersangkutan dengan Asahi, pemuda itu selalu menganggap remeh dan bermanja-manja. Tapi tidak untuk saat ini. Raut wajah Asahi terlihat menakutkan dan mengintimidasi.
"Ini bukan game mainan, yang mana lo bisa gunain feeling sebagai tolak ukur. Ini menyangkut nyawa." Sambung Asahi menasehati adik kesayangannya itu.
"Jangan-jangan lo..."
"BUKAN GUE YA ANJING!!"
Renjun tersenyum kecil, "Santai dong, bro. Lo kok kaya takut gitu?" Renjun berucap yang diakhiri dengan tawa masam seakan sudah mengetahui pelaku dari sesi tadi.
"Lo ngefitnah gue, ya gue bela dirilah."
"Siapa yang mau ngefitnah lo, To? Lagian kalo gak mau difitnah ya bukan di sini tempat mainnya," ujar Jaehyuk yang membuat Haruto semakin terpojok.
Lima orang yang ada di sana selain Haruto sendiri menatap rapper muda tersebut. Haruto menggeleng lemah. Rasa sedihnya memuncak. Matanya sedikit demi sedikit memanas. Kemudian dia mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tak diketahui.
Pria itu sudah pasrah dan tidak memberikan pembelaan lagi. Mulutnya tertutup. Hening sesaat, sampai satu suara memecahkannya.
Woilah, sesinya gak ada yang dibunuh ya. Killer man berhasil ngebunuh impostor di sesi tadi. Sorry-sorry, aing lupa, mwhehehe
Tak lama setelahnya, bell permainan kembali berbunyi.
"Moderator anjing," umpat Jisung pelan namun masih dapat didengar oleh seseorang di sampingnya.
"Bukan anjing, Bang. Tapi anjing banget," balas Jeongwoo dengan volume suara yang sama. Kemudian dia beranjak untuk bersembunyi menuju yang tengah ditargetkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impostor - NCT DREAM X TREASURE [Completed]
Novela Juvenil"Nih, ada agensi open audisi nih!" Mimpi yang seharusnya dapat mereka capai dalam beberapa langkah lagi menjadi sirna begitu saja. Agensi itu bukan agensi biasa, masuk ke dalamnya ternyata bukan merealisasikan cita, namun justru merenggut nyawa. 17...