Mama, Papa, Indira (Puisi dari Brama)

42 5 10
                                    

Note: hanya part yang sangat singkat
***

Moment saat Brama menunggu antre-an di ruangan apotek rumah sakit untuk mengambil obat milik Aina;

Kala itu, antre sedang agak panjang, membuat Brama jenuh sendiri menunggunya. Hingga berakhir Brama mengeluarkan ponsel untuk menghilangkan jenuhnya. Dia membuka note pada ponselnya di mana itu berisikan beberapa puisi yang dia buat. Dan kali ini dia akan melakukannya lagi. Membuat puisi, atau lebih tepatnya untaian kata dari kegelisahannya.

Untaian kata untuk Mama

Ma, sebaik-baiknya wanita yang Anzah temui, Anzah nggak akan pernah menemukan yang jauh lebih baik dari Mama.

Mama yang mengajarkan Anzah banyak hal tentang kebaikan. Mama wanita pertama yang bener-bener menyayangi Anzah dengan tulus. Mama itu cinta pertama Anzah. Cinta pertamanya Anzah itu Mama. Kalika Putri, wanita hebatnya Anzah.

Ma, Anzah sayang banget sama Mama, tapi ada satu hal yang membuat Anzah sedikit kesal dengan Mama. Di antara segala kebaikan yang Mama ajarkan buat Anzah, salah satunya adalah kejujuran. Mama selalu ajarin Anzah untuk jadi anak yang jujur, padahal mama sendiri sering bohong. Kebohongan yang sering Mama ucapkan adalah, "Mama baik-baik aja." Mama selalu bohongin Anzah tentang keadaan Mama. Memanipulasi keadaan dan membuatnya memang seolah terlihat baik, padahal sebenarnya Mama terluka.

Mama orang baik, tapi selalu membohongi orang lain tentang luka yang mama hadapi. Anzah kesal, tapi Anzah nggak bisa marah. Karena terkadang Anzah melakukannya sekarang. Membohongi orang lain agar tidak ada yang tau bahwa Anzah terluka. Dan salah satu luka Anzah adalah kehilangan Mama. Anzah nggak bisa buat apa-apa sekarang, selain berdoa sambil berkata, "semoga khusnul khatimah, Mama."

***

Untaian kata untuk Papa

Pa, to be honest i wanna love you. Anzah ingin menyayangi Papa karena biar bagaimanapun Papa adalah orang tua kandung Anzah. Tapi maaf ... Anzah nggak bisa. Anzah benci Papa.

Papa orang yang Anzah benci, tetapi sialnya menyandang gelar sebagai orang tua Anzah. Jujur, Pa, seringkali Anzah juga ngerasa benci dengan diri Anzah sendiri. Anzah benci diri Anzah yang nggak bisa menghilangkan kebencian terhadap Papa. Tapi Anzah ngerasa nggak sanggup ngehilangin benci itu setelah apa yang Papa lakukan dulu kepada Mama.

***

Untaian kata untuk Indira

Indira Farisha Purnama, gadis baik yang gue suka. Gadis baik yang selalu ingin gue jaga. Gadis baik yang selalu ingin gue dekati. Rasanya gue ingin menjadikan lo pacar gue, tapi sayangnya nggak bisa, ya. Waktu itu mau bilang tapi gagal mulu, hehe. Sekarang malah selesai sebelum di mulai.

Kita selesai bahkan sebelum memulai. Kita slesai bukan karena kita memilih asing. Tapi ... kita selesai karena takdir telah membawamu pergi meninggalkan dunia ini.

***
And ... done.





Holaa readers, seperti sebelumnya aku update malam-malam lagi, padahal udah niatin nggak semalam ini:(

Mau sedikit cerita sama kalian, tapi sebelumnya aku mohon maaf yang sebesar-besarnya. Jadi, tadi kan aku udah ngetik panjang, terus pas aku mau logout wp bentar aku lupa simpan draf, dan hilanglah sudah semua yang udah aku ketik tadi. Nyesek aku, mana udah lumayan banyak yang aku ketik:(

Harusnya yang aku ketik tadi yang bakalan aku update malam ini, tapi hilang ... so sorry guys. I'm really sorry. Pengen ngetik ulang tapi udah jam 11 tadi, dan berakhirlah sebagai gantinya aku buat puisi singkat ini aja. Tapi tetap pakai kata yang sempet aku spoiler kemarin. Kata-kata dari Brama untuk Indira, selesai sebelum memulai dan aku tambahin kata-kata lain juga.

Aku bener-bener minta maaf yang sebesar-besarnya atas kecerobohanku yang terjadi malam ini. Dan sebagai permintaan maaf, aku akan double update besok. Dan bukan part singkat kek gini lagi.

Sederet Penyesalan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang