1. Home=Prison

3.8K 79 8
                                    






GL Uri Farah 1. Home=Prison

Sabtu, 8 Januari 2022.

"Aku akan menempati ruangan di sana," ucap Farah menatap ke lantai atas yang lebih mirip rooftop.

Dari tempatnya berdiri ketika langkah kakinya berhenti, matanya menatap lekat hunian yang mirip huruf 'L' dengan dinding yang terbuat dari kaca tebal dan tentu anti peluru.

Bentuk yang unik karena di depan sebuah kamar terdapat teras deck yang luas. Satu set sofa di tempat terbuka hanya beratapkan genting kuno, lalu di depannya terdapat spa jacuzzi dengan dua tempat berjemur di ujung teras deck yang memanjang.

Farah berdiri beberapa belas meter dari rumah utama, tentu pemandangan unik tersebut masih dalam jangkauan matanya.

Milan memalingkan wajahnya menatap wajah keponakannya yang tengah mendongak. Masih terdiam. Hanya menatapinya saja.

"Boleh?" ucap Farah seolah terbangun dari angannya.  

Menoleh ke arah bibinya. Bibirnya mengulas senyum, tapi matanya menatap kosong.

Entah jiwanya sedang berada di mana, karena yang dirasakan Milan dari gadis itu hanyalah keberadaan daging yang dilapisi kulit putih bersih. Wajahnya bahkan tidak sedang bersemu merah merona seperti biasanya. Saat ini wajah gadis nakal itu terlihat cukup pucat.

"Apapun maumu, Nduk!" ucap Milan, jemarinya terulur mengusap rambut tergerai gadis kecilnya tersebut.

Mereka hanya terpaut 8 tahun, tapi selisih cara berpikir dua orang tersebut cukup jauh.

Milan berharap Farah masih sama seperti sebelumnya, menjadi dirinya sendiri; berbicara semaunya, mengatakan apapun inginnya.

Meski selalu menatap dingin pada bibi ke-13 nya tersebut dengan tatapan yang sama.

Tatapan mata yang setiap waktu terlihat nanar, seolah mengutuk dirinya sendiri karena terlahir sebagai keponakannya. 

Namun, untuk beberapa alasan yang tidak bisa dijelaskan, setiap kali mulut tajam bibinya ini memanggilnya 'nduk', setiap itu pula pikirannya yang kalut akan teredam seketika. 

Begitu nyaman hingga dia ingin bersembunyi di belakang kata yang tidak harus diartikan sebagai kerabat tersebut.

Namun begitu ... akan lebih bagus jika panggilan itu diganti dengan 'Sayang'. 

'Huft,' batin Farah mendesah.

Jauh di dalam benaknya menginginkan Milan menatapnya dengan seluruh atensinya, bukan meninggalkannya begitu saja di saat dia sedang nyaman menggali rasa terhadap wanita yang tampaknya tidak doyan pria tersebut.

Saat itu, Farah dengan setiap rasa frustrasinya, begitu putus asa tanpa bisa mengatakan pada siapapun tentang kondisi psikisnya.

Lalu menjadi pemberontak dan liar adalah caranya untuk mengambil atensi sang Bibi. Farah tahu bahwa setiap waktu 2 atau 3 orang pria muda mengikuti untuk mengamati dan menjaganya. 

Cukup mustahil jika berpikir bahwa mereka orang yang kurang kerjaan, dan bagaimana mungkin menjadi kebetulan jika setiap dari mereka adalah orang asli Korea. Maka itu pasti Kwon Milan.

Uri Farah (GxG) - 🔞 END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang