🔞8. Ketahuan

2.8K 43 1
                                    




GL Uri Farah  🔞8. Ketahuan


Milan pov.

"Shit!" gumamku lirih. Tidak seharusnya aku merasa terganggu saat ini.

Tidak di saat aku harus merengkuh dan menenggelamkan tubuh ringkihnya dalam dekap hangatku.

Ini berat untuknya. Aku paham itu.

Dia sangat rentan terhadap suhu rendah, aku juga tahu itu. Tapi, rasa posesifku yang telah sangat akut membuat mataku buta, menjadikan otakku tumpul untuk mau berpikir bahwa tubuhnya tidak akan tahan terhadap suhu rendah.

Tubuhnya kalah, dan akulah yang harus bertanggung jawab di sini. Karena dia telah menjadi milikku.

Lalu dengan kurang ajarnya respon tubuhku menunjukkan bahwa aku nyata seorang biasa yang masih cukup normal untuk bisa terangsang oleh setiap sentuhannya.

Wajahnya menyeruk di lekuk leherku untuk mengendus dan mengecupi di sana seolah aroma tubuhku telah menjadi candu baginya. Lalu desakan dadanya yang menyembul dengan kenyalnya bagai dua buah ranum membangkitkan rasa inginku.

Membuat hasrat yang telah terbiasa kuikat erat menggeliat. 

Hasrat yang telah biasa kutaklukkan dengan merantainya perlahan tapi pasti menunjukkan kuatnya. Perlahan darah yang mengalir di sekujur tubuhku berdesir membawa rasa panas, lalu kini secara cepat dan pasti merangkak naik hingga mencapai ubun-ubunku.

"Milan ... nghhh!" Lirih, suara Farah mengerang yang tertangkap oleh telinga mesumku sebagai desahan seksi.

Tuhan, sungguh bejat otakku saat ini. Lalu aku semakin menekan diriku ketika jari-jarinya yang melingkari tubuhku menggerayangi punggungku. 

Hasratku terasa melonjak tak terkendali ketika menit berikutnya gadis itu menurunkan wajahnya bergerak mendusel dadaku, lalu bibir panasnya menempel pada payud*raku. 

Meski kulit kami masih terhalang baju, tapi sungguh setiap titik nikmat di sekujur tubuhku seketika berteriak meminta untuk dibebaskan dari rantainya.

Melepaskan pelukannya pelan, aku beringsut turun dari kasur dan berjalan keluar kamar.

Tanpa memakai alas kaki secepat mungkin aku berjalan kembali ke kamar. Rumah telah menjadi temaram karena ini telah cukup larut, sekilas kulihat beberapa orang sedang berjaga di teras. 

Segera tanpa pikir panjang aku mengurung diriku di dalam kamar.

Berpikir untuk segera mendapatkan beberapa benda mainan seks yang bisa membantu menuntaskan hasratku tanpa memikirkan untuk mengunci pintu. Siapa orang bodoh yang akan berani memasuki kamarku malam seperti ini.

Berjalan cepat memasuki walk in closet sembari membuka setiap kancing piyamaku lalu melucuti tubuhku dan melemparkan begitu saja mereka ke lantai.

Kakiku berhenti di depan rak persegi di mana setiap perhiasan juga toy sex tersimpan rapi di sana. Setiap orang di rumah tahu aku suka mengoleksi alat-alat pemuas diri, mereka telah terbiasa untuk tahu siapa diriku. 

Aku menjaga diriku untuk tetap sendiri hanya untuknya--untuk Farah. Meski harus hanya dengan mendesahkan namanya di setiap seks indahku dengan bayangannya.

Benda tumpul yang baru kudapatkan ini bergetar, mengeluarkan getar dengan tiga tipe; flat, memutar, serta bergetar bolak balik.

Berjalan cepat menuju sofa tunggal di mana di depannya terdapat meja marmer, menancapkan pangkal dildo vibrator di jarak yang nyaman untukku duduk di atasnya.

Sengaja aku membelakangi pintu, mendudukkan diriku di atas meja marmer. 

__________________________


Farah pov.

Tubuhku yang masih gemetar terasa lebih bergetar dari sebelumnya.

Kalian pernah berada di tempat yang sangat tinggi lalu melihat ke bawah?

Itu yang saat ini kurasakan, lututku tiba-tiba terasa lemah hingga harus memegang kusen pintu untuk menopang beban tubuhku.

Mulutku tiba-tiba menjadi kering. Mataku yang sedari pagi selalu mengantuk dan selalu seperti itu setiap kali alergi menyergapku kini telah begitu segar. Rasanya aku telah tertampar oleh apa yang kulihat sesaat lalu.

Tuhan ....

Apa yang baru kusaksikan?

Apa yang sesaat lalu kudengar?

M-Milan mendesahkan namaku? Tidak, aku tidak cukup yakin dengan pendengaranku. Saat ini otakku masih mengabur untukku menangkap apapun. 

Mungkin aku hanya berhalusinasi dan terlarut untuk ingin mendengar dia mendesahkan namaku.

Iya ... itu yang pasti terjadi.

Sebelum tertangkap karena sibuk bergulat dengan pikiranku, kupaksa kakiku untuk berjalan keluar dan kembali ke kamarku.

Dadaku masih berdegub dengan berantakan. Aku merasa itu aku, dia menjadikan aku seorang aktris pemeran utama dalam seks panasnya sesaat lalu.

"Lupakan, Faa! Lupakan!" gumamku lirih sembari meneguk air putih dari gelas.

__________________________

Side story.

Milan yang baru selesai membersihkan diri keluar dari kamarnya dan sedikit terkejut karena ada celah dari daun pintu. Dia baru menyadari bahwa dari tadi pintunya tidak tertutup sempurna.

Berpikir itu bukan masalah maka dia berjalan keluar menuju kamar gadisnya. Hatinya telah merasa tenang, setidaknya hasratnya telah tertuntaskan. Kembali bergelung bersama Farah tidak lagi masalah. Untuk saat ini.

"Kalian tidak tidur?" ucap Milan yang menyempatkan sebentar menyapa Oliver. 

"Anda ... maksud saya apakah Nona Farah tadi. Bukankah dia--"

"Katakan dengan jelas, Hyung!" ucap Milan. 

"Dari sini saya mengamati Nona Farah berdiri cukup lama di depan pintu kamar Anda. Apakah terjadi sesuatu?" tanya Oliver.

Hati Milan tiba-tiba saja berdenyut mirip terhentak karena kaget. Berpikir bahwa Farah melihat kelakuannya. 

Lalu pemikiran bahwa gadis itu memang harus tahu lebih, perlahan mendinginkan hatinya.

"Kau harus beristirahat, Hyung!" ucap Milan.

"Baik, Nona."

Milan meninggalkan Oliver dengan menggenggam rasa bahagia, hatinya menghangat.

Sedikit lagi ....

tbc

Uri Farah (GxG) - 🔞 END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang