Siapa yang tidak kenal Kerajaan obelia?Obelia sang keindahan dunia.
Obelia sang cahaya antara gemerlap dunia.
Obelia kelahiran para manusia dengan tampang tak manusiawi.
Banyak sekali sebutan untuk kerajaan obelia yang memang tidak bisa digambarkan oleh perkataan, indah, megah dan kata kata pujian lainnya selalu tak pernah hilang.
Kesohoran obelia tidak perlu diragukan, terutama putra - putri mereka yang terkenal akan kecantikan dan kepintaran terutama si bungsu obelia yakni Ruby obelia sang pemilik suara indah, tarian indah, dan rambut pirangnya yang begitu silau jika dilihat oleh mata telanjang.
Kelahiran Ruby obelia ini begitu ditunggu tunggu oleh dunia, kabar kelahirannya tersampaikan dengan cepat oleh burung burung di langit. Memangnya siapa yang tak ingin tahu anak dari raja obelia yang terkenal ketampanannya serta ratu yang begitu cantik.
Setelah kelahirannya keberuntungan terus mengalir kemanapun Ruby berjalan, sifatnya yang polos dan ceria menambah suasana riang pada obelia. Selain itu Ruby begitu terkenal akan tarian indahnya yang senantiasa ia tampilkan dimanapun, turunan sang ibu tentunya. Banyak surat lamaran yang datang untuk meminang si cantik namun tak ada satupun yang tampaknya diminati oleh si bungsu. Walaupun usianya memang sudah pas untuk menikah namun Ruby masih ingin bebas berkelana kesana kemari menjelajahi isi kerajaannya yang begitu luas. Ruby sudah jatuh cinta pada tempat kelahirannya yang begitu indah.
"Pangeran sebentar lagi perayaan dimulai, apa anda akan tampil?" Ruby mengangguk pada dayang sebelahnya, ia tengah memilih kain apa yang ia pakai untuk perayaan itu. Alisnya menukik tanda serius, tatapan nya menatap lekat pada kain kain yang halus ataupun berbagai warna dan corak. Jujur ia bingung sekali!
"Aku bingung sekali carsis, aku tidak tau kain yang mana yang harus aku pakai... semua kain ini begitu indah sampai rasanya aku ingin memakai semuanya!" Ruby menggeram, sementara sang dayang justru tertawa gemas. Ia akhirnya menunjuk sebuah kain merah berpadukan emas yang begitu cantik.
"Cobalah pakai ini, sepertinya ini akan cocok dipakai anda." Mata Ruby berbinar, akhirnya ia memakai kain itu dan menatap pantulan nya di cermin. Kain merah itu begitu cocok dikulit Ruby yang sangat putih, pelayan pelayan disana terpukau dengan kecantikan sang pangeran Ruby.
"Sangat cantik yang mulia!" Ruby tersenyum malu, dengan yakin Ruby memilih kain ini untuk perayaan kerajaannya.
. . .
"Persiapan untuk musim gugur sudah hampir siap yang mulia, krisis pangan pun tidak ada dan para bangsawan telah membayar pajak." Jeano membuka lembar per lembar laporan keuangan maupun politik. Jahan yang di sebelah nya pun tengah sibuk dengan menulis laporan dan memeriksa surat surat yang datang.
"Bagaimana persiapan untuk ke obelia?"
"Sudah yang mulia, barang barang yang dibutuhkan telah disimpan di kereta dan karena perjalanan ke obelia membutuhkan waktu tiga hari jadi kita harus berangkat lebih awal."
"Baiklah"
"Yang mulia fedelian borgia menghadap kepada yang mulia raja." Jeano dan Jahan menoleh pada fedelian—seorang jendral perang yang baru saja kembali setelah mengawasi pelabuhan.
"Fedelian! Kau sudah kembali rupanya" Jahan tersenyum lebar pada temannya itu, sementara Jeano menatap datar pada fedelian. Pria menyebalkan yang sayangnya adalah sahabat nya juga.
"Yang mulia tidak mau menyambutku?" Langsung saja kepala Jeano langsung pusing mendengar nada manja dari fedelian.
"Rasanya kepalaku langsung pecah" fedelian tertawa melihat respon dari Jeano, yah raja itu sekali kali harus bercanda bukan?
"Sudahlah, jadi kau mau apa datang kemari?" Sekejap ruangan yang tadinya berseri mendadak suram, fedelian menatap rajanya dengan tatapan tidak bisa diartikan.
"Ini mengenai Albert dan obelia"
. . .
"Saya dengar yang mulia raja akan pergi ke obelia?" Allisan mengangguk, tangannya memegang cangkir teh. Ia tengah mengadakan party tea kecil kecilan di taman kerajaan. Meja bulat itu diisi oleh enam lady yang mempunyai kedudukan tinggi.
"Benar"
"Apakah anda akan ikut?" Seorang lady menyambar, allisan ingin sekali tertawa melihat penampilan lady itu yang berdandan begitu menor.
"Tidak, saya harus menjaga istana dan kesehatan saya pun akhir akhir ini cukup turun."
"Ahh... tapi apa anda tak takut?" Allisan mengeryit, teh nya kini ia letakan dimeja dan menatap lady itu untuk kembali berbicara.
"Yang mulia raja membawa seseorang dari obelia mungkin? Apalagi obelia begitu banyak wanita cantik apalagi si pangeran obelia itu..."
"Ah benar kata anda lady"
"Kalau saya sepertinya langsung melarang suami saya untuk tak pergi ke obelia"
"Tempat itu indah namun mengerikan untuk seorang istri hahaha"
Allisan tersenyum walaupun pikiran nya mulai mengawang Awang dengan segala kemungkinan yang muncul, "tidak mungkin, yang mulia setia kepadaku."
"Ahaha benar kau itu lady jangan berbicara sembarangan tentu yang mulia raja setia kepada ratunya"
Tangannya meremas gaun yang ia kenakan, ia berharap jika seandainya Jeano walaupun tak mencintai nya tetap memilih dirinya apapun yang terjadi.
—
Information:
Jeano 31
Ruby 19