"Astaga cape sekali kau saja yang cari Jake carsis aku lelah hah"
"Ya anda pikir saya gak cape gitu" duh carsis ingin sekali mengatakan itu namun masih sayang telinga nya. Kini Ruby sedang mencari Jake karena mendapat laporan jika sang pangeran membolos. Tapi ini sudah sekitar setengah jam ia belum menemukan Jake dan berakhir duduk ditaman, melelahkan sekali menelusuri istana seluas ini.
Akhirnya carsis bertanya pada pelayanan yang kebetulan melewati mereka. "Kau melihat pangeran Jake?" Tanya carsis kepada seorang pelayan, pelayan itu mengangguk Karena kebetulan ia pun melihat pangeran bersama tuan muda Aaron ke arah belakang mansion.
"Pangeran dan tuan muda Aaron berlari ke arah belakang istana, sepertinya ke mansion" carsis mengangguk.
"Yang mulia pangeran dan tuan muda Aaron katanya pergi bermain ke mansion belakang istana, anda mau menyusulnya?" Ruby yang mendengar itu menghela nafas lalu mengikuti carsis menunjukkan jalannya. Ia sudah bertahun tahun disini tapi tidak hafal jalan.
Sebenarnya ia agak takut untuk pergi kesana, alasan nya karena tak mau bertemu dengan allisan—tidak ia takut pada hantu anak kecil yang diceritakan oleh Yohanes karena hal itu jika ia menemukan Jake ia akan memarahinya dan melarang untuk bermain disana.
"Loh itu pangeran, namun bermain dengan siapa?" Carsis menghentikan langkahnya membuat Ruby juga terdiam ia mengintip lalu matanya melotot melihat Jake yang tengah bermain dengan anak kecil! Tunggu—apalagi penampilan nya sedikit lusuh. Ia buru buru mendekati anaknya, mengejutkan ketiga anak kecil itu.
"Kalian itu dari mana saja!" Jake dan Aaron melotot ketika Ruby menciduk mereka. Tidak! Tamat riwayat mereka. Aaron sudah akan menangis jika Ruby tidak mendekat pada Aria yang kebingungan di belakang Jake.
"Kau siapa?" Ruby berjongkok di hadapan Aria, ia tertegun ketika manik itu menatapnya takut. Tangannya terangkat mengelus rambut Aria tanpa sadar.
"Eh mama! Ayo pergi Aaron!"
"Jake! Aaron!" Jake dan Aaron kabur begitu saja meninggalkan Ruby, ia menahan marah lalu mengikuti kedua anak itu meninggalkan Aria yang tertunduk dengan air mata bercucuran.
"Hei nak kau tak apa?" Aria menggeleng, beringsut mundur ketika carsis mendekati. "Kau—" carsis terkejut ketika Aria berlari meninggalkannya.
"Dia mirip sekali dengan raja"
. . .
"Mamaa sakitt" Jake mengusap telinga nya yang menjadi korban jeweran Ruby. Ia melirik pada ayahnya yang hanya tertawa melihat ia diceramahi Ruby.
"Ah dia anak siapa sih, hukuman mu menulis catatan sepuluh lembar di perpustakaan Jake."
"Tapi mama—" Jake mengulum bibir lalu menatap makanannya yang baru saja disajikan oleh pelayan.
"Sudah jangan diomelin sayang, makanlah" Ruby mengangguk, menerima suapan dari jeano. Anak itu semakin cemberut karena melihat keromantisan mama dan ayahnya. Ia mengalihkan fokusnya pada makanan yang justru membuatnya teringat dengan anak perempuan itu! Astaga dia meninggalkan disana.
"Jadi, Jake apa yang kau lakukan selama membolos itu?" Tanya Jeano pada putranya.
"Hanya ke mansion belakang oh—disana ternyata ada seorang anak perempuan namanya ar— "apa?" Ucapannya terpotong dengan jeano yang menatapnya tajam. Jake agak menciut dan terdiam sementara Ruby teringat anak kecil itu.
"Ah benar mungkin anak pelayan ya? Tapi ia ber manik biru sama sepertiku, itu bukan anakmu kan?" Tuduh Ruby, ia memicingkan matanya karena tak mendapat jawaban dari jeano.
"Jake, kau dilarang pergi ke mansion belakang mulai sekarang jangan pernah kesana atau kau mendapat hukuman. Kau juga Ruby—" baru Ruby akan bertanya jeano sudah menimpalinya membuat nya tidak bertanya lebih jauh.
"Jangan membantah dan bertanya hal hal seperti itu." Setelah nya keluarga itu memakan makan siang dengan hening, Jake melirik ayahnya yang kini terlihat marah.
Ia merasa seperti ada yang ayahnya sembunyikan disana.
—
Jeano sakit nih