Kini kandungan Ruby telah menginjak delapan bulan dengan kedua bayi yang sehat. Yap Jeano begitu bahagia kala Ruby mengandung kembar namun sedikit khawatir bila keduanya adalah laki laki. Sebab jika keduanya laki laki Jeano harus memilih salah satu untuk menjadi penerus.
Ia agak khawatir sebenarnya karena hal itu fakta jika Ruby mengandung bayi kembar ditutup serapat mungkin. Ia tak ingin masalah muncul.
Hari ini Ruby tengah berjalan jalan, perutnya yang semakin bulat dan besar itu sesekali ia elus. Rencananya ia akan mengunjungi ruang kerja jeano untuk meminum teh dari obelia yang beberapa hari lalu ia dapatkan sebab sang ibu mengunjungi nya untuk melihat kondisinya. Walaupun Ruby agak sedih karena ayahnya tak ikut karena sibuk namun tak apa ia sudah mendapatkan surat dari ayahnya.
Di kala itu Ruby hanya tertawa sepanjang perjalanan karena melihat tingkah Andy yang polos sementara carsis yang emosian. Ruby bahkan harus duduk dulu karena keran terlalu lama tertawa. Saat ia berbelok hampir sampai dengan ruangan jeano tiba tiba tangannya ditarik oleh seseorang.
"Ahk!"
"Yang mulia!" Ruby meringis dengan Andy yang sudah siap dengan memegang menatap tajam pada seorang perempuan gila yang disebut ratu.
"Aku titip anakku padamu." Ucap allisan kecil lalu berlalu begitu saja dengan tawa menggema membuat Ruby mengernyit karena perasaan nya mulai tak enak Ruby segera menemui Jeano.
"Arus?" Baru saja masuk Ruby sudah dihadang oleh Jahan. "Maaf yang mulia, raja sedang sibuk and kembalilah ke kediaman." Sekilas Ruby melihat ekspresi jeano yang begitu muram.
. . .
"Arus hiks s-sakit!"
"Yang kuat ya sayang? Demi baby kita, bersabar lah." Ruby meremas kuat tangan jeano di tengah malam ia merasakan ketubannya pecah membuat jeano kalang kabut karena Ruby akan segera melahirkan, ini diluar per dugaannya. Karena hal itu Jeano hanya bisa mengelus dahi Ruby yang berkeringat tengah menahan rasa sakit mengeluarkan bayi mereka.
"Yang mulia selamat bayi kembar kalian telah lahir, putra dan putri." Jeano ingin sekali menangis, akhirnya ia melihat rupa kedua anaknya yang begitu mungil dengan kulit yang masih merah. Si kakak yang merupakan laki laki menangis dengan keras namun terhenti kala jeano menggendong nya.
"Bayi satunya tidak menangis" bisikan seorang tabib perempuan melunturkan senyuman nya, ia beralih menatap pada putrinya yang tengah ditepuk agar menangis karena tak kunjung bersuara.
Tiba tiba Jahan mendekati nya dan membisikkan sesuatu membuat Tubuh jeano mematung.
Jeano terdiam begitu ia gendong tubuh dingin sang putri air matanya pecah, ia melirik pada Ruby yang tengah dibersihkan sementara putranya sudah tertidur nyenyak di samping Ruby. Ia membawa putrinya ke hadapan Ruby, bibirnya begitu pilu melihat tatapan antusias Ruby melihat anak keduanya.
"Arus ia putriku?"
"Iya sayang..." Ruby menggendong hati hati bayinya, bergumam sebuah lagu agar tidur sang anak tambah nyenyak. Jeano mengigit bibirnya lalu berbisik pada Ruby.
"Terimakasih, terimakasih sayang. Kau membuat hidup ku sempurna aku mencintaimu Ruby."
"Aku juga mencintaimu..." jawab Ruby dengan lemah, menatap rupa sang putri yang begitu cantik mirip sekali dengan jeano dan mempunyai tanda lahir di tangannya sama seperti nya lalu rambutnya hitam dengan manik biru sementara putranya bersurai emas dengan manik mirip ayahnya.
"Kau ingin memberikan nama mereka?" Bibir Jeano bergetar.
"Hm, aria de obelia dan Jake Gyllenhaal eragon. Mereka berdua akan menjadi saudara yang tak akan terpisahkan." Ruby tersenyum manis, matanya memberat ketika putrinya beralih digendong oleh Jeano sementara putranya kini telah dipindahkan ke ranjang khusus bayinya. "Beristirahat lah kau sudah bekerja keras." Ruby mengangguk di kala samar samar ia melihat tatapan sendu dari Jeano dengan membawa putrinya keluar dari kamar mereka.
Keesokan harinya Ruby terbangun dengan keadaan lemah, ia melihat kedua ranjang bayi di sebelah ranjang nya membuatnya tersenyum. Dengan nekat Ruby beranjak untuk melihat kedua anaknya, begitu sampai ia mengernyit melihat hanya satu ranjang bayi yang terisi sementara ranjang sosok Aria tidak ada. Ruby berpikir jika Aria mungkin dibawa oleh Jeano namun kala sore hari tiba ia tak bertemu dengan Jeano dan Aria. Maka seharian itu ia hanya bersama Jake dengan memberinya asi untuk pertama kalinya dibantu oleh carsis.
Ceklek
"Arus? Kemana saja kau, ah dan dimana Aria ya? Aku hanya menyusui Jake dan Aria harus aku beri asi jika tidak—
"Aria sudah tidak ada Ruby."
"Apa maksudmu?" Jeano menunduk, ia menghampiri Ruby yang terduduk di sisi ranjangnya. Sementara carsis sudah pamit keluar dengan menumpahkan air matanya karena mengetahui apa yang terjadi.
"Maafkan aku, Aria putri kita yang cantik sudah kembali ke tuhan. Tolong ikhlas kan ya? Maafkan aku" keadaan hening. Ruby tak percaya dengan apa yang Jeano katakan, ia tertawa pelan. "Arus berhenti bercanda dan bawa Aria kesini! Bayiku harus diberi asi untuk pertama kalinya. Ia pasti kehausan kau harusnya menahan untuk membawa Aria untuk dipamerkan!"
Air mata Ruby luruh kala jeano tak menjawabnya. Pria itu hanya memeluknya dengan erat.
"Tidak arus kau harus membawa Aria kembali" hati Jeano tertusuk jantung karena mendengar Ruby menangis dengan hebat. Ruby terus meracau untuk membawa Aria kembali padanya. Maafkan jeano Ruby. Ia begitu jahat menyembunyikan nya.
Nanti ada plot twist....
Ga tega kalau Ruby sedih