life that goes on

1.1K 141 4
                                    


5 Tahun kemudian

"Jake! Jangan berlarian, astaga anak itu" Jake yang diteriaki oleh sang ibu hanya tertawa riang. Bersama dengan teman mainnya nyaitu Aaron anak Jahan dan yang tidak di duga adalah Yohanes.

Pokoknya panjang sekali jika diceritakan bagaimana bisa Yohanes menikah dengan jahan, singkat nya sih Yohanes sedang mengunjunginya tak lama Jake lahir. Jahan yang awalnya sedang dekat dengan carsis malah banting stir menikah dengan Yohanes. Sementara carsis? Dayang cerewet itu kini jadian dengan Andy si prajurit polos tentang percintaan.

Selama lima tahun ini diisi oleh cerita cerita tak terduga. Dan selama itu rumah tangga tentu aman aman saja apalagi jeano yang semakin bucin dengannya ditambah dengan Jake! Astaga memang buah jatuh tak jauh dari pohonnya, mereka berdua dari perawakan hingga sifat begitu mirip.

Ruby hanya kebagian mewarisi Surai emasnya. Itu tidak adil bukan.

"Sudahlah biarkan mereka bersenang senang sebelum tugas datang pada mereka" ucap Yohanes sembari meminum teh yang disajikan. Ruby mengangguk ia tahu itu apalagi jake yang nanti akan mengemban tugas begitu besar sebagai pewaris tahta.

"Aku tau, hanya jika berlarian seperti itu kan nanti aku yang repot! Jake kalau udah sakit pasti rewelnya minta ampun" Yohanes hanya tertawa, ia mengedarkan pandangannya hingga pada satu titik nan jauh diujung taman ini.

"Apa perempuan itu tidak menganggumu?" Ruby mengeryit bingung.

"Siapa?"

"Ya ratu" bisik Yohanes, ia melirik pada carsis yang berdiri agak jauh dengan Andy.

"Tidak. Selama ini ia tidak menganggu ku dan aku sangat jarang bertemu dengannya." Jawab Ruby. Memang setelah kejadian yang di lorong itu ia jarang bertemu dengan allisan. Mereka bertemu hanya disaat saat tertentu yang penting setelah itu tidak ada. Mungkin karena perempuan itu kini selalu berdiam diri di mansion belakang istana utama. Yang Ruby dengar sih karena jarang mendengar berita tentang perempuan itu.

"Kau tau tidak katanya sih yang aku dengar dari pelayan di mansion yang jadi tempat tinggal ratu terdengar suara anak kecil!" Yohanes meletakkan cangkir nya dengan keras sembari bergidik.

"Ah Yohan jangan bercerita tentang hantu" bibir Ruby melengkung kebawah.

"Ish permaisuri ini penakut sekali, tapi harus hati hati loh aku yang liat dari jauh aja mansion itu suram sekali bisa aja cerita itu betulan"

"Ah sudah Yohan! Aku tak mau lagi mendengar!" Yohanes tertawa melihat ekspresi horor Ruby. Dalam pikirannya ia harus melarang Jake untuk masuk ke gedung itu.

. . .


"Pangeran ayo kita kembali saja, ini menyeramkan!" Lain hal dengan ibunya yang penakut, anak tunggal Ruby dan Jeano itu tak kenal dengan rasa takut. Berbekal kelengahan ibunya, Jake sudah langsung lari masuk kearah hutan rimbun di belakang istana.

Aaron sudah mencoba untuk menghentikan Jake yang ingin melihat bangunan itu. Ia takut dihukum ibunya dengan berlembar kertas berisi angka angka ugh membayangkan saja sudah membuat mual.

"Nah lihat itu, menyeramkan bukan? Pertanyaannya adalah kenapa ratu mau tinggal di mansion itu? Padahal kan dia sudah mendapat istana ratu" Jake dengan otak encer turunan ayahnya ini. Keduanya tengah berjongkok—bersembunyi diantara semak semak. Memperhatikan mansion itu yang memang megah namun suram.

Aaron ingin sekali mengompol karena takut. Aduh lebih baik bersama ayahnya di ruang kerja daripada bersama pangeran ini yang senang membuat mereka terjerumus dalam masalah. Aaron menarik narik kemeja Jake meminta untuk kembali yang tidak dipedulikan Jake. Ia akhirnya menyerah lalu menengok ke arah mansion itu, matanya menyipit kala tiba tiba ada seorang anak perempuan yang muncul tengah menarik karung! Tunggu anak kecil?!

"P-pangeran lihat! Ada anak kecil disana! Sepertinya rumor itu benar! Ayo kembali saja" wajah Aaron memucat takut. Sementara Jake malah sibuk melihat kesana kemari begitu menemukan si pangeran itu berlari menghampiri anak kecil itu meninggalkan Aaron yang sudah panik setengah mati—bimbang ingin menyusul atau tidak maka ia berbalik arah dan meninggalkan Jake disana.

"Hallo, siapa namamu?" Si anak kecil itu terkejut dengan kehadiran Jake. Si pangeran itu dengan senyuman manisnya menyapa hangat anak kecil itu, namun keanehan muncul ketika anak kecil itu malah bergetar menatap nya takut. Ia beringsut mundur dari Jake yang membuat si empu kebingungan.

"T-tidak!"

"Hey! Kau mau kemana! Hey!" Jake terkejut begitu anak kecil itu tiba tiba lari dengan wajah pucat. Ia malah berdiri kaku—malas menyusul.

"Anak aneh, eh dan dimana Aaron? Sial! Anak itu meninggalkan ku."

"Huuh awas saja" Jake menggerutu dan cepat cepat meninggalkan area ini.

.
.
.

"Jake mama sudah bilang bukan jangan kesana, nanti ayahmu kalau tau ia akan marah lagi seperti kemarin." Raut Jake tertekuk karena diomeli ibunya. Ia menatap tajam pada Aaron yang kini bersembunyi di belakang ibunya—yohanes.

"Kau dengar mama tidak!"

"A ah iya ma iya! Jake dengar"  Ruby menjewer telinga Jake karena anak itu malah Meleng disaat ia berbicara.

"Sudahlah sana temui guru mu, dan jangan bolos." Jake mengangguk angguk, sebenarnya ia ingin memberitahu ibunya jika ia bertemu dengan seorang anak kecil di gedung itu namun melihat mood ibunya ia tak jadi dan segera pergi dari sana menuju ruang belajar nya.

Ya nanti saja ia beritahu.

. . .

Si pangeran kecil

Versi real life ya, jeplakan bapaknya banget yh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Versi real life ya, jeplakan bapaknya
banget yh

Oh iya kalian mau gak pdf nya Jahan Yohanes? Kalau mau nanti aku bikin ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh iya kalian mau gak pdf nya Jahan Yohanes? Kalau mau nanti aku bikin ya

Sama nih ni Aaron Armand

Sama nih ni Aaron Armand

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The flower of eragon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang