a difference

1.1K 149 2
                                    

Sudah satu Minggu berlaku, Ruby sejak tadi sudah didandani dengan cepat. Ini adalah hari dimana acara untuk anaknya dirayakan! Ia sudah tak sabar apalagi dirinya lah yang membuat sendiri desain bajunya dengan arus tentu dibantu desainer yang dipilihkan oleh arus. Seperti Dejavu Ruby menilik penampilan nya kini yang tak biasa. Rambutnya yang memang cepat panjang dibiarkan terurai dihiasi perhiasan daun dikedua sisinya. Maniknya yang biru kini terlihat begitu cantik dengan binar kecil seperti galaxy.

Pintu terbuka menampilkan Jeano yang bertambah tampan, bajunya serasi dengan yang ia kenakan. "Kau sangat indah permaisuri ku." Ucapan manis nya membuat ia tersipu apalagi Jeano mengatakan nya sembari mencium rambut emas nya. "Kau juga terlihat tampan rajaku." Keduanya tertawa, Jeano mengulurkan tangannya pada Ruby.

"Mari sayang."

"Yang mulia raja Jeano icarus eragon dan permaisuri Ruby obelia memasuki aula!"

Begitu memasuki aula banyak sekali pandang mata yang melihatnya. Ini kedua kalinya ia muncul di publik secara resmi lagi. Namun kini Ruby berjalan tanpa gugup, pria mungil itu sudah membuang jauh jauh rasa takutnya membuat Jeano tersenyum bangga.

"Seperti berita yang beredar jika permaisuri tengah mengandung calon penerus eragon memang benar karena hal itu sebagai rasa bersyukur aku mengundang kalian semua untuk merayakannya. Dan aku pun tak melupakan rakyat karena hal itu kemarin aku membagikan beberapa kebutuhan pokok untuk rakyat." Ucapan Jeano disambut tepukan tangan yang menggelegar dengan ucapan selamat. Kedua insan itu saling bertatapan tanpa kata namun kedua tangannya yang berkait mengerat.

"Selamat untuk yang mulia karena permaisuri mengandung calon penerus." Jeano mengangguk kepada fedelian yang muncul tiba tiba. Jenderal itu seakan tidak ada kesibukan dengan terus mendekat pada Ruby. Jeano tidak suka apalagi melihat fedelian yang mencoba berbicara dengan ruby namun si manis malah menatap sinis.

"Euh arus, perut ku sakit." Bisik Ruby yang membuat Jeano agak panik, dengan buru buru ia menarik Ruby beristirahat di ruangan pesta diikuti carsis dan Andy. Kedua anak itu seperti anak bebek yang terus mengikuti induknya.

"Istirahat dulu ya" Ruby mengangguk ia menyandarkan tubuhnya pada sofa tersebut menikmati elusan jeano pada perutnya.

"Yang mulia maaf mengganggu, perwakilan Hexene sudah menunggu."

"Pergilah aku sudah baikkan." Sahut Ruby. Perutnya sudah mendingan maka dengan menyakinkan Ruby mengecup bibir Jeano.

. . .

"Aku tidak menyetujui pernikahan ini." Tolakan jeano berakhir di protes oleh perwakilan Hexene.

"Pernikahan ini menguntungkan banyak pihak yang mulia—" Jeano mengangkat tangannya, menolak apapun alasan pihak Hexene yang mencoba menjalin kerja sama dengan pernikahan politik. Tentu tanpa pikir panjang jeano menolak. Ia tak bisa menikah lagi terutama Ruby yang tengah mengandung calon penerus.

"Aku tak akan menjalin kerjasama jika dengan cara pernikahan politik, jika memaksa aku akan menarik seluruh pusat dagang di Hexene."  Tekan Jeano. Pria itu langsung bangkit meninggalkan kekacauan yang dibuat Hexene.

"Usir jika Hexene berulah lagi." Jahan mengangguk, mereka berjalan dengan cepat untuk kembali ke pesta mengingat pesta tersebut belum selesai. Disaat Jeano akan masuk ia dihadang oleh allisan.

Perempuan yang menggila kemarin kini dengan senyuman teduh menghalangi jalan nya.

"Minggir."

"Yang mulia saya ingin berbicara sebentar dengan anda."

"Aku tak ada waktu untuk berbicara dengan mu."

"Tapi yang mulia—" ucapan allisan seketika berhenti kala jeano memandang nya tajam. Ia menciut lalu mundur beberapa langkah.














The flower of eragon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang