"Dimana Aria?" Pria yang kini berkepala empat datang dengan beberapa mainan yang ia bawa. Khusus untuk putrinya. "Aku tidak tau" jawab Allisan tak acuh. Perempuan itu malah sibuk mengikir kuku nya.
Jeano menghela nafasnya lelah lalu berjalan mencari putrinya yang sudah lama ia tak kunjungi. "Ayah?" Suara lirih putrinya muncul. Jeano menoleh pada Aria yang bersembunyi di balik pintu kamarnya. Ia mendekat pada Aria mengecup kening sang putri lalu memberikan mainan yang ia bawa.
"Ini untukmu, ayah pergi dulu" Aria memandang ayahnya sedih. Padahal ia menginginkan pelukan namun sang ayah malah langsung pergi meninggalkannya. Aria menatap mainan yang ayahnya bawa dengan bibir melengkung.
Ia begitu sedih karena jarang bertemu ayahnya, Aria tak pernah merasakan kehangatan keluarga yang ada hanya kedinginan mansion ini. Namun ia tetap menyayangi ayah dan ibunya walaupun mereka berdua jarang memperhatikannya.
Sementara itu Jeano yang baru saja keluar dari mansion langsung saja menemui Ruby. Ia rindu pada permaisurinya yang dua hari ini tak bertemu sebab tengah mengunjungi korban dari bandit.
"Ayah!"
"Hallo jagoan ayah" Jake tertawa ketika Jeano menggendongnya, dibelakangnya Ruby tersenyum manis. "Selamat datang, aku merindukanmu." Ruby mengecup pipi Jeano singkat.
"Aku juga merindukan kalian"
"Ayah ayah membawa oleh oleh tidak?"
"Tentu, hadiahmu sudah menunggu dikamar." Mata Jake berbinar, ia langsung saja turun dari gendongan Jeano menuju kamarnya.
"Jangan terlalu memanjakan Jake, arus." Ucap Ruby dengan galak.
"Hahaha maafkan aku, kau tidak rindu padaku hm?" Jeano menarik pinggang Ruby membuat tubuh keduanya merapat. Ruby mengalihkan pandangan ketika tatapan tajam jeano menyorotnya dengan penuh cinta. "Lepas, nanti ada yang lihat" bisik Ruby namun jeano menggeleng dan malah mengecupi lehernya hingga Ruby kelepasan melenguh.
"Akh sayang!" Jeano meringis karena pinggang nya dicubit kecil oleh Ruby membuat pelukan itu melepas.
"Tega sekali"
"Hus kau sih! Nanti ada yang lihat bagaimana"
"Ya tinggal lihat"
"Kau ini!" Jeano kembali mengaduh saat Ruby melayangkan tangannya di perutnya. Ugh bukannya disayang karena lama berjauhan malah digeplak. Ruby menghela nafas karena Jeano cemberut dengan bibir nya monyong seperti bebek.
Ruby menarik pria itu ke ruangan asal yang ia masuki. Ia merentangkan tangannya. "Peluk?"
Jeano berhambur ke pelukannya, begini kan nyaman. Ruby jadi tak malu untuk bermesraan dengan jeano. Ya walaupun sah sah saja jika ka dan jeano mengumbar kemesraannya.
Namun Ruby mengeryit merasakan tangan Jeano yang menggerayangi tubuhnya. Ruby berinsut mundur tapi tertahan jeano. "Aku rindu" suara jeano memberat, lehernya kembali menjadi sasaran jeano.
"Eungh—jeano jangan disini!" Jeano menyingkirkan lengan Ruby yang menutup bibirnya. Pria itu langsung menyambar bibir Ruby, melumat bibirnya hingga lenguhan keluar begitu ia melesakkan lidahnya ke dalam menjelajahi mulut Ruby dan membelit lidahnya.
Kecipak basah memenuhi ruangan, Ruby sudah pasrah ketika tubuhnya ditidurkan di meja tanpa melepaskan tautan mereka. Jeano melepaskan tautannya begitu Ruby memukul dadanya tanda ia kehabisan nafas. Keduanya terengah sama sama merasakan hawa panas yang sudah lama tak muncul.
"Izinkan aku ya?" Lirih Jeano, Ruby yang juga sudah terlanjur akhirnya mengangguk yang langsung mendesah karena Jeano menggesekkan bagian Selatan nya pada dirinya.