Keesokan paginya, Shannon datang dengan lingkaran hitam di bawah matanya yang menjadi tanda dia tidak bisa tidur semalaman. Tetapi dia tidak peduli, yang ia pedulikan adalah kedatangan Rania untuk mendengarkan ceritanya sekaligus memberikan solusi yang kadangkala tidak dapat diterima akal sehat.
Tak lama dia menunggu di kelas, akhirnya teman yang dia tunggu datang. Dia disambut dengan tatapan heran Rania. "Woi itu mata lo kenapa deh, udah kayak panda aja." Raniapun mengambil tempat duduk disamping Shannon. Dia sudah menebak bahwa temannya ini pasti sedang bertengkar dengan pasangannya.
"Aku bertengkar lagi sama Adam, karena aku pulang malam. Kemarin aku nggak bisa hubungi kamu karena ponsel aku diambil sama dia." Shannon menundukkan wajah sedihnya, sungguh dia ingin keluar dari situasi ini.
"Nia aku sedih banget, katanya dia sayang sama aku tapi kenapa yang dia lakuin cuma buat aku nangis." Rania mengelus pundak Shannon, memberikan semangat untuk temannya ini. Tak lupa dia menyodorkan susu cokelat kaleng, berharap perasaan Shannon akan membaik.
"Emang anjing ya tuh cowok, beraninya sama cewek doang uh cupu. Main sama temen kan hak lo, ngapain dia larang–awas aja kalo ketemu, gue bakal pukul sampe mampus." Ucap Rania menggebu-gebu sampai ia kepalkan tangannya di udara, saking dia emosi dengan kelakuan Adam yang makin parah.
Shannon tersenyum mendengar temannya ini, memang Rania paling bisa mengerti dan mendengarkan curahan hatinya. "Ih Nia, kamu kok ngumpat sih, gaboleh ngomong kotor ya mulutnya."
Rania tersenyun sinis, peduli setan dengan umpatan karena Adam memang pantas untuk diumpat sambil dilayangkan pukulan. "Bodo amat ya Shannon princess tercantikku. Eh udah-udah itu dosennya udah datang, nanti kita obrolin setelah jam kuliah ini selesai okay."
***
Sesuai apa yang Rania bicarakan di kampus tadi, sekarang mereka berdua sudah berada di kost Rania. Namun sedari tadi Shannon hanya memainkam ponselnya, membuat Rania mengernyit keheranan.
"Nia, gimana nih Adam marah sama aku. Dari tadi dia nyuruh aku pulang."
Rania segera mengambil ponsel Shannon, bergidik ngeri ketika melihat pesan Adam dan berapa kalinya Adam menelpon. Benar-benar seperti maniak di film yang pernah Rania tonton. Lalu dia mematikan daya ponsel tersebut, agar Shannon terbebas dari rentetan pesan dari tunangannya.
"Udah gue matiin hp lo, gak usah mikir pacar freak lo itu. Beneran deh, sebagai temen yang baik gue saranin lo putusin hubungan lo sama Adam–"
"–hubungan lo itu udah gak sehat. Harusnya orang pacaran ya gak usah ngurusin privasi pasangannya sampe ngelarang ini itu. Gue takut kalo sampai nikah, lo bakal dikurung di sangkar."
Shannon hanya menunduk, ucapan Rania tidak salah. Dia sudah merasa hubungannya tidak beres, namun sampai detik ini dia masih merasa berat bila harus berpisah. Buruk sangat buruk, seumur hidup baru kali ini dia dibuat menangis berkali-kali. Bahkan orang tuanya saja tak pernah memarahinya dan melimpahkan kasih sayang, tetapi Adam—pria asing dihidupnya— malah memberinya rasa sakit.
Yang lebih Shannon benci, adalah dirinya sendiri. Dia tidak bisa tegas terhadap perasaannya sendiri, seharusnya dia memutuskan untuk pergi bila sudah terlihat bendera merah dari tunangannya ini. Tetapi sisi lain hatinya selalu mengatakan untuk bertahan, dan meyakinkan dirinya bahwa Adam melakukan itu karena sayang.
"Shannon, gue cuma bisa minta lo tanya sama diri lo sendiri. Yang ngejalanin hubungan ini lo bukan gue, jadi gue berharap lo segera tau mau dibawa hubungan lo sama Adam."
Yah, Rania hanya bisa menenangkan perasaan temannya ini. Mau dia memberi saran dan nasihat sampai mulutnya berbusa, tak akan ada gunanya. Menasihati orang yang sedang jatuh cinta, sama dengan berbicara dengan batu. Tak akan didengar kecuali mereka sudah merasa sakit.
![](https://img.wattpad.com/cover/343799783-288-k681905.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunny Road [Tamat]
RomanceRania yang selalu mendukung Shannon untuk memutuskan hubungan dengan kekasihnya. Tetapi kenapa justru dia yang terjebak kisah asmara dengan Adam?!