10

2K 204 14
                                    

Lagi-lagi Rania menghindari Adam, dia selalu menolak ajakan dari Adam. Dirinya menjadi ragu setelah melihat postingan Zidan yang sedang bersenang-senang, disitu dia melihat Adam yang ikut berpose bersama. Dia merasa terbodohi, sekarang Zidan sedang gencar-gencarnya melakukan pendekatan dengan Shannon. Bila Adam dan Zidan saling mengenal, bukannya tidak mungkin dia dan Shannon hanya dijadikan mainan saja. Bodoh sekali Rania mengharapkan dicintai, dia merasa sangat naif apabila kenyataannya menjadi bahan mainan pria.

Rencana Rania akan berhasil, jika hari ini Adam tidak memaksanya bertemu—Adam menyadari jika Rania menghindarinya. Rania bisa saja menolaknya lagi jika Adam tidak mengancam dan membuat Rania mau tidak mau mengiyakan ajakan tersebut. Bagaimana tidak, Adam mengancam akan mendatanginya di kampus atau menunggunya di depan gerbang kosnya sampai dia keluar. Tentu dia tidak mau menjadi tontonan gratis bagi orang lain. Yah hari ini lebih baik dia utarakan saja apa yang ingin dia bicarakan dan akhiri kedekatannya dengan Adam.

Terlihat Adam yang menyenderkan tubuh tegapnya di samping mobilnpya. Melihat Rania berjalan mendekat, Adam membukakan pintu untuk Rania. Rania nampak salah tingkah sendiri karena pria di depannya ini sangat dingin, berbeda dengan Adam yang beberapa waktu lalu menghabiskan malam dengannya. Tak ada sapaan manis dan senyuman cerah dari Adam. Pasti Adam juga merasa marah sendiri karena dirinya dihindari padahal tidak melakukan kesalahan apapun.

Entah mau dibawa kemana Rania juga tidak tahu, semoga saja dia kembali dalam keadaan utuh nanti. Adam hanya diam dan menatap lurus jalan, membuat Rania menciut padahal dia sudah mengumpulkan keberanian tadi. Tenang Rania, tenang. Bicarakan baik-baik pasti Adam mengerti.

"Kita mau kemana?"

Tidak ada jawaban dari pria disampingnya, Adam hanya menatap lurus jalanan di depannya. Membuat Rania menghembuskan nafas kesalnya dan merasa sedikit emosi.

"Adam serius deh, kita mau kemana? Gue nggak suka kalo lo seenaknya gini."

Tidak ada jawaban dari Adam, bahkan menoleh saja tidak. Adam tetap menatap lurus jalan seolah Rania tidak mengatakan apapun. Dan hal ini membuat Rania sedikit takut, dia tidak pernah melihat Adam marah seperti ini. Haruskah dia memaksa melompat dengan memecahkan kaca mobil Adam?

Syukurlah Rania masih berbadan utuh ketika mobil yang mereka tumpangi berhenti di basement parkir gedung apartemen Adam. Mereka berdua segera turun dari mobil tersebut, dengan Adam yang menautkan jari mereka seakam tak ingin Rania kabur. Rania hanya diam saja, membantahpun Adam hanya akan menganggapnya sebagai angin lalu.

Sepanjang melangkah, Rania hanya menundukkan wajahnya dan hanya memperhatikan tangannya yang digenggam erat oleh Adam. Perhatiannya teralihkan ketika suara pintu terbuka menyapa pendengarannya, sebenarnya apa yang Adam ingin lakukan?

Rania menghentikan langkahnya, membuat Adam menoleh ke arahnya. "Gue gak mau Adam, gue mau pulang aja!"

Membuat Adam berdecak sebal, melangkahkan kakinya mendekati Rania yang membuat Rania meringsut mundur. Tanpa disangka Adam menggendong Rania untuk memasuki unit apartemen miliknya. Rania memekik terkejut, tubuhnya meronta mencoba melepaskan diri yang tentu saja sia-sia mengingat kekuatan tubuhnya yang jauh dibawah Adam. Pria itu menjatuhkan tubuh Rania pada sofa empuk di ruang televisi miliknya.

"Kenapa kamu ngehindarin aku? Memangnya aku salah apa?" Tanya Adam tanpa basa-basi. Rania menelan ludahnya, dia menjadi gugup apalagi melihat Adam dengan jarak dekat dan dengan tatapan tajamnya.

Rania menjauhkan wajahnya, "Kata siapa gue ngehindar? Perasaan lo aja kali." Rania berusaha berkata dengan santai agar tidak terlihat gugup.

Adam mendengus kesal, masih saja Rania mengelak. "Aku gak bodoh buat tau kalo kamu ngehindar. Apa aku buat kesalahan atau ada sesuatu yang bikin kamu nggak tenang? Ayo ngomong sama aku biar jelas."

Sunny Road [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang