Rania terbangun dari tidurnya, menggeliatkan tubuhnya dikasur untuk mencoba tidur kembali. Alangkah terkejutnya dia ketika mendapati tubuhnya tidak terbungkus sehelai benang satu pun. Rania mendudukkan dirinya, menutupi tubuhnya dengan selimut lalu mengedarkan pandangan ke ruangan tersebut.
Kesadarannya terkumpul ketika dia melihat Adam sedang berkutat dengan pekerjaannya di laptop. Ah benar, semalam dia dan Adam sudah melakukan pergulatan panas di ranjang ini. Samar-samar ingatannya berputar saat Adam berada di atas tubuhnya, Rania menjadi malu saat mengingatnya.
"Eh udah bangun kamu, tadinya aku mau bangunin setelah pekerjaan aku selesai."
Adam meninggalkan pekerjaannya, berjalan menghampiri Rania. Mendudukkan dirinya disamping Rania yang berusaha menutupi tubuhnya, membuat Adam tersenyum geli. Tangannya meraih tubuh Rania dan membawa Rania kedalam pelukannya.
"Makasih udah bikin aku jadi yang pertama buat kamu. Seterusnya aku bakal jadi yang kedua, ketiga sampai yang terakhir buat kamu."
Rania melepaskan tubuhnya dari pelukan Adam, "gue mau mandi."
Membuat Adam merasa sedikit kecewa, ah rupanya Rania belum luluh. Kenapa sulit sekali membuat wanita didepannya ini membuka hati untuknya dan menghilangkan semua keraguan pada dirinya. Tembok yang dipasang oleh Rania masih belum mempunyai pintu masuk untuk Adam.
"Baju kamu lagi dicuci, kamu pakai baju mama aku dulu ya." Ucap Adam setelah melihat Rania yang kebingungan mencari pakaiannya.
Rania hanya menganggukkan kepalanya, mengambil pakaian yang telah dilipat rapi di nakas dan bergegas menuju kamar mandi. Sesampainya disana, dia berdiam diri sambil memandangi tubuhnya di cermin. Bekas-bekas cumbuan Adam tercetak jelas di kulit mulusnya, diikuti rekaman dirinya memanggil nama Adam dengan suara sensual terputar di kepalanya. Demi apapun, hal yang bahkan tidak pernah terbayangkan oleh Rania malah terjadi. Parahnya dia juga menikmati percintaan panas tersebut, apakah Rania sudah gila?
Setelah ini dapat dia pastikan hubungannya dengan Adam akan berada di level yang lebih intens. Dan Rania belum yakin, sampai saat ini dia masih menolak semua kemungkinan perasaannya terhadap Adam. Padahal dalam hati kecilnya, dia sudah mulai nyaman. Menjatuhkan kepalanya di dada bidang Adam lalu mendapat pelukan hangat yang menenangkan sungguh dia ingin berada dipelukan Adam sepanjang waktu. Tidak, tidak! Rania mengacak rambutnya. Sadarlah Rania, dia adalah Adam yang sama dengan dulu. Dia adalah pria freak yang akan merantai kebebasanmu!
Menitihkan air matanya di depan cermin, Rania merasa bimbang dengan langkah yang akan diambil kedepannya. Memang cinta bukan segalanya pada hidupnya, tetapi masalah percintaan juga akan mempengaruhi pikirannya. Jadi, cepat atau lambat dia harus mengambil keputusan. Pergi seolah tak pernah terjadi apapun atau jatuh kedalam pesona Adam, take it or leave it. Rania merasa hubungan ini tak benar, dia seperti merampas milik Shannon, yang setiap hari menceritakan tentang kisah cintanya. Rania merasa dia penghancur hubungan orang—secara harfiah itu benar. Dia merasa tak pantas untuk menerima perasaan ini, meski di sisi lain hatinya dia juga menginginkan lebih. Oh Tuhan, apakah Rania terlalu serakah?
Pikirannya melambung jauh, memikirkan kemungkinan yang terjadi. Bisa jadi Shannon akan membalas semua ketidak adilan ini—Rania meragukan hal ini. Dia tidak siap apabila Rania mengumumkan di depan semua orang bahwa dia menjadi perebut tunangannya. Tiba-tiba namanya akan menjadi headline media sosial, semua orang akan mencari tahu tentang dirinya lalu menghujatnya. Tidak ada tempat bagi perebut kebahagiaan orang. Rania tidak siap mendapat gelar pelakor, hal itu tidak akan terjadi bukan?
Rania bukan perebut pasangan orang lain! Sejak awal dia tak pernah menaruh perasaan terhadap Adam. Tak pernah pula sekalipun dia merasa iri terhadap temannya, dia sudah bersyukur dengan apa yang dimilikinya. Ah tidak, dia harus segera menemui Shannon dan meminta maaf kepadanya. Dia harus meluruskan bahwa dia tidak memiliki keinginan untuk merebut tunangannya. Entah bagaimana dia akan mengatakannya, karena sekedar melihat Rania saja Shannon sudah tak sudi. Mungkin Shannon butuh waktu untuk menenangkan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunny Road [Tamat]
RomanceRania yang selalu mendukung Shannon untuk memutuskan hubungan dengan kekasihnya. Tetapi kenapa justru dia yang terjebak kisah asmara dengan Adam?!