11

1.8K 177 3
                                    

Hubungan Adam dan Rania berjalan dengan baik, perdebatan kecil menjadi bumbu pelengkap hubungan itu. Jangan tanya tentang hubungan mereka di ranjang, Rania merasa Adam tidak punya rasa lelah karena selalu meminta jatah setiap ada kesempatan. Yah meski Rania tidak menolak, dengan senang hati mengiyakan. Pagi, siang, malam, tak kenal waktu mereka bercinta dan mencoba berbagai gaya untuk mencapai kepuasan. Tidak lupa mereka bermain dengan aman agar tidak muncul buah hati hasil mereka bercinta—Adam tidak mempermasalahkan hal tersebut, jujur saja.

Rania menggelengkan kepalanya, menyingkirkan pikiran kotor yang memasuki pikirannya. Semua gara-gara Adam, kini dia seperti wanita gatal dan mesum yang menuntut untuk dipuaskan lelakinya. Rania mencoba kembali berfokus untuk membubuhkan riasannya kembali. Lipstik yang dia kenakan sudah hilang tak berbekas di bibirnya karena cumbuan di dalam mobil tadi.

"Jangan marah dong sayang, Kak Fiona itu sekretaris papa aku. Lagian kan dia juga udah nikah, nggak mungkin suka sama aku."

Adam menjelaskan fakta yang sebenarnya kepada Rania, kekasihnya ini sedang merajuk ketika mendapati Adam yang dekat dengan rekan kerjanya. Perasaannya menjadi kesal saat melihat postingan Fiona yang terlihat menganggap Adam sebagai orang yang spesial bagi dirinya. Semalaman dia mendiami Adam yang membuat kepala Ada pening memikirkannya.

"Udah ya sayang jangan ngambek lagi." Adam masih berusaha membujuk Rania.

Mereka berdua berada di dalam mobil, karena Rania mempunyai urusan di kampusnya. Sebenarnya Rania ingin berangkat sendiri, tetapi Adam bersikeras mengantarkannya. Rania tidak menolaknya karena malas berdebat.

"Udah tau aku marah kenapa malah baru ngomong kalo mau pergi berdua keluar kota." Akhirnya Rania membuka suara.

Adam yang mendengarnya hanya tersenyum kikuk, "sumpah aku lupa mau bilang ke kamu. Aku kan nggak berdua, ada Papa juga kok sama yang lainnya. Udah dong jangan ngambek lagi, nanti aku gak fokus kerja."

Mata Rania menyipit, "awas kalo bohong. Aku gak kasih jatah malam lagi." Adam hanya mengangguk pasrah, bisa gila dia kalau Rania tidak memberinya jatah bercinta. Membayangkan dia bermain sendiri di kamar mandi saja sudah membuatnya lesu.

Rania melepas sabuk pengamannya, dengan cepat berpindah menuju pangkuan kekasihnya. Kedua tangannya menangkup wajah Adam, menatapnya dengan kesal.

"Ngapain, sayang?" Tanya Adam seolah tidak tahu apa yang akan terjadi. Hal itu membuat Rania mendesis kesal.

Rania mencium bibir Adam dengan cepat lalu melepaskannya. Adam yang tidak rela, menarik pinggang Rania untuk lebih mendekat dan meraih bibirnya. Tidak ada awal yang manis karena Adam langsung menelusupkan lidahnya untuk menjelajahi mulut kekasihnya ini.

Desahan Rania keluar disaat Adam mengelus permukaan punggungnya. Tak membiarkan Rania begitu saja lepas, Adam mencumbu leher wanitanya dengan rakus. Merasa kegiatan mereka tidak akan berhenti, Rania menjauhkan tubuhnya dari kekasihnya ini. Membuat Adam mengernyit heran.

"Udah segini aja, aku kan mau ketemu dosen. Kamu kan juga harus kerja."

"Loh, kan kamu duluan yang mulai sayang, lagian kita udah lama gak kissing ya! Udahlah aku bisa berangkat kapan aja, ayo kita lanjutin." Rengek Adam yang tidak terima dengan keputusan Rania.

Rania mencubit pipi Adam dengan kesal, "ngaco deh! Aku udah janjian sama dosen pembimbing aku. Udah ih aku mau keluar, lepasin tangannya!" Cubitan Rania membuat Adam mengaduh memegangi pipinya.

Mau tidak mau Adam menuruti permintaan Rania, tak lupa dengan mengerucutkan bibirnya menandakan dia sedang kesal.

***

Sunny Road [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang