13

1.6K 175 11
                                    

Tak terasa, sudah hampir tiga tahun Adam meninggalkan Rania. Pelan namun pasti Rania sudah menjalani hari-harinya seperti biasa. Terlebih mengetahui bahwa tahun ini Adam akan kembali pulang, hari-harinya seperti terasa bagai hitung mundur untuk menyambut Adam. Tentu saja dia sudah sangat merindukan kekasihnya itu. Merindukan bagaimana manisnya pria berlesung pipi itu dengan segala perhatian yang diberikan untuknya. Tak pernah dia temui perasaan sayang semurni ini selain dari orang tuanya tentu saja. Entahlah, bisa dibilang Rania sudah jatuh sepenuhnya di dalam rengkuhan Adam.

Hidupnya kini menjadi budak korporat, tetapi Rania tidak bersedih karena perkejaannya ini dia dapat setelah berbulan-bulan menangisi lamarannya yang ditolak puluhan perusahaan. Adam sudah menawarinya untuk bekerja di perusahaan milik ayahnya, namun dia menolaknya. Merasa dirinya mampu untuk berdiri sendiri menapaki karir pekerjaannya. Saat ini dia sudah mulai nyaman dengan pekerjaannya, meski saat awal masuk ditemani dengan tangisan karena dia banyak melakukan kesalahan.

"Ngelamun aja nih, udah jam pulang tapi betah banget di kantor."

Rania terkaget ketika suara seorang pria membuyarkan lamunannya. Menatap awas di segala penjuru ruangan, takut-takut ada yang mengintip mereka berdua.

"Udah, tenang aja aman kok. Semua karyawan udah pada pulang tinggal lo sendiri di sini."

Rania bernafas lega, setidaknya dia tidak akan terjebak rumor asmara dengan pria di depannya ini. "Ngapain sih nyamperin meja gue, nanti kalo diliat orang lain gimana? Pasti orang ngira gue pacaran sama lo."

Pria itu hanya terkekeh, "ya nggak papa dong. Biar jadian beneran, siapa tau kejadian."

Rania hanya menatap datar pria itu, "apaan sih Vin. Gak bakal mempan di gue."

"Ini namanya usaha ya, Rania. Siapa tau beneran bisa jadian kita. Eh btw, gimana? Lo bisa kan nemenin gue ke Bali? Kapan lagi nih ke Bali gratis semua gue tanggung pokoknya, lo terima beres yang pentinh nemenin gue."

Ah benar, Rania hampir saja melupakan permintaan dari Calvin—atasannya yang terang-terangan berusaha mendekatinya. Ingin saja Rania menolak, tetapi tawaran ini sangat menarik. Kapan lagi dia bisa liburan gratis, dengan akomodasi penuh dari Calvin. Apa sebaiknya dia terima saja, ya?

"Bodo amat." Rania memberikan jawaban dengan acuh dan berlalu pergi meninggalkan meja kerjanya.

"Ayolah Rania, gue mohon lo mau datang sama gue. Sebagai temen aja, biar gue nggak keliatan kayak jomblo karatan." Pinta Calvin, tidak menyerah membujuk Rania. Terus memohon sambil berjalan mengikuti langkah Rania.

Rania hanya menggelengkan kepalanya, tidak menanggapi ucapan bosnya ini. Calvin memang begini, akan merengek sampai permintaannya di iyakan. Setidaknya itu yang Rania ketahui semenjak mengenal bosnya selama satu tahun ini.

***

Dan disinilah Rania sekarang, berdiam diri di tengah ramainya suasana pesta. Calvin izin meninggalkannya untuk menyapa beberapa koleganya, dia menyuruh Rania bebas mengambil makanan atau berkeliling melihat suasana pesta ini. Rania mengiyakan, yah memangnya dia siapa berhak melarang orang lain pergi.

Iya benar, Rania menyetujui permintaan dari Calvin dengan alasan Calvin akan memberinya komisi lebih dan berjanji dia akan datang sebagai teman bukan kekasih palsunya. Dengan pertimbangan yang panjang, akhirnya Rania menyetujuinya dengan syarat dia meminta waktu lebih untuk berlibur dan Calvin dengan cepat menyetujuinya.

Malam ini Rania nampak cantik dengan gaun tanpa lengan berwarna pastel. Tak lupa dengan sepatu hak tinggi yang menambah manis penampilannya malam ini. Tidak heran beberapa pasang mata mencuri pandangan ke arah Rania. Dirinya menyusuri area pesta yang diadakan di pantai ini. Calvin mengatakan bahwa pesta ini adalah pesta untuk merayakan pembukaan perusahaan baru milik koleganya.

Sunny Road [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang