Tibalah hari kelulusan untuk Rania, rasanya perjuangannya selama ini sudah terbayarkan. Begadang dan tangisannya tidak terbuang sia-sia. Dukungan Adam yang selalu di sampingnya juga merupakan penyemangat untuknya. Pria itu selalu datang di saat Rania sedang terpuruk, memberikan kehangatan untuk menenangkan Rania.
"Selamat ya, akhirnya lulus juga."
Adam memberikan buket bunga kepada Rania yang nampak cantik hari ini. Kebahagiaan Rania juga bertambah saat mengetahui kedua orang tuanya turut hadir memberikan selamat untuknya. Tangannya sedar tadi tidak lepas untuk menggandeng Adam.
Kedua orang tuanya yang sedari tadi sibuk berfoto, menatap heran ke arah Rania. Seolah meminta penjelasan siapa lelaki yang digandengnya dengan erat itu. Merasa ditatap, Rania berdehem pelan.
"Kenalin ini Adam, pacar aku." Rania mengenalkan Adam dengan wajah yang berseri.
Kedua orang tua Rania melotot tidak percaya, benarkah anaknya memiliki kekasih? Selama yang mereka tahu, jangankan kekasih, berteman dengan lelaki saja tidak pernah.
"Halo Om, Tante. Perkenalkan saya Adam." Ucap Adam sopan sambil menyalimi kedua orang tua Rania.
"Kamu yakin pacarnya Rania? Jangan bohong, Nak. Mana mungkin dia bisa pacaran sama cowok ganteng kayak kamu. Kamu dipaksa ya sama Rania?" Tanya sang Ibu penuh selidik. Membuat Adam tersenyum canggung.
Rania membelalakkan matanya, tak percaya dengan perkataan ibunya. "Apaan sih Bu, beneran kok kita pacaran. Segitunya banget nuduh aku, emangnya aku sejelek itu hah!"
"Beneran itu Nak? Kamu putusin aja Rania kalo emang nggak mau jadi pacarnya." Tanya sang Ibu sekali lagi memastikan. Membuat Rania semakin kesal dibuatnya.
"Benar kok Tante, saya memang pacarnya Rania."
Rania menyunggingkan senyum sombongnya dihadapan ibunya, "denger sendiri kan Nyonya Fenita istri dari Tuan Harry."
Fenita pun hanya diam sambil mengamati Adam dengan seksama, dirinya masih belum percaya jika anaknya mempunyai kekasih setampan aktor kesukaannya ini. Jengah dengan pandangan menyelidik dari ibunya, Rania segera menyeret kedua orang tuanya serta Adam untuk meninggalkan gedung ini. Mereka berempat menuju restoran mewah yang sudah dipesan oleh Adam.
Sedari tadi mata Rania tidak berkedip memandangi kemewahan restoran ini, matanya mengerjap kagum melihat interior yang sangat terasa mewah. Oh begini ya rasanya fine dining...
Kedua orang tua Rania hanya menggeleng pasrah melihat kelakuan anaknya ini, sangat jelas sekali raut kagum terpancar di muka Rania. "Udah dong ngeliatinnya, jangan norak gitu. Malu sama pacarnya tuh!" Fenita menghentikan kesibukan Rania yang memandangi sekeliling restoran ini. Membuat Rania mendengus lalu segera mengambil minuman untuk menyegarkan tenggorokannya.
Sementara Adam hanya terdiam kaku karena merasakan tatapan Harry yang tajam sedang menatapnya. Suasana canggung jelas terasa di meja yang mereka tempati, Adam menatap Rania untuk memberinya kode. Tetapi yang ditatap seakan tidak peduli dan menikmati makanannya dengan riang. Rasanya Adam ingin melebur saja karena gugup dan takut kesan pertamanya buruk di mata kedua orang tua Rania.
"Sudah berapa lama kamu pacaran sama Rania?" Tanya Harry memecah keheningan. Yang ditanya pun segera menghentikan aktivitas makannya dan duduk tegap untuk menjawab pertanyaan Harry.
"Baru beberapa bulan, Om."
Harry hanya mengangguk-anggukan kepalanya, "apa yang buat kamu tertarik sama anak saya? Sudah ngapain aja kalian? Anak saya nggak kamu hamilin, kan?
Adam terbatuk mendengar pertanyaan dari Harry. "N-nggak om saya tidak menghamili Rania." Jawabnya dengan terbata.
Nggak tau kalau nanti, Om.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sunny Road [Tamat]
RomansaRania yang selalu mendukung Shannon untuk memutuskan hubungan dengan kekasihnya. Tetapi kenapa justru dia yang terjebak kisah asmara dengan Adam?!