15 (end)

2.3K 174 10
                                    

Ketegangan masih betah untuk tinggal di dalam rumah tangga Adam dan Rania. Keduanya masih enggan untuk memulai pembicaraan satu sama lain. Rania masih saja merasa tidak bersalah, karena dirinya memang tidak ada niatan untuk berpaling dari suaminya. Mereka sadar bahwa semua ini hanya salah paham, tetapi tak ada yang mau menurunkan ego untuk memulai obrolan ringan untuk menyelesaikan kesalah pahaman ini. Jadilah setiap pagi Rania akan bangun terlebih dahulu untuk sekedar menyiapkan sarapan, lalu berangkat kerja lebih setelahnya. Selain itu, dirinya sengaja mampir atau sekedar jalan-jalan menghabiskan waktu hingga malam untuk menghindari suaminya ini.

Rania mengusap kening frustasi, beberapa hari ini pekerjaannya sangat banyak. Entahlah dia merasa sangat tertekan akhir-akhir ini—diluar perang dingin dengan suaminya. Sering ditemui dirinya terlalu sentimental dalam menanggapi sesuatu. Misalnya saja, menangis melihat cuplikan video di sosial media atau tiba-tiba dirinya merasa marah akan sesuatu hal yang sepele. Padahal Rania yakin dirinya selalu bisa mengontrol emosi miliknya. Rania mengerang frustasi di depan tumpukan dokumen sialan itu, sepertinya benar dirinya butuh menjernihkan pikiran sejenak.

Tidak seperti biasanya, Rania sudah pulang di kediamannya tepat waktu. Bukannya apa, Rania merasa tidak enak badan dan mual disaat bersamaan. Entah mengapa, sedari tadi tidak ada makanan yang mampu dia telan dan berakhir muntah di kamar mandi. Seperti sekarang ini, dirinya sudah berada kloset untuk mengeluarkan isi perutnya yang nyaris tidak terisi seharian itu. Rania memijit perutnya dan berharap rasa mual ini hilang.

***

Adam yang beberapa hari ini nampak lesu, pulang seperti hari biasanya. Sang istri yang masih enggan bertegur sapa dengannya semakin membuat harinya suram. Seingatnya, Adam tidak melakukan kesalahan apapun yang membuat Rania bungkam. Kan dirinya hanya bilang bahwa dia tidak suka Rania dekat dengan pria lain, bukankah wajar, mengingat status mereka yang sudah menikah ini. Adam menghembuskan nafas pasrah, sembari turun dari mobil miliknya. Matanya sedikit berbinar ketika mendapati cahaya terang di dalam kediamannya, yang menandakan Rania sudah pulang. Oh, apakah hari ini menjadi akhir dari perang dingin mereka?

Adam berjalan dengan perasaan riang, dengan langkah besar menuju kamar untuk menemui wanitanya. Namun langkahnya terhenti karena mendengar suara Rania di kamar mandi. Raut wajahnya menjadi panik dan segera berlari menuju kamar mandi, menemui istrinya yang terlihat kesakitan di sana.

"Rania! Sayang, kamu nggak papa?" Adam bertanya dengan nada khawatir, segera membantu istrinya dengan memijat tengkuk lehernya agar mual pada istrinya berkurang.

Rania hanya menggeleng lemah, tidak kuat menjawab pertanyaan dari suaminya ini. Baru dirasa mualnya hilang, tiba-tiba rasa mualnya datang lagi padahal dia yakin isi perutnya benar-benar kosong saat ini. Wanita ini memegangi lengan Adam sebagai tumpuan tubuhnya yang lemas. Mengisyaratkan Adam untuk membopongnya menuju tempat tidur, namun sebelum kakinya melangkah, Rania sudah kehilangan kesadaran. Membuat Adam memekik panik dan segera menggendong istrinya menuju mobil, lalu mengendarai mobil seperti orang kesetanan di jalan.

Sesampainya di rumah sakit, beruntungnya malam itu suasana di sana tidak terlalu penuh. Jadilah Rania segera mendapatkan ruangan perawatan. Selang beberapa waktu, Adam sudah dipanggil oleh dokter yang telah memeriksa keadaan istrinya tersebut.

"Keadaan Ibu Rania sudah stabil, mual dan muntah wajar ditemui pada ibu hamil trimester pertama. Namun sepertinya Istri Anda terlalu tertekan dan kurang istirahat, tekanan darah beliau menjadi rendah–"

"ISTRI SAYA HAMIL DOK?" Adam memotong penjelasan dokter tersebut. Dari semua rentetan kalimat yang keluar, hanya hamil yang menjadi perhatian Adam.

Dokter itu mengangguk, melanjutkan penjelasannya yang telah tertunda sedari tadi. Kemudian pamit undur diri, meninggalkan Adam bersama sang istri di ruang inap.

Sunny Road [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang