Satu hari.
Dua hari.
Tiga hari.Hingga tak terasa sudah satu bulan Shannon benar-benar tak menghubungi Adam. Hal ini membuatnya frustasi. Hanya Shannon pasangan sempurna untuknya, latar belakang, pendidikan, penampilan, serta etiket khas orang atas yang sangat sesuai dengannya. Ia dan Shannon seharusnya menjadi pasangan yang sempurna.
Semenjak kecil Adam telah didikte bahwa dia adalah manusia tanpa celah. Dia telah dituntut untuk sempurna dalam segala hal. Pernah sekali dia tidak mendapat nilai sempurna, yang terjadi adalah orang tuanya memarahinya dan mengatakan kalau Adam adalah produk gagal. Satu bulan Adam dikurung di kamar, semua fasilitasnya disita dan ia hanya diperbolehkan belajar hingga kepalanya pening. Tidak, orang tuanya bukanlah orang tua yang buruk. Semenjak lahir hingga dewasa, dia selalu mendapat kasih sayang dan harta yang melimpah. Hanya saja orang tua Adam benci ke-tidak sempurnaan serta benci kekalahan.
Oleh sebab itu, Adam selalu merasa semua hal yang diinginkannya adalah miliknya dan tak boleh tersentuh orang lain. Dan kini, Shannonlah keinginan terbesarnya. Ayolah hidupnya akan sempurna bila Shannon menjadi pendampingnya. Karir bagus dan sukses, istri yang cantik, serta anak yang terdidik dengan baik, membayangkannya saja sudah pasti membuat orang yang melihatnya akan merasa iri. Dia tak akan membiarkan Shannon lepas dari genggamannya.
Dengan pertimbangan yang sangat banyak itulah, akhirnya Adam memutuskan untuk menemui Rania yang menjadi batu kerikil dalam hubungannya. Tentu dia tak mengirimi pesan terlebih dahulu, karena tidak ada jawaban lain selain penolakan yang akan ia terima. Jadi Adam putuskan untuk menunggu Rania di depan kostnya. Adam sudah hafal jadwal perkuliahaan Shannon di luar kepala, yang otomatis sama dengan Rania karena mereka satu kelas. Oleh karena itu tak butuh waktu yang lama, Adam melihat Rania sudah berjalan pulang menuju kost.
Tak mau membuang kesempatan, dengan cepat Adam keluar dari mobilnya dan menghadang Rania yang ingin membuka gerbang. "Kita perlu bicara," ucapnya penuh penekanan.
"Lo pasti tau kan gue sama Shannon lagi break. Gimana? Sesuai harapan lo kan ini."
Sementara Rania tidak menggubrisnya, dengan santai melenggang dan melanjutkan membuka gerbang. Raut sebal pun terpancar dari wajah Adam, dia tidak suka diabaikan, apalagi oleh wanita aneh di depannya ini. Tak menyerah, Adam menghadang Rania tepat di depan Rania saat dia akan membuka gembok gerbang tersebut.
Rania berdecak sebal, 'mau apa lagi sih.' Batinnya berteriak kesal.
"Gue punya penawaran buat lo." Ucap Adam tak menyerah untuk membuat negosiasi bersama Rania. Yang diajak bicara hanya memandanginya, raut kesal begitu terlihat di wajah Rania. Dirinya hanya ingin beristirahat melepas lelah bukannya mengurusi hubungan asmara orang lain.
Dengan tak sabaran Adam menarik tangan Rania menuju ke mobilnya. Tentu saja Rania memberontak, tidak sudi berbicara dengan orang didepannya ini. Dengan sekuat tenaga Rania mencoba kabur, tapi sayang pegangan Adam sangat kuat sekali. Kenapa mereka berdua malah terlihat seperti pasangan yang sedang bertengkar.
"Denger, gue juga nggak mau ngobrol sama lo. Gue cuma mau buat penawaran, jauhin Shannon. Jauhin Shannon, gue bakal kasih berapapun nominal yang lo minta." Ucap Adam dengan wajah datar yang membuat Rania mengernyit heran.
Apa Rania tidak salah dengar? Orang didepannya ini jelas sedang merendahkannya. "Maksud lo, gue temenan sama Shannon cuma karena uang? Serendah itu lo ngeliat gue?" Rania mendengus sebal. Kini matanya sudah berapi-api, terbakar dengan ucapan Adam.
Adam tersenyum miring, "Bukannya bener? Lo temenan sama Shannon karena dia kaya. Orang miskin kayak lo pasti cuma pengen duit aja."
"Jaga mulut sampah lo, anjing. Selamanya gue gak sudi nerima uang busuk lo itu. Sampah selamanya tetep sampah, gue sumpahin Shannon bakal ngebuang sampah kayak lo!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Sunny Road [Tamat]
RomanceRania yang selalu mendukung Shannon untuk memutuskan hubungan dengan kekasihnya. Tetapi kenapa justru dia yang terjebak kisah asmara dengan Adam?!