Chapter 5: Blind date

120 13 4
                                    

Chapter 5 (Blind date)

{B's POV}

"Nanti kalau udah selesai, aku telfon kak Ta buat jemput aku ya" Kataku semasa melepaskan sabuk pengaman ketika mobil yang dibawa kak Ta berhenti tepat di lobby Pheonix Hotel, aku menjadi wakil ayah untuk acara bisnes ini karna katanya dia sibuk dan tidak dapat hadir. Aku melihat kak Ta yang ada disebelah dengan senyumannya yang indah yang membuat aku juga ikut tersenyum.

"Iya nanti kakak jemput adek seperti biasa" Kak Ta mengusap suraiku pelan dan aku menikmati belaian lembut itu.

"Thank you, dear" Aku membawa tubuhku sedikit ke depan untuk menyapa bibirnya sekilas.

"Sama-sama sayang. Kalau ada apa-apa telfon ya" Aku hanya berdehem dan menganggukkan kepalaku pelan sebagai respon pada kata-katanya.

"Iya, pasti aku telfon. Aku ganteng gak hari ini?" Tanyaku sambil membenarkan dasi yang terikat indah pada leher jengjangku melalui cermin yang ada sebelum menunjukkan pakaianku pada kak Ta. Aku memakai pakaian formal, kemeja putih bersama dasi berwarna hitam polos dengan suit berwarna biru gelap yang dipilih oleh kak Jeff.

"Ganteng, sayang. Ganteng banget" Puji kak Ta yang membuat aku tersenyum lebar. Kak Ta dan kak Jeff selalu memujiku, setiap hari sebelum aku berangkat kemana saja tapi mereka tidak pernah bosan dan pujian dari mereka juga menjadi favoritku. Orang-orang disekelilingku juga sering memuji penampilanku tapi mendapat pujian dari orang tercinta rasanya berbeda, rasanya lebih luar biasa.

"Kamu pakai parfume yang berbeda kan hari ini, sayang?" Kak Ta datang mendekat padaku untuk menghidu aroma parfume yang melekat pada pakaian yang aku kenakan dan aku juga mendekatkan tubuhku padanya.

"Iya, enak gak baunya?" Aku memiringkan kepalaku ketika bertanya dan menatap manik matanya dengan mata bambiku.

"Enak kok baunya. It smells elegant tapi parfume yang manis vanilla itu selalu menjadi favorit kakak" Aku sudah mengganti banyak parfume sepanjang 6 tahun kita pacaran tapi yang vanilla tetap menjadi pilihan kedua pacarku. Aku tidak tahu apa alasan mereka tapi aku selalu membeli parfume yang sama setiap kali habis untuk menyenangkan hati kedua kekasihku. Sepertinya mereka ada 'special attachment' pada parfume itu.

"Kenapa kakak suka banget sama parfume itu?" Aku mengusap pelan wajah imut kak Ta.

"Karna parfume vanilla itu ialah parfume yang adek pakai waktu pertama kali kita ketemu. Benar kan? Bau itu bikin kakak nyaman dan setiap kali kakak bau parfume itu, kakak ingat waktu pertama kali satu anak manis berdiri di depan kakak untuk tanya nama kakak sambil tangannya ini genggam bajunya sampai berantakan" Kak Ta mengambil tanganku dan di usap pelan.

Mengingat kembali waktu pertama kali aku menegur kak Ta di terminal membuat aku tertawa. Aku masih ingat betapa gugupnya aku waktu itu tapi dari waktu aku turun dari mobil saja dia sudah menarik semua atensiku dengan keakraban-nya bersama bunda tersayang. Dia yang tidak begitu banyak berbicara membuat aku semakin penasaran.

"Iya itu parfume yang aku pakai waktu itu"

"Kamu harus turun sekarang sayang. Acaranya mulai jam delapan kan? Udah mau jam delapan sekarang" Ucap kak Ta sambil menudingkan jarinya pada jam digital yang menunjukkan sudah jam7:45 malam sekarang.

"Iya aku turun sekarang. I love you" Aku membuka pintu mobil dan keluar. Kak Ta menurunkan kaca mobil dan melambaikan tangannya padaku.

"I love you more, angel. Hati-hati ya"

"Iya. Drive safe kak" Kak Ta berdehem pelan dan bergerak keluar dari lobby hotel. Aku tetap berdiri disitu sehingga kelibat mobil kak Ta yang membelah jalan raya hilang dari sudut pandangku.

Holding onTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang