Permulaan cerita buat plot kedua sama aja dengan plot yang pertama. Jadi chapter 1-3 tetap sama. Yang berbeda mulai dari chapter 4.
{THIRD PERSON POV}
Jeff membuka matanya secara pelan dan menatap syiling putih yang ada di atas, cahaya yang terang memasuki retinanya dengan cepat yang membuatkan dia mengecilkan matanya dengan cepat. Sedikit rasa pusing menyerang kepalanya yang bikin dia sedikit meringis, memijit pelan pelipisnya untuk mengurangkan rasa sakit. Dia yang berada di bilik itu sendirian ditemani dengan bunyi tit tit tit yang datang dari mesin ECG yang ada di sampingnya. Alat ini diletakkan untuk melihat dan menentukan detak jantung Jeff yang sudah tertidur selama 2 hari.
Jeff mengalihkan kepalanya ke arah tirai yang tertutup ketika mendengar suara tapak kaki mendekat ke arah kasurnya. Dia hanya memerhatiakn bayangan orang masuk ke ruangannya. Tidak lama kemudian tirai putih tulang itu terbuka dan seorang anak laki-laki dengan rambut yang sedikit keriting masuk ke dalam sana dengan senyumannya yang manis. Senyuman yang tercetak di bibir tebal itu semakin lebar setelah membuat kontak mata dengan Jeff.
"Kakak!" Suaranya nyaring dan terdengar sangat senang yang membuat Jeff sedikit kaget dan melihat ke arah anak itu aneh. Dia meletakkan makanan yang dipegangnya di atas nakas yang ada di sisi kanan Jeff. Anak laki-laki itu merupakan pacar Jeff yang paling muda.
"Kakak udah sadar? Sakit gak?" Tanya anak itu dengan cepat sambil mencapai tangan Jeff yang ada di atas kasur. Jeff yang tiba-tiba disentuh hanya menarik tangannya dengan cepat dari genggaman tadi.
"Kenapa? Tangan kakak sakit?" Tanya Barcode dengan kepala yang dimiringkan, lalu kepalanya mendekat untuk melihat tangan Jeff. Tangan telunjuk Jeff menahan dahi Barcode supaya tidak makin mendekat.
"Gak usah deket-deket" Katanya dengan nada yang sedikit tidak suka ke Barcode.
"Adek mau liat aja kak" Ucap Barcode dan mengambil kedua tangan Jeff. Dia merasa sedikit aneh sama Jeff yang tiba-tiba tidak mahu dipegang sama sekali olehnya.
"Pasti sakit" Barcode mencium tangan Jeff yang masih ada banyak kesan luka.
"Ih apaan sih" Jeff menarik tangannya dari Barcode dengan cepat dan mengusap kesan bibir Barcode ke selimutnya. Menghapus jejak bibir anak itu dari tangannya dan dari suaranya saja semua bisa tahu kalau dia merasa terganggu.
"Kok kakak begitu sama adek?" Suaranya berubah jadi sangat pelan, matanya yang tadi bersinar terus malap dan bibir yang tadi ditarik ke atas juga sudah kebawah.
"Gue gak punya adek, lu siapa sih?" Tanyanya ke Barcode sambil melipatkan kedua tangannya ke dada.
"Maksud kakak?"
"Lu siapa? Ngapain di sini?" Tanyanya lagi dengan suara yang dingin.
"Kakak gak ingat aku?" Tanya Barcode dengan suara yang sedikit bergetar.
"Kita kenal?" Tanya yang tua dan bikin Barcode makin sedih, dia merasa sangat sedih dengan reaksi pertama pacarnya ke dia setelah tidak bertemu selama dua minggu.
"Aku Barcode kak, pacar kakak" Matanya sudah berkaca, hatinya seperti jatuh dari tempat yang sangat tinggi dan berkecai parah.
"Bohong" Balasnya singkat dan Barcode langsung menggelengkan kepalanya heboh.
"Aku gak bohong. Kakak yang bercanda sama aku" Katanya dengan suara yang parau, menahan tangisnya sendiri.
"Ngapain bercanda? Gue gak suka orang ke ruangan gue. Keluar aja" Katanya ke Barcode, suara dan wajah sedih anak itu sama sekali tidak dihiraukan oleh Jeff.
"Aku panggilin dokter buat kakak" Ucap Barcode sebelum membalikkan tubuhnya dan berjalan ke tirai yang tadi dia buka. Satu bulir air jernih jatuh ke pipi kirinya dan diusap cepat sebelum keluar dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Holding on
Dla nastolatkówBook no 2 Jeff harus pergi ke ekspedisi untuk membawa pulang Golden Fleece yang sudah dicuri. Ekspedisi yang dijalankan tidak mudah. Banyak cabaran yang harus ditempuhi. Di sisi lain Barcode merasa resah dengan kunci pandora yang harus dijaganya ka...