Chapter 9: Pulang

122 15 6
                                    

Chapter 9 (Pulang)

Keduanya tersenyum lebar sewaktu membaca ayat pertama dari surat braille yang ditulis Jeff tapi senyuman tersebut perlahan-lahan turun bersama air mata yang mengaburi pandangan mereka. Barcode dan Ta mengusap pipi mereka dengan pelan bersama sesenggukan yang terlepas dari bilah bibir mereka. Air mata yang bercucuran tanpa henti menambah sesak di dada.

Barcode dengan cepat bangun dari duduknya setelah habis membaca surat tersebut. Ta juga ikutan berlari ke arah kamar. Jeff yang masih bersandar santai di kepala kasur sambil mendengar lagu sedikit kaget ketika pintu kamar dihempas kuat.

"Kak" Barcode meneggelamkan kepalanya di pundak Jeff.

"Kita sayang banget sama kakak" Teriak Barcode dan Ta yang sudah memeluk erat tubuh yang tua.

"Kalian berdua kenapa?" Tanya Jeff sambil mengusap punggung kedua kekasihnya dengan lembut dan membiarkan air mata mereka membasahi pakaiannya.

"Kenapa nangis?" Tanyanya tapi tiada jawaban yang keluar dari mereka. "Babe? Sayang?" Jeff memanggil mereka untuk mendapatkan respon.

"Pokoknya kita bakal sama kakak sampai kapanpun" Ucap Barcode dengan nafas yang pendek-pendek.

"Kita minta maaf kalo bikin kakak kecil hati" Sekarang giliran Ta yang bersuara, suaranya lebih stabil dari Barcode tapi terdengar sangat lirih.

"Gapapa, love" Jeff mencium puncak kepala Ta sekilas. "Kakak ngerti yang kalian itu gak sengaja. Kalian cuman sibuk" Sambung Jeff.

Ta menggelengkan kepalanya pelan. "Rasa lelahku gak seharusnya bikin kakak ngerasa kurang. Maaf ya kak. Janji gak bakal ketepikan kakak" Ta mengaitkan jarinya dengan jari kelingking Jeff. Jeff hanya tersenyum kecil mendengar kata-kata dari pacarnya.

"Kenapa minta maaf sama kakak?"

"Gapapa, babe. Sekarang aja kakak udah berterima kasih banget sama kamu yang tetap pulang ke kakak setiap kali kamu lelah" Lanjut Jeff.

"Tetap aja, seharusnya kita juga mengerti tentang kondisi kakak. Pasti kakak sunyi" Sela Barcode sambil mengusap rahang tegas pacarnya.

"Gapapa, sayang. Selagi kalian masih pulang ke dakapan kakak seperti sekarang, kakak udah bersyukur banget" Bukan semakin tenang, tangis Barcode malah semakin kuat setelah mendengar jawaban dari Jeff. Hatinya tersentuh mendengar kata-kata tulus yang keluar dari pacarnya.

"Hey, sayang. Jangan nangis kayak gitu" Jeff membawa tangannya untuk mengusap wajah Barcode yang penuh dengan air mata. "Nanti kamu sakit, sayang. Tenang ya" Jeff coba menenagkan kedua pacarnya yang masih saja menangis di sisinya.

"Kakak rumah kita" Jari telunjuk Ta dibawa untuk menyentuh dada kiri Jeff. "Kita pasti bakal selalu pulang ke kakak. Mungkin kita berdua gak akan selalu pulang dengan keadaan baik-baik aja tapi kita mohon kakak sabar sama kita" Ta mengusap pelan dada yang tua.

"Gapapa, datang dan pulang ke kakak walau apa keadaan kalian sekali pun karna kakak gak peduli. Kakak bakal tetap sayang dan sabar sama kalian"

"Kakak mau ambil aku kalo aku pulang dalam keadaan yang luluh?" Tanya Barcode sambil menatap wajah Jeff.

"Iya, kakak akan bawa kamu masuk ke dalam dakapan kakak supaya kamu kuat lagi. Kakak ngerasa jadi tempat curhat kalian adalah tugas yang bisa kakak lakukan dengan baik sekarang karna yang lain kakak masih belum bisa" Ta dan Barcode cemberut mendengar kata-kata terakhir Jeff.

Ta mencium pipi Jeff sekilas. "Jangan ngomong gitu, love. Kakak itu segalanya buat kita" Barcode menganggukkan kepalanya cepat untuk kata-kata Ta.

"Jangan jadikan kakak your everything karna kakak gak mau kalian kecewa"

Holding onTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang