28

1.7K 227 646
                                    

(Y/n) POV

"Mikasa, kita harus ... Membunuh Eren."

Sebenarnya kami semua tahu memang itu satu-satunya cara untuk mengakhiri Rumbling ini. Tetapi nampaknya ada yang menolak faktanya. Mikasa sejak tadi bertahan dengan wajah ikhlas tak ikhlasnya. Kenapa gitu ya penderitaan mereka gak ada ujungnya? Jangankan dia, penonton saja ikutan lelah.

Bayangkan saja, ada seseorang yang menjadi musuh umat manusia dan itu adalah teman masa kecilmu. Keluargamu. Sekaligus cinta pertamamu. Berjuang mati-matian sampai beneran pen mati niatnya ingin membawanya pulang, bahkan rela mengorbankan kawan seperjuangan, malah berujung harus membunuhnya dengan tangan sendiri.

"Mikasa! Kau fokuslah untuk menyelamatkan Armin!" Ani tiba-tiba teriak sambil nyekek Mikasa. "Kau tak perlu memikirkan hal yang lainnya!"

Sopan banget mbak satu ini ngomong begitu ke kapal tenggelam yang gak ada harapan. Tapi bisa maklum mengingat ayangnya juga sedang diculik makhluk jadi-jadian.

"Oke." Kata Mikasa iya-iya aja. Udah capek kayaknya dia. Tidak ada bantahan atau perlawanan lagi. Jika beberapa jam yang lalu ia masih memasang wajah penuh harap, sekarang rautnya kembali datar, begitu pasrah.

Mikasa, kita memang harus ikhlas dan qanaah. Tapi jangan sampai putus asa.

Setelah itu keadaan sunyi lagi. Sampai beberapa menit ke depan semuanya diam seperti Mbak Komi, kecuali Gabi. Bokem satu ini tiba-tiba menceritakan suatu kisah tentang kelabang emas aneh yang terhubung dari tulang punggung Eren ke kepalanya yang sempat ia hetsot beberapa hari silam.

"Jika itu wujud asli dari kekuatan Titan, kita mungkin akan melihatnya lagi jika kita memenggalnya ..." Gabi said.

Oh, itu pasti tentang si Hallucigenia.

Apakah blio ini suka halu seperti Erwin Janda? g lupakan.

Etapi kalau beneran suka halu bagus kan jadinya cepet mokad blio /udahcukup.

Titan si Falih yang lagi kami naiki ini terbang melewati Benteng Salta. Di atasnya ada yang tawuran tapi pada raurus. Karena kami adalah spesies dinosaurus dari Jawa yang tidak peduli dengan semua urusanmu.

Sedikit lagi kami sampai di tulang Titan Eren. Di atasnya ada deretan Wawan alias War Hammer yang masing-masing memegang senjata. Jika dilihat-lihat kebanyakan membawa panah dan tombak. Untung bukan golok apalagi penggaris besi 60 cm.

"Falco! Hati-hati dengan panah mereka!" Ini kata si Reinhard.

Yang disuruh nurut. Dia siap-siap buat menambahkan kecepatannya hingga kami harus pegangan kuat-kuat agar tak terhempas.

Seru juga kalau ada yang kejungkal ke belakang/woi.

Puluhan anak panah melesat. Dan diluar nurulnya gak ada satupun yang berhasil menjadikan kami donat bulat dicetaknya dadakan. Aliansi ini memang dibekali plot armor setebal kamus kbbi. Kira-kira amal baik apa yang mereka perbuat di masa lalu?

Ketika Fadli berhasil mengikis jarak dengan Titan Eren, kami mulai bersiap turun sesuai instruksi. Oke jadi rencananya begini: Jesica akan pergi ke belakang leher Eren untuk meledakkannya. Untuk itu, aku, Reisa, dan Lepi Cekeryati binti seblakyati akan membantunya dengan mengalihkan perhatian para Wawan dan antek-anteknya.

"G. Itu terlalu berbahaya untuk (Y/n)." Abanglepi membantah.

"Siapa Anda ngatur-ngatur hidup saya?"

"Oo gitu. Kamu gak nurut sama kakak sekarang? Gatau aja dulu ada bocah ingusan ngeyel gak nurut kata emaknya yang ngelarang masuk suatu pasukan, besoknya jadi mc anti-hero yang depresi berkepanjangan. Kalau ada orang tua ngasih perintah atau larangan itu terima, jangan bantah."

[End] Ackerman Siblings | Shingeki no KyojinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang