Chapter 15

778 72 3
                                    

Edward menatap wajah Regano yang masih dengan tenang menutup kedua mata nya tanpa ada niatan untuk membuka kedua tatapan teduh yang selalu membuat ia nyaman itu.

Tadi dokter mengatakan setelah operasi, Regano bisa segera sadar tergantung dari kemaunan pemuda itu sendiri namun jika tidak ada kemauan sama sekali itu arti nya Regano tidak akan pernah sadar? Edward tidak akan pernah rela jika itu semua terjadi karena ia sudah merasa nyaman bersama dengan Regano sehingga berpisah sebentar saja rasa nya tidak akan bisa.

"Lo kapan bangun nya sih? Lo nggak bosen tiduran mulu dari kemarin? Lo nggak mau cerita sama gue apa yang lo lakuin selama dua hari kita pisah? Lo nggak mau denger cerita gue? Lo nggak mau bicara banyak lagi sama gue? Lo udah ada temen baru yang mau dengerin cerita lo? Jadi lo lakuin semua ini sama gue?" lirih Edward dengan menggenggam tangan besar milik Regano yang terasa sangat dingin ditangan nya.

Sudah satu hari lebih ia menemani Regano dirumah sakit, tapi tidak ada tanda-tanda pemuda itu akan sadar bahkan sampai hari ini, membuat Edward merasa sangat-sangat sedih.

Sekarang ia bisa dengan puas menatap Regano tanpa harus merasa rindu dengan pemuda itu, tapi bukan ini yang Edward inginkan. Ia ingin Regano sadar dan membalas semua perkataan yang ia ucapkan bukan seperti ini yang hanya terbujur lemah diatas ranjang rumah sakit seperti ini.

"Lo ngacangin gue lagi, lo udah ngacangin gue selama hampir dua hari ini. Gue bakalan marah kalo lo bangun nanti, gue nggak mau bicara sama lo sampai kapan pun itu,"gumam Edward lagi dan lagi, tatapan nya terlihat sangat lelah karena selalu diabaikan selama beberapa hari ini.

Edward meletakan kepala milik nya ditangan Regano yang tengah berada didalam genggaman milik nya, kedua mata itu mulai tertutup dengan pelan karena memang ia sudah beberapa malam ini tidak tidur karena menunggu pemuda itu sadar.

***

Wajah dengan rahang tegas yang menambah kesan tampan didalam diri nya mulai membuka kedua mata milik nya dengan pelan, tatapan itu mulai mengedar kesegala penguru ruangan yang sekarang ia tempati.

Kedua mata itu kembali tertutup saat merasakan pusing dikepala nya menyerang, hingga saat rasa pusing itu mulai menghilang kedua mata tajam itu kembali terbuka.

Menatap tangan nya yang terasa sangat berat sekarang, ada seseorang yang tengah meletakan kepala nya ditangan milik nya membuat Regano merasa penasaraan siapa orang itu, karena seingat diri nya ia masih berada dijalan waktu itu karena baru saja selesai bekerja dihari pertama.

Pikiran nya mengingat semua perkataan  ayah nya sebelum ia pulang dengan membawa motor nya dengan kecang malam itusebelum semua nya menjadi gelap, sehingga sekarang saat ia sadar kondisi nya sudah berada didalam rumah sakit dengan kepala diperban dan tangan yang ada infus nya.

Regano terus memperhatikan seseorang yang sekarang tengah meletakan kepala nya ditangan milik nya, ia merasa sangat penasaran siapa yang sekarang tengah menamani diri nya disini sampai tertidur seperti sekarang.

Ia merasa sangat yakin jika ayah nya tidak mungkin sekarang menemani diri nya disini jadi siapa yang sekarang berada disini bersama dengan diri nya? Ia tidak mempunyai siapa-siapa sekarang yang bisa menjadi tempat untuk diri nya mengeluhkan semua nya, diri nya sendirian.

"Ughh.."

Kepala yang sejak tadi tertidur cukup lama ditangan Regano itu mulai mengangkat kepala nya kembali, sebelum menatap kearah Regano.

Deg!

Regano sudah sadar!

Sejak kapan pemuda itu sadar? Kenapa ia tidak menyadari semua itu sejak tadi? Kenapa Regano tidak membangunkan diri nya jika memang dia sudah bangun sejak tadi? Wajah yang selama beberapa hari ini terlihat sangat pucat sekarang sudah mulai ada sedikit berwarna nya membuat Edward merasa sangat-sangat senang karena itu semua.

Edward merasa senang bisa melihat Regano lagi tapi kenapa tatapan yang pemuda itu berikan seakan-akan tidak ada semangat nya sama sekali? Kenapa tatapan itu terlihat sangat datar menatap diri nya? Edward merasa takut karena tatapan itu jauh berbeda dengan tatapan yang biasa Regano berikan untuk diri nya, apa semua perkataan dokter memang benar jika kemungkinan terbesar saat Regano bangun ia akan hilang ingatan? Berarti semua itu menjadi nyata sekarang membuat Edward merasa dijatuhkan didalam jurang yang sangat dalam, ia tidak rela dan tidak bisa menerima ini semua.

"Regano? Lo inget gue kan? Lo nggak lupain gue kan?"ujar Edward dengan suara yang sangat bergetar membuat Regano menautkan kedua alis milik nya mendengar perkataan pria itu.

"Siapa?"

Sudut hati Edward terasa sangat sakit mendengar perkataan Regano barusan, apa maksud nya dengan siapa? Apa pemuda itu memang tidak mengenal diri nya?

"L-lo beneran lo lupain gue? Kenapa?"

Air mata Edward turun begitu saja saat pemikiran nya sendiri memjawab semua pertanyaan dari diri nya, ternyata Regano memang melupakan diri nya, bagaimana ia bisa dekat kembali dengan Regano jika semua itu terjadi, ia tidak ingin dipandang seperti seorang penjahat oleh Regano karena rasa nya sangat menyakitkan.

"Siapa yang lupain lo? Gue inget lo siapa, lo adalah orang yang selama ini menjadi motivasi gue agar tetap bertahan hidup didunia ini lalu bagaimana gue bisa melupakan lo begitu aja?"ucap Regano saat sudah sadar dengan semua perkataan Edward karena ia masih tidak bisa berpikir tadi sampai-sampai saat diri nya sudah mengerti rasa nya sangat menggelikan melihat pria yang sudah sangat dewasa dihadapan diri nya sekarang menangis.

Di muda kan oleh wajah dan tumbuh pendek tapi di tua kan oleh umur yang sudah hampir kepala 3 membuat Regano geli sendiri.

Edward terdiam dengan air mata yang tidak keluar lagi saat mendengar perkataan Regano barusan, itu arti nya pemuda itu tidak melupakan diri nya kan? Tapi kenapa tingkah nya tadi seolah-olah tidak mengenal diri nya?

"Bangsat lo! Gue kira lo bakalan lupain gue karena kata dokter kemungkinan terbesar lo akan amnesia! Ternyata nggak, gue udah mikir macem-macem tadi!"gerutu Edward dengan menatap Regano dengan kedua mata melotot yang hanya dijawab kekehan pelan dari Regano.

"Tuhan tidak mungkin sekejam itu sama gue sehingga membuat gue ngelupain lo yang menjadi alasan gue buat hidup. Gue kira setelah kejadian itu kita nggak akan pernah bertemu lagi tapi siapa sangka sekarang lagi dan lagi kita bisa bertemu karena takdir."ujar Regano dengan membalas genggaman tangan dari Edward ditangan besar milik nya.

Bersambung..

Votmen_

TAKDIR { BXB } END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang