Clue #day45
#pampasan
Bukan rampasan ya, tapi pampasan. Pampasan itu memberi kompensasi kalo kalian melakukan sesuatu yg merugikan orang lain, kebalikan dari rampasan.
***
Setelah mendapat ciuman tiba-tiba dari Jae Han, Hwa Gi malu luar biasa dia diam tidak berani bertatapan dengan dokter maupun perawat. Ingin rasanya memukul Jae Han tapi dia tampak lebih bersemangat setelah berciuman, Jae Han hanya bisa tersenyum dan berjalan ke tempat semula.
Hwa Gi berdiri, memasang ekspresi penuh harap sambil sesekali berteriak saat Jae Han hampir berdiri meski hanya beberapa detik. "Ayo! ayo Jae Han, ganbatte! aahh…. " Hwa Gi mendesah kecewa saat Jae Han hampir berdiri, tapi kembali jatuh. "Tidak apa-apa, ayo lagi!" seru Hwa Gi.
Melihat semangat yang ditunjukan Hwa Gi untuk Jae Han, tidak ada alasan bagi Jae Han untuk mengeluh lagi. Dia harus menjalani proses dengan sabar.
Di luar ruangan, Shin Woo melangkah pelan menuju ruang fisioterapi. Dari balik pintu kaca Shin Woo dapat melihat Jae Han tengah berjuang untuk berdiri. Senyum tipis terukir di bibir Shin Woo, setelah mengalami hal yang mengejutkan, Shin Woo sadar dia tidak benar-benar membenci Jae Han. Dia hanya merasa iri karena ayahnya yang selalu memuji Jae Han lebih dari dirinya.
Senyuman Shin Woo tak bertahan lama saat melihat Hwa Gi memeluk Jae Han yang hampir terjatuh. Rasanya dia ingin berlari dan menangkap Jae Han juga.
"Hey, mengapa tidak masuk?" suara seorang wanita mengejutkan Shin Woo lalu menoleh ke samping dan kemudian mencibir. Wanita yang datang adalah Miki.
"Mengapa kau di sini?" tanya Shin Woo.
"Mengapa wajahmu masam begitu saat melihatku? aku ke sini datang bersama Hwa Gi untuk menemani Eomma chek up," jelas Miki, tatapannya terarah ke dalam ruangan. Kali ini Jae Han nampak berdiri, tapi kedua tangan masih berpegangan pada alat bantu, dia melangkahkan kakinya terlihat sangat kaku. Seperti bayi yang baru belajar berjalan, kedua tangannya pun gemetar.
"Eomma? kau menyebut orang tua Hwa Gi sebagai Eomma?" tanya Shin Woo heran.
"Iya, memangnya kenapa? tidak boleh? Miki cemberut memandang Shin Woo.
Shin Woo mendengkus. "Tidak, bukan apa-apa."
"Kau pasti cemburu untuk adikmu itu kan? perlu kau tahu, Hwa Gi pernah mengajakku untuk menikah, tapi aku saja yang tidak mau." ucap Miki pongah.
"Cih, aku tidak percaya!"
"Kau tanyakan saja pada Hwa Gi kalau tidak percaya!" Miki berkacak pinggang, dagunya terangkat.
"Okey, nanti aku tanyakan pada Hwa Gi, sekarang menyingkirlah dari pandanganku, wajahmu tidak enak dilihat." Shin Wo di meletakkan jari telunjuk di dahi Miki, mendorongnya pelan.
Tinggi Miki dan Shin Woo sangat jauh berbeda jadi ketika mereka saling berhadapan, Miki harus sedikit mendongak untuk menatap Shin Woo.
Miki menyingkirkan tangan Shin Woo dari dahinya. "Kau saja yang pergi! kau tidak berhak mengusirku!"
"Kau yang pergi!"
"Kau!"
"Kau!" ucap mereka secara bergantian dan Jae Han masih menunjuk-nunjuk dahi Miki dengan jari.
Mendengar kegaduhan yang terjadi di luar ruangan, Hwa Gi pun menoleh dan mendapati Shin Woo dan Miki seperti sedang bertengkar lalu berinisiatif untuk mendatangi mereka sebelum pertengkaran menjadi semakin parah.
"Ada apa dengan kalian berdua? jangan ribut di sini selesaikan di luar, apa kalian tidak malu dilihat orang-orang?" Tegur Hwa Gi.
Melihat Hwa Gi, Miki langsung bersembunyi ke balik punggung Hwa Gi lalu berkata, "Kalau tidak percaya tanyakan saja padanya!" Miki mendorong Hwa Gi pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HWA GI-SSI (END)
FanfictionRuangan berwarna merah dipenuhi wewangian gaharu yang menenangkan, seorang pemuda duduk di atas ranjang dengan pakaian Oiran merah menyala, mata berona merah cantik memasang ekspresi wajah bosan dan tatapan penuh goda. Hwa Gi jelas mampu menggaet si...