9 : Pemandangan saat hujan

34 14 40
                                    

Azam dan Tasya memilih meja di bagian pojok Cafe. Sembari menunggu klien nya datang, Tasya sibuk memilih makanan yang tertera di buku menu.

"Saya pesan nasi goreng seafood nya satu sama jus mangga satu ya, Mba!" pinta Tasya pada pelayan cafe, Tasya menoleh ke arah Azam yang tengah sibuk dengan ponsel nya. "Pak Azam mau pesan apa?" tanya wanita itu dengan nada lembut. "Saya es teh manis satu ya, mbak." ucap Azam pada pelayan cafe lalu kembali fokus pada ponsel di tangannya.

Tasya tampak tak senang dengan tingkah laku atasan nya itu, "Kalo cuma es teh, di kantor juga ada kalik."

***
Di sisi lain, Nesya dan Abizar sudah sampai di rumah Sandra.

Setelah di persilahkan masuk oleh ayahnya Sandra, Nesya langsung menuju kamar Sandra. Sedangkan Abizar menunggu di ruang tamu.

Nesya membuka pintu kamar Sandra, ia mendapati sahabatnya sedang berkutik dengan  laptop. Nesya berjalan ke arah ranjang, "Ya elah, sakit aja masih mainan laptop, lu!" sindir Nesya dan langsung memeluk Sandra. "Astaghfirullah, gue ini sakit bukan sekarat!"

Tawa keduanya pecah, memenuhi seisi ruangan itu. "Nugas ?" Nesya mengamati layar laptop sahabatnya. Ia manggut-manggut, "bisa mikir juga pas sakit?"

Sandra mendongakkan kepalanya dan menatap langit-langit kamar. "Ya Allah, kenapa dia harus dateng ngerusuh sih?"

Nesya meneliti tiap kalimat dalam layar Laptop Sandra sejenak. Ia menjentikkan jarinya. "gue mah bisa ini. Gue kerjain, ya?" tawar Nesya sembari mengambil alih laptop milik Sandra.

Sandra langsung merebut kembali laptop miliknya. "Gue masih bisa mikir, Nesya." ucap Sandra penuh penekanan.

Satu jam, dua jam berlalu. Akhirnya Nesya keluar dari kamar Sandra, ia mendapati Abizar yang tertidur di sofa ruang tamu Sandra.

"Selama itukah seorang Nesya bertemu sahabatnya, hingga membuat orang yang menunggu sampai pergi ke alam mimpi?"

Gadis itu berjalan mendekati Abizar, ia berniat membangunkan nya. Saat akan menepuk bahu laki-laki di depannya, mata nya tak sengaja melihat segelas air bening. Gadis itu menyeringai, muncul niat jahil dari lubuk hati Nesya.

Nesya mengambil segelas air itu dan menciprati wajah Abizar yang masih terlelap tidur. "MAK HUJAN!" teriak Abizar yang terbangun dari tidur lelapnya. Astaga, suara Abizar bisa mengagetkan Sandra yang berada di lantai dua. Untungnya, ayah nya Sandra sedang tidak ada di rumah.

Nesya terkekeh melihat Abizar yang terkejut, "Mimpi apa sih, Tuan Abi?" Gadis itu membantu Abizar untuk bangkit dari duduknya dan menuntunnya ke luar rumah.

Melihat Abizar yang masih mengumpulkan nyawa nya setelah bangun tidur. Nesya berniat, ia yang akan membawa motor Abizar. Namun, hal itu di tolak mentah-mentah oleh Abizar. "Masa' cewe gonceng cowo? Dimana letak harga diri gue sebagai lelaki?" celah Abizar yang diikuti dengan tangannya yang memegang dada.

"Eghm ... Wahai tuan Abizar, dirimu itu baru bangun. Kalau ada apa-apa di jalan gimana?"

"Ya lebih bahaya kalo seorang Nesya yang bawa motornya," ledek Abizar, "sen kanan, belok kiri." lanjut Abizar.

Nesya geram, ia mencubit lengan Abizar. "Maaf ya, gue ngga kayak mak-mak yang suka begituan." cibir Nesya.

Akhirnya setelah berdebat panjang antara Nesya dan Abizar, di putuskan bahwa Abizar yang membawa motor.

***
Di sisi lain, Azam sudah selesai dengan pekerjaan kantor nya. Ia melihat jam di handphone nya, pukul 16.00

Karena terlalu sibuk dengan klien nya, ia tidak bisa memantau sang pujaan hati nya disana. Pria itu mengecek aplikasi WhatsApp dan mencari nama Nesya disana.

Pilihan Terbaik (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang