21 : Cemburu

70 33 96
                                    

Mentari mulai menyinari bumi, udara segar mulai terasa. Jalanan pun sudah ramai orang lalu lalang yang hendak bekerja maupun sekolah.

Hal itu adalah pemandangan gadis berkaos lengan panjang abu-abu, lengkap dengan rok beserta hijab instan miliknya.

Gadis itu menyeruput secangkir teh yang ia bawa dari dapur dan ia nikmati di balkon rumahnya. Sungguh, author juga pengen kayak gitu hehehe.

Gadis itu memandangi tetangga-tetangganya yang hendak mengantar anaknya pergi ke sekolah. Terlihat Mira, salah satu tetangganya akan pergi sekolah.

"Selamat pagi, Kak Neca!" sapa Mira dari bawah. Nesya melambaikan tangannya sembari tersenyum, "Sekolah yang bener! Biar jadi orang sukses!"

Mira memberi hormat pada Nesya dari bawah. Ia pun bergegas pergi ke sekolah diantar kakeknya.

For Your Information, Mira hanya tinggal dengan kakek neneknya saja. Orangtua Mira tidak diketahui keberadaannya. Sejak Mira berumur lima bulan, Mira dititipkan ke kakek Bahrun dan nenek Ija yang sekaligus adalah orangtua dari ayahnya Mira.

Tidak ada kabar sama sekali dari orangtua Mira, entah masih hidup atau tidak. Setiap Nesya bermain dengan Mira, gadis cilik itu selalu bercerita jika ia bertemu dengan orangtuanya, mereka akan pergi jalan-jalan ke pantai, gunung dan tempat wisata lainnya. Yang Mira tahu adalah orangtuanya pergi bekerja untuk memenuhi kebutuhannya dan kakek neneknya.

Nesya sedih kala ia mengingat perkataan Mira tentang orangtuanya yang tidak jelas keberadaannya. Tapi, ia juga salut dengan Mira yang masih bisa bertahan sampai detik ini.

Ting!

Lamunan Nesya terpecah kala ia mendengar suara notifikasi ponsel miliknya. Ia meraih ponselnya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan.

Abizar?

"Ngapain, sih? Ganggu banget!"

Nesya melemparkan ponselnya ke kasur tanpa melihat isi pesan dari Abizar. Ia memilih menyegarkan dirinya, karena satu jam lagi kelasnya dimulai.

Tidak memakan waktu lama untuk Nesya bersiap-siap. Setelah 20 menit akhirnya gadis itu turun ke bawah untuk sarapan dan berpamitan.

"Selamat pa--" ucapannya tergantung, kala ia melihat pria yang berada di ruang tamu. Ia langsung mengecek ponselnya, lima pesan dari Abizar.

Abizar :
P
Gue anter ke kampus ya?
P
Nessss
aelah, gue ke rumah lu sekarang!

Gadis itu menepuk keningnya, pagi-pagi begini Abizar sudah membuatnya pening. Untung saja Azam tidak kerumahnya pagi ini. Jika tidak? Akan terjadi baku hantam antara Azam dan Abizar.

"Hai, Nona!" sapa Abizar sembari melambaikan tangannya ke arah Nesya. Nesya hanya tersenyum dan langsung menuju dapur.

"Nes, ajak Abizar sarapan dulu, gih!"

Dengan langkah yang pelan dan juga malas, gadis itu mengajak Abizar untuk sarapan bersama.

Setelah sarapan, Nesya langsung pamit pergi bersama Abizar. Tentunya pergi ke kampus tercinta.

"Lain kali jangan dadakan, dong. Untung, kak Azam nggak ke rumah pagi ini." cibir Nesya diatas motor milik Abizar.

Setelah beberapa menit perjalanan, mereka sampai di kampus Nesya.

"Nanti gue jemput, kabarin kalo udah selesai."

Gadis itu mengangkat alis sebelahnya, "Nggak perlu, Kak Azam yang jemput." jawab Nesya sembari membenarkan posisi hijabnya yang sedikit berantakan terkena angin.

Pilihan Terbaik (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang