12 : Terlambat

33 14 94
                                    


•••°HAPPY READING°•••
.
.
.

"Kuberi kau kepercayaan, tapi kau hancurkan kepercayaan itu."

×××

Renata sedih melihat kondisi putrinya yang makin melemah. Bagaimana tidak? Makan saja Nesya tak mau, seperti kehilangan semangat hidup. "Makan dulu lah, Nes." pinta Abizar yang selalu menemani Nesya saat sakit.

Saat ini Nesya butuh Sandra, ia butuh saran dari sahabatnya itu. Tapi, ia ingat Sandra masih dalam masa pemulihan. Nesya tak mau membebani pikiran Sandra tentang masalahnya dengan Azam.

"Assalamualaikum," Tiba-tiba pintu dibuka, Seorang pria yang kini Nesya tak ingin lihat sama sekali. "Wa'alaikumussalam." Semua menoleh ke arah pintu, kecuali Nesya.

Renata menyambut Azam dengan lembut, berbeda dengan Nayra. Ia masih emosi dengan perbuatan Azam kemarin. Entah itu benar atau tidak, ia tak peduli. Yang Nayra tau, adiknya sakit karena perbuatan Azam.

Azam meletakkan bunga di samping Nesya, ia meraih tangan gadis didepannya. Bukannya senang dengan kehadiran Azam, gadis itu justru membuang muka dan menarik tangannya dari genggaman Azam. "Ngapain kesini?" ketus Nesya.

Renata yang menyadari situasi langsung mengajak Abizar dan Nayra keluar, membiarkan Azam dan Nesya bicara empat mata.

Azam menarik napas panjang, ia harus banyak-banyak bersabar menghadapi gadis di depannya. "Kamu kenapa ngga ngasih kabar aku sih?"

"Buat apa? Bukanya kamu sibuk ngurusin cewe lain, ya?" tanya Nesya geram. Gadis itu mengepalkan tangannya, menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Aku ngga tau keadaanmu karena kamu ngga ngasih tau aku, Nes!" ucap Azam dengan penuh penekanan dan membuat Nesya gemetar. "Malah laki-laki lain yang kamu kasih tau, apa-apaan itu?"

Nesya mencoba untuk bangun dan duduk, ia menatap Azam. "BUAT APA? BAHKAN YANG ANGKAT TELPON ITU CEWE LAIN?" bentak Nesya yang tak kuasa menahan emosinya, "bahkan, kamu masuk rumahnya malem-malem. Kamu gendong dia sampe kamarnya, bukan?" ketus Nesya.

Azam sadar apa maksud Nesya, "posisi aku nyelamatin Tasya, dia berantem sama cowoknya. Apa salah aku bantuin dia?"

Azam memegang pundak Nesya, "kamu lihat yang terjadi? Apa aku salah nolongin dia? Kenapa kamu ngga tanya dulu ke aku?"

Nesya terdiam. Kacau, pikirannya terlalu kacau saat ini. Ini ke dua kalinya ia tersakiti karena laki-laki. Pertama, dengan Abizar lalu sekarang dengan laki-laki pilihan ayahnya, Azam.

Azam tak tega melihat Nesya yang menangis, ia merasa bersalah sudah meluapkan emosi pada gadisnya. Memang benar harusnya ia tak menolong Tasya saat itu, "bodoh! Harusnya gue ngga nolongin cewe tengil itu!"

"Nes, dengerin aku. itu cuma salah paham, oke?" ujar Azam sembari mengelus tangan Nesya. "Aku janji, ngga akan ngulangin lagi. kamu sembuh dulu, ya?" sambung Azam.

Azam melirik makanan Nesya yang belum habis, "makan dulu, ya?" pinta Azam dan langsung menyuapi gadis di depannya. Tapi, Nesya menolak.

"Kamu ngga kasian sama bunda? beliau itu khawatir sama keadaan kamu." Azam masih mencoba membujuk Nesya. Akhirnya, Nesya mau membuka mulutnya. Sepertinya Nesya mulai luluh dengan Azam? haha nurut banget bocilnya Azam.

Pilihan Terbaik (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang