15 : Rindu

69 38 81
                                    

Rindu

🌱🌱🌱

•Happy Reading•
.
.
.

Hujan turun semakin lebat, suara gemuruh terdengar begitu mengerikan. Cahaya kilat terlihat jelas di langit malam. Azam semakin khawatir dengan Nesya, "di mana kamu, Nesya? Saya khawatir."

Mobil hitam milik Azam melaju cepat, memotong derasnya air hujan yang turun. Sembari melihat-lihat sekitar, mana tau ia melihat Nesya di jalan.

Ya, benar. Sesuai dugaan, Ia melihat Nesya sedang berteduh di warung yang sudah tutup. Awalnya, Azam senang sudah menemukan Nesya. Sebelum akhirnya ia melihat siapa yang ada di samping Nesya.

Terlihat Nesya sedang kedinginan. Rasanya, Azam ingin langsung memeluk dan membawanya pulang. Tapi, melihat Nesya yang ceria bersama laki-laki itu membuatnya cemburu. Hati dan kepalanya terasa panas melihat Nesya yang nyaman dengan sosok itu.

Sekali lagi, Azam mencoba meredam amarahnya.

Apa memang benar, kalau masa lalu adalah pemenang? Aku sudah berusaha sekuat mungkin untuk mendapatkan hatinya. Tapi, sepertinya memang benar kata orang : pemenangnya adalah masa lalunya.

Azam menghapus air matanya, kembali melajukan mobilnya dengan cepat. Ia berniat kembali ke rumahnya. Tapi, ia khawatir jika Nesya tidak sampai rumah malam ini.

Pikirannya kalut, emosi dan cemburu menjadi satu. Siapa yang berani merusak hubungannya dengan Nesya? Jahat sekali orang itu.

Azam kembali terpikir tentang foto-fotonya bersama Tasya. Siapa yang mengambil gambar itu? Kenapa Nesya langsung percaya dengan gambar itu? Tapi, memang benar adanya jika ia pernah mengantar Tasya pulang dan menggendongnya saat mabuk di kantor, tempo hari.

Namun, ia melakukan semua itu atas dasar kemanusiaan. Bukan berniat menduakan Nesya. Satu hal lagi, kenapa selalu ada Abizar di sisi Nesya? Padahal Abizar hanya masa lalunya.

Apa selama ini saya kurang perhatian sama Nesya? Kurang apa saya, Nesya?

Azam berniat menyelesaikan masalah dengan baik-baik, ia berencana mempertemukan Nesya dengan Tasya. Meminta penjelasan langsung dari Tasya tentang kejadian-kejadian sebelumnya. Mungkin itu bisa membantunya agar bisa baikan dengan Nesya?

Azam tersadar dari lamunannya saat sebuah motor berhenti didepan pagar rumah Nesya. Ya, benar. Azam sampai lebih dulu di rumah Nesya, ia menunggu sampai Nesya pulang. Takut Nesya kenapa-napa.

Azam dapat melihat senyum lebar Nesya yang manis dari jauh. Ia rindu senyuman itu, ia rindu suara manja Nesya.

"Akhirnya, sampe juga di rumah. Basah ngga bajumu?" Azam mengecek keadaan Nesya, menempelkan tangannya di dahi dan memegang baju Nesya yang sedikit basah.

"Ngga ada pengertiannya." ujar Nesya sinis.

"Nesya?"

"Hm."

"Saya mau bicara sama kamu."

"Besok aja, gue capek."

Azam menghalangi pintu masuk. Menahan agar Nesya mau mendengarkannya saat ini.

"Capek abis ketemuan sama mantan?" sindir Azam, tatapannya tajam mengarah pada gadis di depannya. Nesya menatap mata Azam, "Hati-hati kalo ngomong. Jangan lupa ngaca, ya?"

"Please, dengerin saya kali ini." Azam menggenggam tangan Nesya, matanya penuh permohonan.

"Kenapa gue harus dengerin?"

Pilihan Terbaik (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang