✯ 4. Menuju Kematian Hoshino Ai ✯

1.6K 255 71
                                    

Yoo~
Tanoshinde Kudasai nee
Douzo

Author Pov_

Kedua anak kembar itu duduk pada kursi belakang mobil yang dikendarai kakak pertamanya. Hidomi telah menepati janjinya pada Hanadori untuk menjeput mereka dari TK. Kini Ryuka bersaudara itu tengah dalam perjalanan pulang.

Langit sudah berubah menjadi oranye, menandakan bahwa matahari hendak tenggelam, berganti posisi dengan sang rembulan.

Diantara mereka tidak terjadi interaksi sama sekali setelah masuk ke mobil. Aura yang dikeluarkan Hidomi membuat kedua adiknya tidak berani angkat bicara. Mereka tahu jelas apa yang membuat kakaknya seperti itu. Setelah Hidomi sampai di TK, dia sudah terlebih dahulu dipanggil oleh salah satu guru untuk bicara. Yang pasti hal yang dibahas mengenai kaca jendela yang dipecahi (Name).

Gadis itu menunduk dalam seraya meremas rok yang dipakainya. Dia beralih menoleh ke arah Hanadori yang ternyata ikut melirik dirinya dengan tatapan datar. (Name) menunjukkan raut wajah seolah-olah dia berkata 'Dia marah sama gue ya? Gimana ini!!'

Setelah melihat wajah sang adik, Hanadori pun memanyunkan bibirnya, dibarengi dengan kedipan mata dan bahunya yang dia naikkah seolah berkata 'Jangan tanya gue,'

(Name) berwajah masam dengan tatapannya tajam. 'Lo sebagai kakak bantu adek pas kena masalah gitu?! Gue nggak mau diomelin sendirian!'

Hanadori mendengkilkan bahu dan memutar bola matanya malas. 'Bodoamat. Derita lo.'

'Kakak durhaka lo.' (Name) memberikan jari tengah ke Hanadori ditambah pelototan dari matanya. Dia menghembuskan nafas pelan lalu menatap lamat jalanan dari kaca disamping. (Name) bahkan menghitung jumlah kendaraan yang melintas dijalanan saking gabutnya.

"(Name)," panggil Hidomi membuat lamunan gadis itu buyar.

"Hmm?" deham (Name) bertanya.

"Jangan hmm doang." ujarnya dengan nada datar membuat (Name) semakin takut dimarahi.

"Hai', gomenasai," ucapnya pelan.

Hidomi terdiam sejenak. Dia melirik kaca spion untuk melihat adiknya itu. Melihat jarak kedua adiknya itu terjaga sekitar 30 cm pun membuatnya berpikir kalau mereka tengah bertengkar. Apalagi melihat wajah Hanadori yang terlihat ketus dan wajah sedih (Name).

Senyum simpul terukir jelas dibibirnya setelah mengingat ucapan guru TK mengenai perilaku (Name). "Nii-chan nggak marah kok," selorohnya memecahkan keheningan.

(Name) reflek melihat kearah kaca spion yang mendapati tatapan hangat dari sang kakak. Dia mengembangkan senyum sempurna ketika aura mencekam dari kakaknya itu hilang. "Gomen nee, Onii-chan."

"Daijobu yo. Dulu Onii-chan juga suka mecahin jendela pas SD karena main bola. Tapi nggak ku sangka kamu bisa mecahin kaca jendela pakai bola plastik itu. Keren lho," ujarnya memberikan pujian untuk (Name).

Hanadori semakin terlihat kesal sehingga dia berdecih pelan menanggapi pujian dari kakaknya itu untuk (Name) seorang.

"Arigatou," seru (Name) kembali ceria seperti biasanya.

Become an Idol [ 推しの子 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang