empat puluh empat

594 100 9
                                    

.
.
.
ʘ ̄³ ̄ʘ

"Halo, bu boss." Sapa Yedam saat berada di depan rumah Zia.

"Yedam, lo bisa bawa mobil?." Gue kaget karna yang nyetir Yedam. Setau gue dia gak bisa nyetir mobil.

"Ayo masuk, mobil baru gue ni." Pamer Yedam. Yaudah gue masuk masuk aja dong.

Gak lama Yedam ngejalanin mobilnya. "Ini mobil gue baru dibeliin. Kalau kita nabrak maaf ya. Soalnya gue baru belajar."

"HEH! KALO NGOMONG!." Omel Zia.

"Hahaha, bercanda kali."
"Gimana perasaan lo mau ketemu tunangan?."

"Gue takut."

"Hari dimana lo wisuda, dia kecelakaan dan itu cukup parah. Syukur dia masih bisa selamat tapi dia koma."
"Jaehyuk baru siuman setelah koma 2 bulan kemarin. Dan kemarin gue dapet kabar kalau dia amnesia."

Zia gabisa bayangin gimana keadaan Jaehyuk kemarin. "Kak ini berita besar kenapa gue gak dikasih tau sama sekali? Apa gue gak penting?." Kecewa, itu yang Zia rasain sekarang. "Kenapa lo semua sering bangat bohongin gue si? Apa gue bodoh bangat ya dimata kalian? Lo yang bilang sendiri kalau tiga bulan bukan waktu yang sebentar. "

"I know. Kalau aja waktu itu gue gak ke Jepang, gue juga gak bakal tau masalah ini. Bunda bilang dia bakal keep masalah ini sendiri, dia gak mau bikin lo khawatir."

Itu isi percakapan Gue dan Kak Junkyu waktu dirumah sakit. Gue sedikit syok si dengernya.

Dan hari ini Bunda nyuruh gue ketemu sama kak Jaehyuk. Sumpah demi apapun gue kangen bangat sama kak Jaehyuk, tapi disisi lain gue juga takut kalau kak Jaehyuk gak ngenalin gue sama sekali.

"Ayo dong semangat, Bu Boss."

"Gue takut, Dam. Takut, Kak Jaehyuk gak ngenalin gue."

"Gausah takut. Gue yakin kalau emang dia gak inget sama lo, dia pasti bakal sembuh, lo berdoa aja." Ucap Yedam.

Gue duduk dihadapan kak Jaehyuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue duduk dihadapan kak Jaehyuk. Wajah yang selama ini gue rindu. Gue senyum tapi dia gak sama sekali ngeliat ke arah gue.

"To the point, lo mau apa dari gue?." Tanya kak Jaehyuk tiba tiba.

Senyum gue luntur seketika. Ini bukan kak Jaehyuk yang gue kenal.

"Maksud kakak apa ya?." Tanya gue.

"Gue udah tau semua tentang kita. Mustahil lo nunggu gue karna lo emang bener bener cinta sama gue. Lo nunggu gue pasti ada tujuannya kan?."

Gue mencoba mencerna kalimat kak Jaehyuk, sumpah ini bener bener bikin gue bingung. "Kak aku gak ngerti maksud kakak apa."

"Lo pura pura bodoh apa emang bodoh?."
"Lo mau uang gue?." Jaehyuk menatap ke arah Zia dengan tatapan dinginnya.

"Kak?."

"Tiga bulan gue menghilang tanpa kepastian dan lo tetep nunggu gue? Apa gue tetep percaya kalau lo nunggu gue karna cinta?."

"Katanya kakak tau tentang kita, tapi kenapa kakak masih mempertanyakan cinta aku ke kakak? Padahal seharusnya kakak tau aku kayak gimana ke kakak selama ini."

"Ya mana gue tau, gue cuma dikasi tau bunda kalau lo itu tunangan gue. Dan gue gabisa percaya aja dong kalau lo emang beneran setia sama gue, secara dijaman sekarang jarang ada orang yang tulus." Ucap Jaehyuk tanpa rasa bersalah.

"Kak lo nyakitin hati gue." Gue mencoba untuk gak nangis didepan kak Jaehyuk.

Gue tau dia amnesia, dan gue juga tau dia gak inget apa apa. Tapi dia bener bener bikin gue sakit hati.

Sikapnya bener bener kayak waktu awal Zia ngedeketin kak Jaehyuk. Ucapannya bikin sakit hati.

"Sorry. Tapi gue gabisa percaya gitu aja, buktiin kalau lo emang setia sama gue."

"Apalagi yang harus aku buktiin? Aku harus buktiin kayak gimana?."
"Seharusnya disini aku yang sakit kak, aku yang ditinggalin sama kakak tanpa kepastian. Aku nunggu kakak walau aku gak tau kakak kemana, dimana, kenapa. Aku gak pernah ngelirik laki laki lain sedikit pun, aku percaya sama pendirian aku kalau kita bakal bareng bareng lagi. Dan setelah pertanyaan itu terjawab, dan kita bisa ketemu lagi, kakak malah kayak gini. Aku tau kakak lupa sama semuanya, aku tau itu. Tapi bisa gak kakak gausah nyakitin hati aku? Gak usah ngomong kayak tadi. Aku gak butuh duit kakak. Gausah mandang aku secara rendah kayak tadi." Habis itu gue pergi dari hadapan kak Jaehyuk. Untung Yedam nunggu gue, dan gue emang berniat untuk pulang bareng dia lagi.

"Eh bu boss? Kenapa nangis?." Yedam panik pas ngeliat Zia naik ke mobil dalam keadaan nangis.

"Kak Jaehyuk nyakitin hati gue, Dam." Lirih gue masih menangis.

Gue menceritakan semua percapakan gue sama kak Jaehyuk tadi ke Yedam.

"Seharusnya gausah dimasukin ke hati. Lo tau kan tunangan lo lagi gak stabil pikirannya." Tutur Yedam.

"T-tapi kann tetep aja gue nge-ngerasain apa yang dia omongin." Gue bener bener sesegukan. Sakit bangat hati gue, gak bohong. "Dia bilang ke gue kalau g-gue nunggu dia karna uang."

"Yaudah yang sabar ya. Lo berdoa aja supaya dia cepet pulang."
"Eh pulih maksudnya." Ralat Yedam.

"Enak aja lo!." Omel Zia saat mulut Yedam typo.

"Salah ngomong. Namanya juga manusia, tempatnya salah jadi tolong dimaafin."

Bangke juga ni orang, batin gue.

"Omongan itu dijaga. Karna itu bisa jadi doa." Ucapnya santai namun terlihat serius.

"Maaf, bu boss. Namanya juga salah ucap."
"Se'cinta itu ya lo sama Jaehyuk?."

Gue nengok ke arah Yedam. Gak tau kenapa suasana disini jadi beda.

"Sampai gak ada celah sedikitpun untuk orang lain?."
"Gue juga mau jadi lo. Walaupun lo selalu patah, tapi lo tetep gak ngerubah tujuan lo, yaitu Jaehyuk." Sambungnya.

"Patah hati memang milik siapa saja yang sedang jatuh hati."
"Itu konsekuensi kalau lo suka sama seseorang." Sambungnya.

"Gue gak mau sakit."

"Lo yang bilang sendiri, manusia itu pandai menyakiti, Bahkan yang sangat baik sekalipun."

"Lo emang pengingat yang baik." Yedam tersenyum sambil menyalakan mesin mobil nya.

To be continue...

"Jangan lupa tinggalkan jejak"

Kak Jaehyuk || TREASURE✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang