empat puluh lima

621 100 31
                                    

.
.
.
ʘ ̄³ ̄ʘ

! Ini part gak penting si, jadi boleh di skip boleh lanjut baca yh...

Pagi pagi Zia udah dijemput sama Yedam, karna hari ini kopi baru sky blue bakal launching.

Nggak ada perayaan si, paling mereka bakal nyapa beberapa pelanggan dan kasih gratis kopi baru mereka dihari ini.

"Siap, bu bos cantik bangat." Ucap Yedam saat Zia masuk ke dalam mobil.

"Gembel bangat."

"Apanya yang gembel?." Yedam langsung ngecek outfit dia lagi, takut kayak gembel beneran. "Perasaan gue udah ganteng, penampilan juga udah kayak CEO." Sambungnya.

"Maksud gue gombal Yedamm." Ini Yedam pagi pagi udah bikin gue naik pitam aja.

Sesampainya di cafe udah lumayan rame. Dan yang paling bikin Zia kaget itu didalem ada bunda, Kak Jaehyuk dan 1 cewe yang Zia sendiri gak kenal. Kayaknya bukan saudara kak Jaehyuk deh, soalnya Zia gak kenal.

Nah salah satu karyawan nyuruh  mereka foto berdua buat di post di Instagram sky blue.

Pas Zia sama Yedam foto, ternyata Kak Jaehyuk ngeliatin mereka, karna kaca cafenya tembus pandang ke arah luar.

Pas Zia sama Yedam foto, ternyata Kak Jaehyuk ngeliatin mereka, karna kaca cafenya tembus pandang ke arah luar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh saya belum siap itu." Ucap Zia saat melihat fotonya

"Tetep cantik kok." Ujar Yedam tiba tiba.

"Iya bu, tetep cantik kok." Jelas Karyawannya.

Zia jadi malu sedikit.

Setelah sesi foto selesai mereka berdua mulai nyapa pelanggan yang dateng.

Zia tentu aja nyapa ke keluarga kak Jaehyuk dulu.

"Halo bunda." Sapa Zia sambil tersenyum manis.

"Hai sayang. Apa kabar kamu." Bunda meluk Zia.

"Baik kok."

"Zia, bunda minta maaf soal wak—."

"Bundaa...Zia ngerti kok. Zia gak ada hak untuk menuntut banyak, Zia tau kalau bunda ngelakuin itu untuk kebaikan kak Jaehyuk juga. Jadi bunda gak usah minta maaf." Ucap Zia sesekali melirik ke arah Jaehyuk.

"Syukurlah kalau kamu mengerti."
"Oh iya. ini Winter, orang yang nolong Jaehyuk waktu kecelakaan."

"Zia." Gue berjabat tangan dengan perempuan cantik disamping bunda.

"Winter." Sahutnya sambil tersenyum manis.

"Maaf ya sayang, bunda kesini gak ngabarin kamu dulu."

"Iya bunda gapapa kok. Zia juga lupa ngasih kabar kalau disini ada produk yang baru launching. Jadi maaf, Zia gak undang."

"Iya bunda juga dikasih tau kakak kamu kalau kamu lounching kopi baru, jadi kita kesini deh sekalian liat cafe kamu." Ucap Bunda. "Eh mending bunda sama winter, pisah meja ya. Biar kalian ada waktu buat ngobrol ngobrol."

Gue melirik ke arah kak Jaehyuk yang kayaknya sedikit terganggu sama ucapan bunda itu. "Hehehe gausah bun, gapapa." Tolak gue.

"Ah kamu kebiasaan. Udah kita pisah meja aja biar kalian leluasa."
"Ayo winter kita pindah ke sana." Bunda dan Winnter akhirnya pindah meja agak sedikit jauh dari meja ini.

Kita sama sama membisu, karna gak tau mau ngomong apa. Gue juga masih canggung sama pertemuan terakhir kita waktu itu. Akhirnya gue ngelamun.

"Itu partner lo atau pacar lo?." Kak Jaehyuk melirik ke arah Yedam seakan memberi isyarat kalau orang yang ia maksud adalah Yedam.

"Kakak mikirnya apa?."

"Pacar." Ucapnya dengan nada dingin.

"Dari sudut pandang mana?." Tanya Zia tak kalah dingin.

"Cuma nebak."

"Salah."

"Kenapa lo masih pake cincin tunangannya?." Lagi lagi Jaehyuk melempar pertanyaan.

"Karna kita belum putus hubungan."

Jaehyuk memperlihatkan jari jarinya yang tidak terikat cincin apapun. "Liat kan? Gue udah lepas cincinnya."
"Dan...gue suka sama Winter." Sambungnya.

Tiba tiba petir bergemuruh di atas langit disertai hujan yang deras secara tiba tiba. Seolah tuhan ingin turut serta memberi tahu isi hati Zia kala itu.

Hampir seluruh pengunjung sekaligus Zia dan Jaehyuk menatap ke arah luar, kenapa cuaca berubah secepat itu?

Sakit, hatinya sakit. Apakah penantiannya selama ini sia sia? Zia berharap saat ini ada yang membangunkannya dari mimpi buruk.

"Segampang itu kakak bilang ke aku kalo kakak suka sama perempuan lain. Sedangkan aku selama ini mati matian jaga hati aku buat kakak."

"Gue bener bener gaada rasa sama lo."

"Zia!." Jaehyuk menepuk lengan Zia yang berada di atas meja. "Lo ngapain ngelamun ujan ujan gini."

Hah? Tadi cuma? Aduh ini gue kenapa ya?, Batin Zia.

"Maaf ya kak. Aku gak fokus."

"Lo—masih pake cincin tunangan kita?." Tanya Jaehyuk.

Ini? nggak nggak, ini kayak yang tadi gue ngelamun kan?, Batin Zia.

"I—Iya kak." Jawab gue sedikit gugup.

Jaehyuk cuma ngangguk ngangguk aja. "Gue...lupa simpen cincinnya dimana."

Gue diem aja masih bergelud dengan pikiran sendiri.

"Sorry soal yang waktu itu. Gue tau lo cewek baik, sebab lo tunangan gue."

"Aku tau kakak bingung sama semua yang kakak rasain sekarang."

"Kenapa lo bisa jatuh cinta sama gue?." Tanya kak Jaehyuk.

"Kenapa banyak sekali yang mempertanyakan cinta aku ke kakak? Apa yang spesial dari itu?."
"Itu pertanyaan yang sulit untuk aku jawab." Sambungnya.

"Kenapa?."

"Entahlah, cuma rasanya sulit jika ada orang yang mempertanyakan alasan seseorang dapat jatuh cinta. Jujur aku yakin gak ada orang yang bener bener bisa jawab pertanyaan itu. Sejatinya cinta adalah hal yang masih menjadi misteri."

"Di dunia pun masih banyak yang menjadi misteri." Sambung kak Jaehyuk. Jaehyuk menarik lengan Zia agar bisa ia genggam. "Yakinin gue untuk bisa sembuh dan balik lagi ke lo." Ucapnya dengan sungguh sungguh.

"Pasti kak. Pasti kakak bisa." Setidaknya ada sedikit titik terang dari hubungan mereka.

To be continue...

"Jangan lupa tinggalkan jejak"


Sebenernya aku lagi bingung bangat buat endingnya gimana, sad ending atau happy ending si udah bisa ketebak gimana alurnya sama aku, tapi masih bingung milih yang mana huhu

Kak Jaehyuk || TREASURE✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang