Chapter 01: Question for the universe.

3.9K 265 13
                                    

ADA begitu banyak pertanyaan yang mengisi relung hati seorang Sim Jaeyun. Dimulai dari dilahirkan tanpa tahu asal usul dan ortuanya sendiri, hingga kini ia tiba-tiba harus menerima tawaran untuk menikahi anak bungsu dari keluarga Lee dari Gyeonggi, yang ia sendiri hanya tahu rupa pria itu lewat sebuah foto yang nyonya Lee kirimkan padanya seminggu yang lalu.

Tidak ada satupun dari pertanyaan-pertanyaan itu yang terasa masuk akal di pikiran Jaeyun. Tentang apa sebenarnya latar belakang dari Tuhan menciptakan takdirnya sedemikian mengenaskan, tentunya.

Dari dulu, Jaeyun bahkan tidak pernah memiliki pengharapan yang terlalu tinggi. Ia hanya ingin memiliki keluarga baru seperti teman-teman di panti asuhan lain yang satu per satu dijemput oleh dua wajah asing yang kelak akan menjamin kehidupannya.

Jaeyun tidak pernah mempedulikan keadaan ekonomi mereka. Dia tidak keberatan untuk menjadi miskin dan kekurangan di ibu kota, ketika ia sendiri bahkan harus putus sekolah di menengah atas hanya karena tidak adanya donatur tetap di panti asuhan yang sampai saat ini masih menampungnya, dan rela menjadi tulang punggung untuk belasan anak-anak lain dengan bekerja di beberapa tempat sekaligus. Makan sehari sekali juga bukan merupakan hal baru untuknya. Jaeyun hanya ingin mencicipi hangatnya rumah.

Samar suara notifikasi dari ponsel menarik Jaeyun untuk kembali ke realita setelah selama setengah jam ia habiskan untuk melamun. Memikiran jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berulang yang selalu memenuhi isi kepalanya. Jemari Jaeyun dengan segera menekan baris pertama dari dua notifikasi yang muncul.

Itu dari calon ibu mertuanya yang meminta izin untuk hadir terlambat di pertemuan pertama mereka. Jaeyun hanya menghela napas dan membalasnya sesopan mungkin. Sedangkan di baris kedua, Jaeyun menemukan balasan dari atasannya di sebuah restoran cepat saji yang menerima pengunduran dirinya.

Dunia memang terasa begitu konyol untuk Sim Jaeyun, namun ia juga masih terlalu waras untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Tepat ketika Jaeyun hendak menyedot lemon tea yang sejauh ini ia anggurkan hingga gelasnya berembun di atas meja, suara lonceng kafe dan teriakan seseorang yang memanggil namanya membuat Jaeyun mengurungkan niatan. Kepalanya menoleh, dan menemukan seorang wanita paruh baya dengan setelan kasual melambaikan tangan padanya. Jaeyun segera bangkit, berniat menyambut.

"Kamu sudah menunggu lama, Jaeyunie?" ucap nyonya Lee berbasa-basi setelah mengangguk tipis, membalas Jaeyun yang sebelumnya membungkuk sopan padanya.

Jaeyun jelas menggeleng, tampak kikuk. "Ah, tidak juga nyonya Lee. Saya baru saja sampai, kok." balas Jaeyun beriringan dengan tawa kering yang begitu jelas dipaksakan.

Tolong yakinkan Jaeyun bahwa ini tergolong pada white lies dan bukan merupakan sebuah dosa.

Nyonya Lee lantas tersenyum lembut. Beliau terlihat begitu penuh kasih dan penyabar. Terbukti dengan menarik lembut sosok pemuda lain yang sedari tadi turut berdiri bersama mereka tanpa ada keinginan untuk turut melontarkan kata dan menyiapkan kursi untuk putranya itu.

"Heeseungie, taruh dulu pingu ya? Yang sopan di depan, Jaeyunie." bisik nyonya Lee pada pemuda yang sedari tadi ia genggam tangannya. Namun tentu saja bisikan itu terlalu keras untuk tidak dapat Jaeyun dengar. Kini mereka telah dukuk saling berhadapan.

Nyonya Lee segara memanggil pelayan untuk memesan minuman dan kudapan manis, sempat menawari Jaeyun, namun ditolaknya dengan halus. Jujur saja, Jaeyun tidak mau berlama-lama terjebak dengan mereka. Selain karena penawaran tak masuk akal yang dengan berat hati ia terima, Jaeyun jelas tidak nyaman dengan bagaimana cara putra bungsu nyonya Lee yang tak kunjung melepaskan tatapan intensnya pada paras Jaeyun. Padahal seingat Jaeyun ia tidak mengunakan riasan apapun di wajahnya, selain gel penata rambut yang ia gunakan. Jaeyun juga menata rambutnya dengan gaya comma hair agar terlihat sedikit lebih segar, menurutnya itu normal. Terakhir ia mengecek penampilan di layar ponsel, wajahnya juga baik-baik saja.

Jaeyun's Question Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang