Chapter 13: Let's make peach hand pie with Heeseung!

1K 126 12
                                    

BUNYI gemericik air yang mengalir di wastafel menjadi satu-satunya bising yang memenuhi dapur pagi ini. Tidak seperti biasanya, Jaeyun memilih untuk menutup semua pintu di rumah. Agustus hampir selesai, dan angin musim panas yang kering namun sejuk perlahan beralih menjadi lembab, identik dengan peralihan ke musim gugur. Jaeyun tidak terlalu menyukai hawa itu ketika membelai permukaan kulitnya. Entah mengapa, itu seperti membangkitkan kenangan-kenangan kelabu akan kehidupannya yang dengan sengaja telah Jaeyun simpan rapi dalam nakas terkunci di benaknya. Itu membuat Jaeyun bergidik dihantui rasa tidak nyaman.

Namun kini, atensi Jaeyun hanya terfokus penuh pada buah persik yang tengah dicucinya. Membasuh mereka di bawah aliran air keran, setelah sebelumnya Jaeyun rendam sejenak menggunakan larutan baking soda, yang katanya, akan merontokkan kotoran serta parasit yang ada di buah itu. Memang air rendamannya tampak keruh sedikit, sih. Jadi, Jaeyun pikir itu bukanlah mitos.

Jaeyun menoleh ketika dirasakannya sebuah sentuhan di bahu. Itu Heeseung. Bayi besarnya terlihat mengintip penasaran di balik tubuhnya, setelah sebelumnya mencolek-colok bahu Jaeyun dengan ujung telunjuk. Sesekali masih mengucek kelopak mata. Wajahnya masih bengkak dengan rambut seperti sarang burung. Bahkan celana piyamanya terlihat melorot sebelah. Menggantung malas di pangkal pinggang. Ujungnya terinjak kaki Heeseung sendiri.

"Jaeyunie, Jaeyunie sedang apa?" tanyanya dengan suara parau khas bangun tidur. Setiap silabelnya diseret perlahan untuk keluar dari tenggorokan.

"Oh, hallo! Selamat pagi, Heeseung! Tidurnya nyenyak?" pemuda Lee mengangguk pelan. Memejamkan mata ketika Jaeyun mengusap wajahnya dengan air keran yang terasa dingin di epidermis. Membuat Heeseung berjengit dan refleks bergerak mundur. Dengan sigap, sebelah tangan Jaeyun yang bebas menggamit lengannya. Memaksa Heeseung untuk tetap berada di tempat. Tak lupa, Jaeyun juga menyisir helai rambut Heeseung dan menatanya ala kadar dengan bantuan jemari. Setidaknya, itu akan sedikit membuat tampilan si bayi besar tampak sedap dipandang mata.

"Heeseung mau pastri, tidak?" Heeseung mendengung lama. Tampak berpikir. "Apa itu pastri, Jaeyunie?"

"Adaaaa...itu semacam kue kering? Entahlah. Tapi nanti jadi enak." ujar Jaeyun tak yakin. Ini juga kali pertama Jaeyun tergerak untuk membuat hal-hal rumit semacam itu dalam hidupnya. Dua puluh satu Jaeyun selama ini hanya diisi dengan menggoreng dan merebus. Memanggang tidak pernah terselip di antara kedua hal itu.

Jemari Jaeyun beralih tugas membuka kancing piyama yang dikenakan Heeseung satu per satu. Menanggalkan fabrik berbahan katun itu, setelah sebelumnya menyingkirkan buah persik yang telah usai ia cuci. Jaeyun terkikik tatkala merasakan tubuh bagian atas Heeseung yang menggigil di bawah sentuhannya. "Jaeyunie, mandinya nanti saja, ya? Dingin masih! Heeseung nanti membeku!" protesan Heeseung dihadiahi Jaeyun sebuah anggukan. "Segera ambil kaus di kamar, kalau begitu. Setelah itu sarapan dulu, ya? Jaeyun sudah siapkan roti isi kesukaan Heeseung."

"Ay ay captain!"

Heeseung lantas berlari kecil kembali ke kamarnya. "Ingat! Ambil yang bagian atas saja, Heeseung! Jangan asal tarik! Nanti berantakan lagi lemari pakaian Heeseung!" teriak Jaeyun berusaha memperingati. Meskipun sepertinya, begitu sedikit presentase Heeseung akan menaati wejangannya yang satu itu. Jaeyun hanya bisa mengehela napas. Berusaha melapangkan dadanya untuk ke sekian kali.

"Sudah! Sudah! Sudah!" Heeseung bersorak kegirangan sembari berjingkat-jingkat di tempat setelah mengenakan sebuah kaus untuk menutupi dada telanjangnya. Membuat kegiatan Jaeyun yang tengah mengupas kulit buah persik terjeda. Ia tersenyum lembut dan membantu Heeseung membenarkan posisi celananya. Berakhir memasukkan kaus yang dipakai pemuda Lee ke dalam celana piyama bermotif papan catur yang belum diganti.

"Heeseung mau kupas-kupas!" dengan gerak serampangan Heeseung berusaha meraih pisau yang tergeletak di atas konter dapur. Membuat tubuh Jaeyun terjepit di sela-sela tubuh Heeseung dan konter dapur. Jaeyun meringis pelan seraya berusah mendekap tubuh tegap dengan tenaga berlebih itu sekuat yang ia bisa. Berusaha menahan gerak Heeseung yang terus mendesaknya.

Jaeyun's Question Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang