Chapter 08: Strawberry ban-aid incident.

1.2K 179 28
                                    

JAEYUN tengah menjemur pakian yang baru saja ia keringkan di mesin cuci, tatkala kepala dengan topi jerami menyembul begitu saja di hadapannya. Tepat di balik pagar berupa susunan batu alam yang tingginya hanya satu setengah meter.

"Selamat pagi, Jaeyun! Sedang menjemur pakaian, ya?" itu Sunghoon dengan senyum menawan yang mempertontonkan gigi taringnya.

Di dalam hati Jaeyun menggerutu. Jelas saja, itu merupakan pertanyaan retoris yang apabila Sunghoon memiliki mata yang dapat berfungsi dengan normal, maka seharusnya pemuda Park tersebut tidak perlu untuk bertanya.

"Oh, astaga tuhan! Sunghoon! Kamu benar-benar membuatku terkejut!" alih-alih marah dan meluapkan kekesalannya yang membuat hati pegal di jam yang bahkan masih menunjukkan pukul sembilan, Jaeyun malah menampilan senyum manisnya.

Mendengar itu, Sunghoon hanya mampu terkekeh. Ia harus berterimakasih pada angin musim panas pagi ini, helai jelaga Jaeyun yang pekat dan mulai menyentuh tengkuk sang empunya berkibar lembut. Menyeka kulit putihnya yang mungkin apabila bertemu dengan telapak akan terasa begitu halus. Ada satu-dua titik keringat di bawah dagunya, lalu turun ke leher, lalu...baiklah, jakun Sunghoon mulai naik-turun. Jelas, gusar diberi suguhan yang semacam itu.

Seseorang dengan figur manis, tampak lemah-lembut, lalu penyayang, lalu tampak lebih mungil darinya, merupakan tipe ideal Sunghoon sekali! Wajar jika saat pertama kali bertatap mukapun Sunghoon sudah kehilangan separuh dari kewarasannya.

"Sunghoon ada perlu apa?" tanya Jaeyun seraya menggelar selembar sprei berwarna biru langit di jemuran. Jemarinya yang terlihat pendek-pendek dengan telaten memasangkan penjepit di beberapa tempat, demi mencegah fabrik itu terbang terbawa hembus keras angin musim panas.

Oh, suara lembut itu!

Rasanya Sunghoon ingin memiliki suara itu hanya untuknya. Menjadi satu-satunya yang akan disapa dengan suara lembut Jaeyun di pagi hari tiap kali mereka terbangun di ranjang yang sama. Lalu ketika suara itu berubah mendayu ketika meminta sesuatu darinya, atau memekik ketika Sunghoon menjahilinya.

Betapa Sunghoon begitu terlihat menjijikkan sebagai seseorang yang memiliki pandangan romantis tentang cinta dan hubungan!

Tetapi memang benar, sih. Sunghoon tidak menampik fakta itu. Dia begitu mudah terpesona akan sesuatu yang terlihat indah di matanya. Pupilnya akan dengan begitu saja membesar, lantas bayangan-bayangan manis kisah dengan akhir bahagia akan dengan begitu saja melintas di benaknya.

"Nenek membuat kimchi lobak." ujar Sunghoon masih dengan senyum di bibir. Ia mengulurkan toples bening berukuran sedang yang ditutup rapat-rapat. Tampak begitu merah dengan bubuk cabai.

Jaeyun memekik senang melihat itu, ia langsung memeluk toples berisi kimchi lobak itu dengan tangan kanan. Sedangkan yang kiri menenteng keranjang cucian yang telah kosong isinya. "Kenapa hanya melalui pagar, Sunghoon? Lewat depan saja, sekalian mampir." tawar Jaeyun.

Sunghoon menggeleng, "Akan sangat membuang waktu, Jaeyun. Lagipula aku sedang membantu kakek juga mengurus kebun. Sedang panen strawberry. Jaeyun mau? Nanti kupetikkan beberapa."

Jaeyun jelas saja mengangguk dengan antusias. Di kepalanya telah muncul berbagai kudapan manis berbahan dasar strawberry yang dapat ia buat untuk Heeseung nantinya. Tentu tanpa mengetahui Sunghoon yang tengah begitu kepayahan untuk tidak melompati pagar di depannya dan mencubit kedua pipi Jaeyun yang memerah samar tersengat terik matahari bulan Agustus.

<•>

"Heeseung sedang apa?" tanya Jaeyun bahkan ketika ia baru saja melepas sandal yang ia pakai. Usai menggeser pintu yang langsung mengarahkannya ke dapur. Ditemuinya sosok semampai Heeseung yang tengah berkutat dengan sesuatu di depan kulkas.

Jaeyun's Question Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang