Chapter 12: Walk you to convenience store.

1K 134 21
                                    

HELAI demi helai jelaga Heeseung yang teracak di dahi, Jaeyun rapikan. Membuat pemuda Lee menggumam nyaman dalam lelapnya. Ia rapatkan selimut yang membalut tubuh Heeseung sebelum membubuhkan sebuah kecupan ringan di tulang pipi. Jam weker di atas nakas telah menunjukkan pukul sembilan lebih satu kuarter. Sementara Jaeyun masih terduduk diam mengamati ekspresi tenang Heeseung yang tengah menyelami mimipi. Sebuah buku dongeng bertajuk gadis bertudung merah, bahkan masih senantiasa berada di pangkuan.

Jujur, berat hati Jaeyun untuk meninggalkan Heeseung seorang diri. Meski fakta tentang Heeseung yang seorang deep sleeper terasa sedikit menolong posisinya. Sangat jarang Heeseung tiba-tiba akan terbangun di tengah tidurnya, dan itu adalah sebuah keuntungan bagi Jaeyun. Mungkin, hanya satu hal itu saja yang Heeseung tak ambil dari kebanyakan perilaku seorang bayi.

Jaeyun akhirnya memilih beranjak dari tilam. Ia memastikan semua pintu telah tertutup dan memadamkan beberapa lampu sebelum mengunci pintu. Sepenuhnya menyadari bawa ia mungkin saja telah menghabiskan setengah jam lebih hanya untuk melakukan beberapa hal dengan gerakan diperlambat dan benar-benar bersikap seolah Jaeyun sedang tidak membuat sebuah janji di pukul sembilan tepat.

Lebih tepatnya, entah mengapa, Jaeyun seperti tidak merasakan setitik rasa tidak enak hati dalam relungnya sebab telah membuat seseorang menunggu setengah jam lamanya di luar sana. Dan entah mengapa pula, Jaeyun merasa yakin bahwa Sunghoon akan dengan setia menungguinya di depan gerbang.

Lalu, benar saja. Bahkan dari pintu gerbang kayu yang masih terbuka dalam bentuk celah kecil, Jaeyun dapat menemukan presensi Sunghoon dalam balutan sepotong jeans dan kemeja kotak-kotak cokelat gelap-hitam dengan segera menoleh ke arahnya. Ada sebuah permen lolipop di dalam mulutnya. Membuat sebelah pipi Sunghoon menonjol sebagian.

"Oh, akhirnya!" pekik Sunghoon bersama senyuman tipis di wajah. Ia dengan segera menghampiri Jaeyun setelah sebelumnya hanya bersandar di samping pagar kayu kediaman Lee selama tiga puluh menit ditemani serbuan rasa bosan.

"Maaf sudah membuat Sunghoon menunggu lama." ujar Jaeyun kemudian. Sunghoon menggeleng, tampak sama sekali tidak mempermasalahkan itu. "Lebih baik kita segera bergegas, atau Jaeyun akan pulang terlalu larut nanti. Permen?" dirogohnya saku celana dan mengeluarkan satu lagi chupa chups rasa cola dari sana. Jaeyun berbisik 'terimakasih' dan tanpa pikir panjang menerima itu.

Menemukan Jaeyun yang hanya berpenampilan hitam-hitam dari ujung kepala hingga kaki dalam dekap sebuah kaus lengan panjang hitam dan jeans senada yang tampak usang tak membuat Sunghoon kehilangan sedikitpun rasa antusias yang meledak-ledak di dalam benaknya.

Alih-alih merasa risih pada pemuda Sim, sebab-yang benar saja!? Dia bahkan butuh waktu untuk mengacak-acak pakaian dalam kopernya dan menata rambutnya dengan pomade hanya untuk membuat tampilannya tampak berkesan. Namun, seseorang yang begitu dengan kurang ajarnya senantiasa menari-nari di pikiran tampak hanya tampil begitu apa adanya di hadapannya kini. Masih ditambah lagi dengan kehadirannya yang begitu terlambat dari jam janji.

Dia begitu beruntung, sebab dia adalah seorang Sim Jaeyun!

Keduanya melangkah beriringan di jalanan setapak yang tampak begitu sederhana. Di beberapa tempat, itu akan hanya akan dilapisi dengan paving, dan di sebagian akan hanya dibiarkan begitu saja. Sungguhan berupa jalanan tanah dengan rumput liar di tepiannya. Sontak membuat Jaeyun merasakan culture shock. Ini begitu berbeda dengan jalanan Seoul dan lebih mirip seperti sebuah gang. Didukung dengan ukurannya yang hanya muat untuk dua orang dewasa sebab kanan-kirinya sudah dihimpit oleh pagar tinggi dari bebatuan rumah warga setempat. Kehadiran parit kecil di samping jalanan juga memperkeruh keadaan.

Setelah berjalan dengan keterdiaman yang terasa menenangkan, mereka akhirnya sampai pada satu-satunya bangunan yang terlihat modern di desa itu. Sebuah toko serba ada tanpa brand. Pendar lampunya yang menyala terang dan kaca tembus pandang di bagian depannya membuat Jaeyun dapat melihat selengkap apa barang-barang yang toko itu tawarkan pada para pembelinya.

Jaeyun's Question Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang