Chapter 19: Summer depression.

834 114 9
                                    

HEMBUS napas panjang Jaeyun lepaskan tatkala ia menutup knop pintu kamar Heeseung yang sudah tertidur pulas di jam tidur siangnya. Hujan sisa rintik kecil di luar sana mengingat kini telah mencapai tengah hari. Menyisakan genangan-genangan air yang tersebar merata di jalanan. Di mana orang-orang akan meloncat kecil untuk menghindari mereka, melindungi busana agar tetap nyaman dikenakan. Sementara itu, angin masih bertiup lembut, namun menusuk tulang selayaknya lembab tak mengenakkan di musim gugur yang memaksa daun gingko serta maple untuk tanggal dari dahannya.

Jaeyun membawa tungkainya ke arah dapur. Meletakkan frying pan ke atas kompor. Ia membuka kulkas dan mengambil sebungkus nasi siap santap, kimchi kemasan, juga dua butir telur. Dinyalakannya kompor, lalu Jaeyun menuang sedikit minyak di sana. Mengandalkan sedikit kemampuannya dalam menghidangkan makanan layak santap, Jaeyun memecahkan dua butir telur sebagai langkah awal. Mengaduknya dengan acak dan cepat hingga menjadi telur orak-arik, lalu Jaeyun masukkan nasi kemasan ke dalamnya. Api kompor Jaeyun kecilkan, berpikir untuk mendiamkan nasi itu beberapa saat untuk membuatnya hangat dan lunak, mengingat ia menyimpannya di pintu kulkas.

Jaeyun tidak tahu itu adalah cara penyimpanan yang baik dan benar untuk produk semacam itu atau bukan, ia hanya mengandalkan kata hati dan sedikit logikanya yang mungkin benar atau mungkin juga salah. Jaeyun yang terbiasa memakan nasi yang disajikan hangat-hangat setelah ditanak jelas tidak tahu-menahu akan hal ini.

Tolong jangan bertanya mengapa Jaeyun membelinya jika ia tidak paham bagaimana cara menangani produk semacam itu, sebab, ada kalanya kita merasa begitu lelah dengan keseharian hanya untuk sekedar melakukan hal seringan memasak nasi, bukan? Ditambah lagi dengan Heeseung yang biasanya lebih menyukai sereal atau roti juga buah-buah ketimbang menyantap nasi. Jaeyun juga tak terbiasa memiliki porsi makan yang besar. Akan sangat sia-sia jika Jaeyun memasak nasi jika itu hanya untuk porsi kecil satu orang saja, pikirnya.

Jaeyun beralih mengambil mug dan memasukkan sekantung teh hijau celup juga sedikit gula. Menuangkan air panas, dan mengaduknya, sebelum kembali memfokuskan atensinya pada nasi goreng kimchi yang hendak ia buat. Bulir nasi memercik-mercik di dalam frying pan, Jaeyun buru-buru mengaduk mereka sembari memasukkan seasoning. Mengoreksi rasa, Jaeyun mengangguk cukup puas akan hasil karyanya.

"Astaga, bodoh! Harusnya kumasukkan kimchi lebih dulu baru dibumbui! Sim Jaeyun, bisa-bisanya!" rutuk Jaeyun pada diri sendiri setelah manik matanya mengerling pada kimchi kemasan yang teronggok di samping mug teh hijau yang telah ia seduh.

Jaeyun memotong kimchi dengan bantuan food tongs dan gunting dapur. Alis Jaeyun mengernyit hampir menyatu, tubuhnya tampak kikuk, menghindari percikan dari sisa-sisa minyak goreng di frying pan. Bibir mencebik. Tampaknya Jaeyun masih merasa kesal dengan keteledorannya sendiri.

Nasi dan segala pendukung kembali diaduk. Jaeyun memegang gagang frying pan dan menggoyang-goyangkannya. Intuisinya menyuruh Jaeyun untuk melakukan gerakan flip ala chef yang sering ia lihat di sosial media, namun kemudian Jaeyun sadar diri akan kemampuannya.

Menggeleng, Jaeyun bergumam pada dirinya sendiri. "Tidak, tidak...jangan, Jaeyun! Akan sangat sia-sia jika nasi gorengmu malah tumpah, okay?" monolognya berusaha memberi wejangan pada diri sendiri.

Jaeyun mengambil piring dan menuangkan nasi goreng kimchinya. Berkacak pingangg, Jaeyun meringis simpati pada nasi goreng buatannya yang tampak begitu suram. "Terlihat tidak menarik sama sekali. Sangat-sangat mencerminkan bad food yang hanya layak dikonsumsi ketika tidak ada pilihan sama sekali."

Kulkas kembali Jaeyun buka. Ia menemukan daun bawang dan tomat ceri. Mencuci mereka lalu memotong, Jaeyun menaburkan daun bawang di atas nasi gorengnya dan membubuhkan tomat ceri yang dibelah dua bagian. Sebuah senyum puas tecetak di wajah, Jaeyun melepas apron yang melingkupi pinggang. "Terlihat lebih baik!"

Jaeyun's Question Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang