Chapter 26: Boy in blue.

626 87 15
                                    

SUARA rinai hujan menemani Jaeyun yang tengah menyiapkan sarapan pagi ini. Menunya hanya nasi goreng (seperti biasa) untuk dirinya dan telur mata sapi juga sosis untuk Heeseung. Membicarakan tentang Heeseung, dia sekarang sudah bisa mandi sendiri. Perlahan, Heeseung mulai berinisiatif tentang melakukan apapun sebisanya alih-alih hanya terus mengandalkan Jaeyun setelah apa yang sejauh ini telah mereka lakukan bersama.

Tidak ingin membuat Jaeyun susah, dalihnya. Padahal memang itu sudah merupakan jobdesk bagi Jaeyun.

Jaeyun terkadang bertanya-tanya akan apa yang akhirnya membuat Heeseung tergerak untuk hidup lebih mandiri, akan tetapi itu juga merupakan berita bagus untuk ditinya. Sedikit tugasnya setidaknya terkurangi dengan itu, Jaeyun jelas tak mau menampik bahwa ia mensyukuri itu. Tanpa tau, bahwa setelah kepergian Jay di awal musim dingin lima tahun lalu telah membuat Heeseung tersadar akan sebegitu banyak perubahan pada diri Jaeyun.

Meski Heeseung memang memiliki gangguan pada mentalnya, namun, ia tetaplah makhluk hidup yang dapat merasa. Heeseung acap kali melihat Jaeyun melamun baik ketika menemaninya bermain, atau ketika Heeseung mengendap-ngendap dari kamar tatkala bangun tidur siang demi melihat apa yang kiranya tengah Jaeyun lakukan jika ia tertidur. Yang lebih muda terus seperti itu. Seolah menatap kosong pada apapun di hadapannya merupakan hobi baru yang Jaeyun gandrungi baru-baru ini.

Tawa Jaeyun juga tidak secantik dulu, meski rupanya tetaplah elok walau belasan musim telah melaluinya. Entahlah, itu hanya insting Heeseung yang mengatakan bahwa ketulusan yang selama ini ada dalam diri Jaeyun perlahan telah memudar. Hanya saja dikemas begitu apik oleh sang empunya. Semua pada diri Jaeyun kini terasa semu bagi Heeseung. Tidak pada cara dia tersenyum, nada riang yang selalu merespon perkataan Heeseung, kekehannya yang entah mengapa terdengar getir, tidak juga dengan kecup serta cium yang Jaeyun beri.

Melihat Jaeyun kini terasa seperti hilangnya warna merah pada strawberry. Heeseung tidak tahu. Jika memang Jaeyun merasa bingung, maka dia juga lebih bingung dari apapun yang pemuda Sim itu tengah rasakan.

Seperti saat ini, Heeseung sudah lebih dari lima menit berdiri mematung dengan handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya. Surai jelaganya basah dengan tetes-tetes air yang mengotori lantai dapur. Membuat hujan lain di dalam rumah. Akan tetapi, Jaeyun masih terus berdiri di pantry. Menatap dua piring berisi nasi goreng dan satu lagi berisi nasi putih biasa dengan telur mata sapi setengah matang dan empat buah sosis goreng mentega yang dibentuk layaknya gurita.

"Jaeyunie?" Heeseung memanggil lirih. Merasakan kelabunya langit seolah turut menyelubungi manusia favoritnya saat ini.

Tidak ada sahutan. Heeseung mulai merasakan pelupuknya memanas. Jika Jaeyun merasa sedih, maka Heeseung juga akan sedih. Maka, Heeseung putuskan untuk membawa tungkainya untuk mendekat. Ia dekap tubuh kecil Jaeyun setelahnya. Membuat kaus lengan panjang yang Jaeyun kenakan turut basah di beberapa tempat, sebab Heeseung yang memang belum cukup mahir untuk mengeringkan dirinya sendiri.

Jaeyun berjengit tatakala merasakan sepasang lengan melilit pinggangnya terlampau erat. Basah terasa di mana-mana, terutama pada punggung juga pundak dan lehernya yang langsung bersentuhan dengan rambut Heeseung yang masih menyimpan begitu banyak air.

"Heeseung?! Astaga—kaget!" ujarnya kemudian. Perlahan tubuh Jaeyun melemas dalam peluk Heeseung dan mulai menikmati afeksi yang pemuda Lee beri. Mewajarkan tingkah bayi besarnya yang membuat dapur banjir juga dirinya yang menjadi kuyup.

"Sudah selesai mandinya? Hm? Tampan?" tanya Jaeyun kemudian. Ia bawa tangannya untuk menepuk-nepuk lembut lengan yang berada di perutnya. Membawa selutuh bobot tubuhnya untuk Heeseung tahan dengan menyandarkan dirinya pada tubuh semampai yang lebih tua. Membuat pagi di awal musim gugur ini terasa begitu domestik. Seolah keduanya merupakan bagian dari pasangan-pasangan 'normal' di luar sana.

Jaeyun's Question Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang