Chapter 14: Summer something.

953 115 4
                                    

PINTU kayu di hadapan Jaeyun terbuka. Menghadirkan tubuh tegap-tinggi seorang Park Sunghoon di hadapannya. Berdiri kaku dengan ekspresi wajahnya yang tak terbaca, pemandangan itu membuat Saliva Jaeyun seketika terasa sekeras batu ketika ia coba untuk menelannya. Berujung dengan Jaeyun yang berdehem canggung dan menyampaikan maksud kedatangan.

"Ini...aku harap rasanya tidak terlalu buruk." ujar Jaeyun sembari mengangsurkan piring berisi peach hand pie buatannya pada Sunghoon.

"Apa ini? Kamu tidak perlu repot-repot, Jaeyun. Simpan saja untuk Heeseung makan di rumah." tolak Sunghoon sehalus yang ia bisa. Piring itu kembali diserahkan pada pemiliknya. Kalimat itu sontak saja membuat Jaeyun hanya dapat menatap Sunghoon dengan pandang tak percaya.

Apa pemuda ini begitu narisistik atau bagaimana!?

Jaeyun juga tidak dengan sengaja bersusah-payah membuat itu untuk kemudian ia berikan pada Sunghoon dengan maksud tertentu, kok! Apalagi untuk mencoba membuat Sunghoon terkesan atau apalah itu!

Tentu tidak.

Sangat tidak.

Itu murni niatan baik Jaeyun untuk berbagai pada sesama. Mengapa Sunghoon malah menyikapi hal ini dengan begitu menjengkelkan?

"Tunggu, apa...aku tidak! Maksudku, aku hanya ingin berbagi, Sunghoon. Aku tahu kemampuan memasakku memang tidak semahir wanita-wanita di luaran sana atau chef-chef atau bahkan kemampuan nenekmu, sekalipun. Tapi tidak bisakah Sunghoon menghargai pemberianku?" persetan dengan beramah-tamah atau apapun itu, Jaeyun kesal juga lama-lama. Dan bagaimanapun juga, Jaeyun hanyalah manusia biasa yang memiliki limit atas dirinya.

Sunghoon terperanjat dan terkekeh geli melihat tingkah Jaeyun yang tiada angin ataupun hujan, menyerangnya dengan kalimat pedas. "Wow, wow...calm down, Jaeyun! Aku juga tidak mengatakan apapun tentang kemampuan memasakmu, benar?"

"Benar juga sih," bisik Jaeyun pada dirinya sendiri. Merutuki perkataannya yang terdengar konyol. Kepalanya tertunduk malu. Berakhir memainkan jemari kakinya yang beralaskan sebuah sandal rumahan. Pandangan Sunghoon mengikuti kemana arah manik hazel itu jatuh. Dan dengan terpaksa Sunghoon harus menelan pekikan gemasnya.

"Terimakasih. Aku akan coba nanti bersama nenek." ucap Sunghoon pada akhirnya. "Jaeyun bisa pulang sekarang. Heeseung sendirian bukan, di rumah? Atau ada keperluan lain dengan nenek? Akan kupanggilkan."

Jaeyun buru-buru menolak tawaran Sunghoon. Sebenarnya, keperluan Jaeyun hanya sebatas mengantar peach hand pie buatannya.

Tidak kurang, tidak juga lebih.

Namun, entah mengapa menemukan pribadi Sunghoon yang terasa 'berbeda' membuat Jaeyun seperti merasa ia baru saja kehilangan sekeping rasa puas di dalam benak. Ia merasa dicampakkan setelah dikejar mati-matian. Perasaan itu begitu mengganjal dan membuat tidak nyaman. Mengaduk isi lambung Jaeyun yang bahkan tidak memiliki riwayat penyakit.

"Sunghoon?" lawan bicaranya mendengung, memberitahu bahwa ia menyimak. "Ah, tidak! Tidak jadi! Kalau begitu, aku pamit pulang, ya! Semoga kalian suka dengan hand pie buatanku. Tidak usah khawatir, aku tidak memasukkan apapun ke dalam sana. Kami sudah mencobanya tadi. Dan baik aku maupun Heeseung masih bernapas sampai sekarang." Sunghoon tergelak mendengar kelakar Jaeyun. Sedikit tidak menyangka pemuda itu dapat melontarkan komedi lama semacam itu dari mulutnya yang manis.

"Tentu saja." gumam Sunghoon. Masih setia berdiri di ambang pintu bersama sepiring peach hand pie.

Dilihatnya tubuh Jaeyun yang perlahan menjauh. Hatinya terasa berat. Meski keduanya juga telah sepakat di malam itu (lebih tepatnya Jaeyun yang terus mendesak Sunghoon untuk menyepakati) bahwa setelahnya mereka akan bersikap seolah tiada apapun yang 'lebih', telah melibatkan keduanya.

Jaeyun's Question Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang